Yakov Zeldovich: 'Ilmuwan Gila' Soviet yang Ingin Ledakkan Bulan

Anatoly Morkovkin/Sputnik
Yakov Zeldovich adalah salah satu 'ilmuwan gila' yang paling dirahasiakan di Uni Soviet. Pada 1958, ia mengusulkan untuk meledakkan Bulan.

Akademisi ini, menurut Stephen Hawking bahkan tidak memiliki ijazah universitas. Namun, selama hampir 20 tahun, ia dijaga ketat di kota Sarov yang tertutup. Zeldovich tahu banyak hal, karena ia mengepalai proyek nuklir, namun yang terpenting, ia dianggap jenius.

Pada usia 22 tahun, ia mempresentasikan disertasinya untuk meraih gelar Kandidat Ilmuwan. Pada usia 25 tahun ia berhasil menjadi Doktor Sains, dan pada usia 29 tahun ia menerima penghargaan pertama dari empat 'Penghargaan Stalin' yang diraihnya. Penghargaan tersebut diberikan atas penemuannya dalam fisika nuklir dan teori pembakaran, yang merupakan minat terbesarnya.

Bersama dengan fisikawan lain bernama Yulii Khariton, ia menciptakan bom nuklir pada tahun 1930-an ketika tak seorang pun tertarik pada hal itu (satu dekade kemudian, desain salah satu koleganya yaitu akademisi Sakharov, diterima untuk dikembangkan dan diuji coba). Pada 1950-an, ia menjadi salah satu penulis RDS-6, bom hidrogen yang dapat diangkut, yang kekuatannya 20 kali lipat dari bom nuklir.

Namun, proyek paling ambisius dari Zeldovich muncul pada 1958, setahun sebelum pesawat ruang angkasa Soviet 'Luna 2' diluncurkan ke Bulan. Pesawat ruang angkasa ini menjadi yang pertama di dunia yang mendarat di permukaan Bulan. Setahun sebelum misi tersebut, Zeldovich mengusulkan untuk melengkapinya dengan muatan nuklir dan meledakkan Bulan. Mengapa? Singkatnya, untuk menunjukkan superioritas militer ruang angkasa Uni Soviet dan agar "setiap observatorium ruang angkasa yang mengarahkan pandangannya ke Bulan dapat merekamnya".

Ya, itu adalah ide yang gila, tapi, pada saat itu, ide ini memiliki banyak pendukung. Untungnya, mereka memutuskan untuk tidak melakukannya, karena risiko hulu ledak tidak mencapai tujuan dan jatuh kembali ke Bumi terlalu tinggi.

Selanjutnya, 50 Penemuan Rusia yang Inovatif?

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki