Bagaimana Kehidupan Panglima Tertinggi Jerman yang Tinggal di Uni Soviet Setelah Perang Dunia II?

Russia Beyond (Foto: Legion Media; S.Solarev/Sputnik; Arsip foto)
Ditangkap selama Pertempuran Stalingrad, Marsekal Lapangan Wehrmacht ini telah tinggal di Uni Soviet dari tahun 1945 hingga 1953 setelah perang. Kehidupan mantan perwira Jerman yang di negara musuhnya, jauh lebih baik daripada warga Soviet pada umumnya. Hanya setelah kematian Joseph Stalin dia diizinkan kembali ke Jerman.

“Paulus! Malu menghirup udara Jerman! <…> Kamu bajingan yang bahkan seekor anjing tidak akan mengambil sepotong roti darimu! — demikianlah salah satu dari puluhan surat kaleng yang dikirim ke Friedrich Paulus dari berbagai penjuru Jerman selama persidangan Nuremberg. Selama persidangan, Paulus menjadi saksi untuk penuntutan dari pihak Uni Soviet. Otoritas Soviet tidak mengizinkannya tinggal di Jerman, karena mengkhawatirkan nyawanya.

Pada musim semi 1946, marshal lapangan itu kembali dari Nuremberg ke Uni Soviet. Sejak saat itu, dia dianggap bukan sebagai tawanan perang, melainkan tamu pemerintah Soviet.

Friedrich Paulus selama Pengadilan Nuremberg pada tahun 1946

Setelah kedatangan Paulus, dia ditempatkan di dacha Kementerian Dalam Negeri di desa Tomilino di Moskow Oblast. Dia memiliki seorang dokter pribadi, juru masak, petugas ketertiban Erwin Schulte, dan ajudan Wilhelm Adam. Jenderal Walther von Seydlitz-Kurzbach, Vincenz Müller dan Walther Schreiber juga tinggal bersamanya, yang ditangkap selama Pertempuran Stalingrad.

Kondisi penahanan mantan marshal jauh lebih baik daripada yang dinikmati banyak warga Uni Soviet. Dia memiliki rumah kayu, pelayannya sendiri, dan juga kesempatan untuk pergi ke Moskow, hingga mengunjungi pameran atau konser. Namun, Paulus merindukan keluarganya.

Baru setelah hampir setahun setelah berakhirnya perang, pada tanggal 20 April 1946, ia berhasil menulis surat kepada pasangannya Elena Constance. Pada 10 Juni, Paulus menerima balasan, di mana Constance menulis bahwa dia tahu bahwa Paulus tidak lagi ditahan, dan Constance senang jika masekal itu diperlakukan dengan baik. Constance berkata bahwa ia sedang menunggu kepulangannya. Dalam surat itu, perempuan itu juga menyatakan, "Jika kamu mau, aku akan pergi ke ujung dunia bersamamu".

Friedrich Paulus, ajudan pribadinya Kolonel Wilhelm Adam, dan Mayor Jenderal Soviet Ivan Laskin, Kepala Staf Angkatan Darat ke-64

Elena-Constance meninggal pada tahun 1949, dan tidak sempat bertemu suaminya lagi. Paulus ditawari kesempatan untuk bertemu dengannya setelah pidatonya di persidangan, tetapi dia dengan keras menolak "agar tidak ada yang ragu bahwa pertemuan ini adalah hadiah untuk pidato saya di hadapan Pengadilan Internasional".

Perawatan di Krimea

Menteri Dalam Negeri, catatan Kruglov tentang kesehatan Paulus dan komentar tulisan tangan Molotov,

Pada musim semi 1947, kesehatan Paulus memburuk. Pada 8 Juli, Sergei Kruglov, Menteri Dalam Negeri Uni Soviet, mengirimkan memo kepada Vyacheslav Molotov, Menteri Luar Negeri, di mana ia melaporkan bahwa tuberkulosis Paulus telah memburuk dan “menurut kesimpulan komisi medis, karena alasan kesehatan, Paulus membutuhkan perawatan di Krimea”. Kruglov meminta izin untuk "memindahkan Paulus selama satu setengah atau dua bulan ke fasilitas yang telah disiapkan di pantai selatan Krimea dekat Upper Oreanda". Molotov menulis di atas memo itu: “Kita harus mengaturnya”. Bersama Paulus, Müller dan Schreiber juga pergi ke Krimea.

Perawatan Paulus dirahasiakan. Dia dibayar 26 rubel setiap hari  (5 ribu rupiah, pada tahun itu) — dengan makanan dan akomodasi gratis, ini adalah tunjangan yang bagus untuk liburan. Sebagai perbandingan: satu kilogram roti putih saat itu berharga 5,5 rubel (sekitar seribu lima ratus rupiah), sepuluh telur berharga 12 rubel (sekitar dua ribu lima ratus rupiah), dan gaji rata-rata per bulan adalah 500-600 rubel (sekitar 106–127 ribu rupiah).

Rumah tempat Paulus tinggal di Krimea

Di Krimea, mantan perwira Jerman itu merasa jauh lebih baik. Kira-kira setelah dua minggu dia berada di pantai Laut Hitam, dia diarahkan untuk membuat surat terima kasih kepada letnan kolonel Georgadze, anggota staf Manajemen Operasional Administrasi Utama untuk Urusan Tawanan Perang dan Interniran (GUPVI). Dalam suratnya dia menulis bahwa mandi setiap hari bermanfaat baginya dan dia berharap tujuan tinggalnya di Krimea akan tercapai. Dia menandatangani surat ini dengan “dipenuhi dengan rasa terima kasih — dikhususkan untuk Anda, Fr. Paulus.”

Kegiatan Paulus di Uni Soviet

Pada musim panas 1946, perwakilan GUPVI, Fyodor Parparov, mengunjungi Paulus untuk menawarinya kesempatan mempersiapkan proyek organisasi baru — Persatuan Tahanan Perang Jerman di Uni Soviet, yang seharusnya dipimpin oleh Jerman sendiri. Paulus melakukan pekerjaan secara menyeluruh dan merumuskan prinsip-prinsip dasar, yang menurutnya Gerakan SUPG seharusnya dibuat di antara para tawanan perang, dengan sangat rinci. Itu akan menjadi bagian dari Partai Persatuan Sosialis Jerman (SUPG). Namun, hal itu tidak sesuai dengan gagasan pemerintah Soviet. Paulus mengubah proyeknya, tetapi pada akhirnya organisasi itu tidak dibuat.

Di Tomilino, Moskow Oblast, Paulus memulai pekerjaan akademisnya. Kantor Sejarah Militer Staf Umum Angkatan Bersenjata Uni Soviet memberinya tugas, secara terpisah satu sama lain, untuk menulis ingatan mereka tentang jalannya permusuhan di bawah Stalingrad. Pada musim gugur 1947, mantan marshal lapangan Wehrmacht berkonsultasi dengan tim produksi yang mengerjakan film dua episode berjudul: 'The Battle of Stalingrad' (“Pertempuran Stalingrad”). Film itu mencapai layar lebar pada tahun 1949.

Vladimir Gaidarov berperan sebagai Paulus dalam film 'The Battle of Stalingrad' / Jenderal Friedrich Paulus, 1942

Paulus menulis berbagai manuskrip yang tidak diketahui oleh para ilmuwan baik di Rusia maupun di Jerman. Dia melakukan analisis kritis terhadap brosur Kolonel Jenderal Franz Halder 'Hitler sebagai Komandan', yang dirilis di Munich pada tahun 1949. Di dalamnya, penulis itu mencoba mengungkap Hitler sebagai satu-satunya yang bertanggung jawab atas kekalahan Jerman. Seperti yang ditulis dalam 'Military-Historical Magazine' (“Majalah Sejarah Militer”) edisi Mei 1962, “Paulus tidak melakukan analisis mendetail terhadap brosur Halder <…>, tetapi, sebaliknya, berfokus untuk menyangkal legenda utama yang diajukan oleh penulis, mengkritiknya metode penelitian satu sisi, yang mengabaikan sisi perang yang paling penting dan menentukan”.

Naskah Paulus berisi analisis kritis terhadap brosur Kolonel Jenderal Franz Halder 'Hitler sebagai Komandan'

Paulus menolak proposal Halder bahwa hanya Fuhrer yang bertanggung jawab atas kekalahan Jerman, “Hal utama yang mencegah Jerman meraih kemenangan dalam perang dan yang diabaikan oleh Halder adalah kekuatan Uni Soviet dalam arti luas yang ditunjukkannya selama jalannya perang”.

Dalam analisisnya (yang diterbitkan di majalah yang sama), Paulus menulis bahwa "Hitler bukanlah seorang diktator revolusioner", seperti yang digambarkan oleh Halder, tetapi dia adalah "pelaksana hiruk pikuk industri Jerman dan internasional serta keinginan petinggi keuangan, yang kepentingannya dia tanpa henti. dipertahankan”.

Pemulangan Paulus

Mantan panglima berulang kali meminta otoritas Soviet untuk mempertimbangkan kemampuannya untuk kembali ke Jerman, tetapi permintaannya tidak dijawab.

Jelas bagi Paulus bahwa nasibnya bergantung pada Stalin, maka pada tanggal 18 Desember 1948, bersama Letnan Jenderal Rudolf Bamler, ia menulis surat ucapan selamat atas ulang tahun ke-70 "Sir Generalissimo". “Jalan kami menuju ucapan selamat dari Stalingrad ini sangat sulit,” tulis mantan komandan militer Jerman itu. "Mendobrak Uni Soviet sebagai musuh dalam kepatuhan buta," mereka mengungkapkan kepada Stalin "ucapan selamat yang tulus kepada teman rakyat Jerman yang baik hati".

Surat ucapan selamat ulang tahun ke-70 Stalin dari Paulus dan Bamler

Perlu dicatat bahwa surat itu ditandatangani oleh Paulus sebagai "Marsekal Jenderal Angkatan Darat Jerman", bukan sebagai "Mantan Marsekal Lapangan Angkatan Darat Jerman". Rudolf Bamler menandatanganinya sebagai "Rolf Bamler, Letnan Jenderal Angkatan Darat Jerman".

Bamler dipulangkan ke Jerman Timur pada tahun 1950. Paulus berhasil kembali hanya setelah kematian Stalin pada musim gugur 1953, dengan syarat dia akan tinggal di Jerman Timur. Pada 24 Oktober, ia meninggalkan ibu kota Uni Soviet selamanya dengan gerbong tidur kelas satu dari kereta kurir №3 'Moskow-Berlin'. Sebelum keberangkatannya, marshal lapangan menulis pernyataan kepada pemerintah Soviet, di mana dia mencatat bahwa dia tidak ingin meninggalkan Uni Soviet tanpa memberi tahu orang-orang Soviet bahwa dia pernah datang ke Uni Soviet sebagai musuh, tetapi meninggalkannya sekarang sebagai teman.

Hidup di bawah kendali Stasi

Friedrich Paulus pada konferensi pers di Berlin Timur, 1954

Setelah tiba kembali di Jerman, Paulus pindah ke Dresden. Di daerah pinggiran kota Weisser Hirsch ('White Stag'), dia diberi sebuah vila tiga lantai dengan beberapa tanah, serta para pelayan. Hanya elit partai yang bisa mengandalkan kondisi seperti itu di Jerman Timur.

Semua orang yang bekerja di mansion itu adalah anggota staf dan informan Stasi — Kementerian Keamanan Negara Jerman Timur. Menurut penuturan Torsten Dietrich, penulis biografi Paulus, pengemudi mantan panglima tertinggi itu selalu ada dan menjadi informan Stasi, bahkan tetangganya melaporkan semua yang terjadi di vila tersebut, karena mereka juga disewa oleh Kementerian Keamanan Negara.  Ada alat penyadap di mana-mana di rumah, mereka tahu segalanya tentang kata-kata dan tindakan Friedrich Paulus. Dalam laporan Stasi, vila itu diberi nama kode “Teras Objek”.

Vila tempat Paulus tinggal di Dresden

Paulus memiliki mobil pribadi, ajudan, serta hak untuk membawa senjata pribadi. Hal favoritnya adalah membongkar dan membersihkan pistolnya. Ada legenda bahwa dia sering melakukannya sehingga, suatu kali, salah satu agen mengungkapkan kekhawatirannya kepada atasannya bahwa Paulus bisa bunuh diri. Atasan Stasi menjawab: "Jika dia tidak bunuh diri di Stalingrad, mengapa dia melakukannya sekarang?"

Di Dresden, Paulus membaca laporan pada pertempuran di Volga di Sekolah Perwira Tinggi. Seperti yang ditulis Wilhelm Adam, yang melayani bersama Paulus di Uni Soviet, dalam bukunya The catastrophe on the Volga. Memoirs of Adjutant F. Paulus’ (“Bencana di Volga. Memoar Ajudan F. Paulus”), untuk pidatonya, Paulus “dari ingatan, serta berdasarkan catatan percakapan dengan para jenderal dan perwira Staf Umum Jerman <…> membuat peta skema”.

Paulus pada konferensi pers di Berlin

Atas prakarsa Paulus, pada tanggal 29 Januari 1955 diadakan pertemuan antara mantan perwira Jerman dari Jerman Timur dan Jerman Barat. Seperti yang diingat Adam, dengan suara lagu tentara Jerman 'I had a comrade' (“Aku punya rekan”), mereka menghormati ingatan akan yang jatuh. Pidato Paulus pada pertemuan itu sangat mempengaruhi semua yang hadir. Dia berencana untuk menulis sejarah Pertempuran Stalingrad, tetapi tidak dapat menyelesaikannya — kesehatannya memburuk.

Friedrich Paulus, Jenderal Marsekal Lapangan dari mantan Wehrmacht, meninggal pada tanggal 1 Februari 1957, tepat sebelum peringatan 14 tahun kapitulasi pasukannya.

Jenazah Paulus dikremasi. Guci dengan abunya dimakamkan di pemakaman Baden-Baden di Jerman Barat, di samping pasangannya.

Nisan Friedrich Paulus di Baden-Baden

Lantas, bagaimana pasukan Jerman dapat menerobos pertahanan Soviet dan memasuki Stalingrad? Simak selengkapnya!

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki