Benarkah Perang Dunia II Terjadi Gara-Gara Kutukan Timur Lenk?

Russia Beyond (Foto: w0zny; shakko (CC BY-SA 3.0); Getty Images)
Konon, invasi Nazi terhadap Uni Soviet terjadi gara-gara para arkeolog Soviet menggali makam Timur Lenk di Samarkand.

“Hari ini, para antropolog dan ahli kimia masih mempelajari sisa-sisa jasad Timur Lenk dengan cermat di Mausoleum Gur-e-Amir. Para ilmuwan menemukan bahwa ada sisa rambut di tengkorak. Rupa sang penakluk kemungkinan dapat direkonstruksi dengan cukup tepat,” tulis surat kabar Izvestiya pada 21 Juni 1941. Keesokan paginya, Jerman Nazi menyerang Uni Soviet. Bagaimanapun, orang-orang mengaitkan kedua peristiwa tersebut dengan “kutukan Timur Lenk”.

Siapakah Timur Lenk?

“Penangkapan Bayezid oleh Timur Lenk”, 1878

Timur Lenk (1336—1405) adalah seorang penguasa Asia Tengah dan pendiri Dinasti Timurid. Dia mengawali kariernya sebagai seorang prajurit yang mengumpulkan pendukungnya sendiri; kemudian ia menjadi komandan berpengaruh dan mengambil posisi pemerintahan yang penting di Moghulistan, sebuah negara Turki-Mongol. Belakangan, ia terpilih sebagai penguasa pertama negara Timurid yang baru yang beribu kota di Samarkand (Uzbekistan modern), yang berdiri hingga tahun 1507. Sukses menaklukkan banyak wilayah, Timur Lenk mulai menguasai sebagian besar Asia Tengah, serta wilayah di Mesopotamia dan Kaukasus, Iran modern, Afganistan, Pakistan, dan Suriah.

Timur Lenk bukanlah keturunan Jenghis Khan, pendiri Kekaisaran Mongol. Karena itu, menurut tradisi Mongol, dia tidak berhak menyandang gelar khan — dia malah disebut sebagai emir agung. Namun, dengan menikahi putri salah satu keturunan Jenghis Khan, dia bisa mengambil gelar kehormatan “menantu khan”, yang memberinya lebih banyak kebebasan untuk bertindak dan berkuasa.

Makam Timur Lenk

Gur-e-Amir, mausoleum Timur Lenk di Samarkand.

Selain penaklukan, sang emir agung melakukan banyak hal untuk pengembangan budaya di negaranya — banyak mahakarya arsitektur di Samarkand dibangun di bawah pemerintahannya. Atas perintahnya pula, Mausoleum Gur-e-Amir dibangun di ibu kota. Kelak, di sanalah ia dimakamkan bersama beberapa keturunannya.

Gur-e-Amir dianggap sebagai salah satu monumen terpenting arsitektur Islam yang memengaruhi banyak bangunan keagamaan lainnya. Mausoleum inilah yang menginspirasi arsitek mausoleum dan masjid Taj Mahal di India (yang, omong-omong, ditugaskan oleh seorang keturunan Timur Lenk pada pertengahan abad ke-16).

Penggalian makam Timur Lenk dan kutukannya

Makam Timur Lenk

Para arkeolog memutuskan untuk membongkar makam Timur Lenk dan keturunannya dan mempelajari sisa-sisa jasad mereka pada tahun 1941. Penggalian makam tersebut diduga ditandatangani secara pribadi oleh Josef Stalin.

Sebetulnya, tidak ada yang mengetahui secara pasti mengapa ilmuwan Soviet ingin mempelajari makam tersebut. Ada yang bilang bahwa penggalian itu dilakukan demi menyelamatkan sisa-sisa jasad sang penakluk — waktu itu, sebuah hotel hendak dibangun tepat di sebelah mausoleum dan, selama pembangunan, air mulai merembes ke dalam makam.

Secara resmi, penggalian makam bertepatan dengan peringatan 500 tahun penyair Uzbekistan Alisher Navoi yang tinggal di Kekaisaran Timurid dan dekat dengan cucu dan keturunan Timur. Para ilmuwan berharap dapat mengungkap detail sejarah baru atau menemukan artefak yang dapat diperlihatkan kepada publik.

Ilmuwan Soviet membongkar makam Timur Lenk.

Pada bulan Juni, sekelompok ilmuwan Soviet mulai membuka makam tersebut. Juru kamera Malik Kayumov, yang dikirim untuk mendokumentasikan proses penting tersebut, kemudian mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa, selama istirahat, dia bertemu dengan beberapa tetua yang memberitahunya tentang kutukan tersebut — makam tidak boleh dibuka atau perang akan meletus! Kayumov bahkan membawa mereka ke pemimpin ekspedisi dan mereka menunjukkan sebuah buku abad ke-17 yang berbunyi dalam bahasa Arab: “Barang siapa yang mengganggu makam Timur Lenk niscaya ia melepaskan bencana perang; pembantaian berdarah dan mengerikan yang belum pernah terjadi di dunia akan dimulai.” Tak hanya itu, konon, ada ramalan menakutkan yang ditulis langsung di dalam peti mati: “Siapa pun yang membuka makamku akan melepaskan penyerbu yang lebih mengerikan daripada diriku.”

Tidak terpengaruh oleh takhayul, para ilmuwan melanjutkan pekerjaan mereka. Keesokan harinya, 22 Juni 1941, Jerman Nazi menyerang Uni Soviet.

Legenda kutukan Timur Lenk diduga sampai ke telinga Stalin sehingga ia segera memerintahkan untuk mengembalikan jenazah sang penakluk ke tempatnya. Konon, sang diktator Soviet siap untuk melakukan ritual mistik apa pun demi membalikkan keadaan

Pada tanggal 19—20 November 1942, upacara penguburan ulang berlangsung sesuai tata cara Islam. Anehnya, pertempuran paling penting di Stalingrad terjadi pada hari itu — pasukan Soviet melancarkan serangan balik dan mulai mengubah jalannya peperangan.

Apa yang diungkap dari penggalian makam Timur Lenk?

Penggalian makam Timur Lenk amat penting. Setelah mempelajari kerangka dan tengkorak Timur, pematung-antropolog Mikhail Gerasimov, yang juga merupakan kepala ekspedisi tersebut, berhasil membuat deskripsi yang sangat mendetail tentang rupa Timur Lenk, bahkan merekonstruksi potretnya.

Rupa Timur Lenk direkonstruksi oleh Mikhail Gerasimov pada tahun 1941.

Dia mengetahui bahwa Timur memiliki ciri khas wajah Mongoloid, dia memiliki rambut kemerahan, kumis menggantung di sisi bibirnya, dan janggut berbentuk baji. Selain itu, dia cukup tinggi (terutama untuk orang Mongol) — sekitar 170 sentimeter.

Para arkeolog juga mendokumentasikan fakta bahwa Timur Lenk memiliki kaki pincang (karena itulah di Rusia ia disebut “Timur Lenk” karena kaki kirinya yang pincang sejak lahir). meski sang emir agung hidup selama 68 tahun — usia yang sangat tua pada masa itu — jenazahnya mengungkap kekuatan fisik dan vitalitas yang hebat, yang dia miliki sampai kematiannya.

Siberia dahulu adalah wilayah Kekhanan Sibir, negara Turk kuno yang lebih tua daripada Rusia. Namun, pada akhirnya, kekhanan itu ditaklukkan dan dicaplok oleh Rusia. Bacalah selengkapnya!

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki