Bagaimana Seorang Musuh Bolshevik Menjadi Salah Satu Komandan Terbaik Soviet?

Russia Beyond (Foto: mil.ru; Vsevolod Tarasevich/МАММ/МDF/russiainphoto.ru)
Selama Perang Saudara Rusia, Leonid Govorov berperang melawan Tentara Merah. Namun, permusuhan masa lalu ternyata tak mencegahnya untuk menjadi seorang marsekal Soviet pada kemudian hari.

“Semua keputusan dipikirkan secara menyeluruh, perintahnya singkat, tetapi sangat jelas. Dia selalu menuntut dirinya sendiri dan bawahannya, selalu tegas dan berprinsip. Dia menikmati otoritas dan rasa hormat yang besar di antara para prajurit, perwira, dan jenderal di garis depan,” begitulah gambaran Jenderal Boris Bychevsky terhadap Marsekal Uni Soviet Leonid Govorov. Arsitek kemenangan Soviet di barat laut Uni Soviet selama Perang Dunia II, Govorov menjadi pahlawan Tentara Merah. Padahal, pada satu titik dalam hidupnya, komandan Soviet yang luar biasa ini sempat berperang melawan tentara yang sama yang kelak dia pimpin.

Marsekal Leonid Govorov pada tahun 1947.

Pada 1918, ketika reruntuhan Kekaisaran Rusia dilanda perang saudara, Leonid Govorov tinggal di Yelabuga, sebuah kota kecil yang berada tak jauh dari Kazan. Dia lulus dari sekolah artileri dan pernah bertugas sebentar di ketentaraan, sebelum diturunkan ke pangkat bintara tinggi. Namun, Govorov gagal menghindari konflik — ia bergabung dengan Tentara Putih, yang telah menduduki Yelabuga sejak September pada tahun yang sama. Leonid Aleksandrovich sendiri kemudian mengeklaim bahwa dia telah dimobilisasi.

Pasukan Tentara Putih

Selama hampir satu tahun, Leonid Govorov bertempur memimpin baterai artileri di Divisi Senapan Kama Ke-8 Tentara Terpisah Barat. Berdasarkan perintah tertanggal 13 Juli 1919, Panglima Tertinggi Laksamana Alexander Kolchak menaikkan pangkatnya menjadi letnan dua. Namun, ketika pada November—Desember 1919, Tentara Putih menderita kekalahan besar di timur negara itu dan mulai mundur ke luar Pegunungan Ural, Govorov memutuskan untuk membelot ke Tentara Merah.

Leonid Govorov bersama istrinya pada tahun 1923.

Leonid Aleksandrovich adalah salah satu dari beberapa ribu perwira Tentara Putih yang bergabung dengan Tentara Merah. Kaum Bolshevik menjunjung tinggi keterampilan tempur para “spesialis militer” ini, tetapi mereka tetap berada di bawah kendali khusus sebagai musuh baru. Mencoba mendapatkan kepercayaan dari rekan-rekan barunya, Govorov bertempur dengan penuh keberanian dan dedikasi melawan pasukan Baron Wrangel di selatan Ukraina dan Krimea, dua kali terluka, dan dianugerahi Ordo Bendera Merah.

Govorov sewaktu menjabat sebagai Komandan Tentara Ke-5.

Penghargaan tinggi ini meningkatkan kepercayaan pemerintah Soviet terhadap sang mantan perwira Putih. Alhasil, karier Govorov di Tentara Merah terus naik. Dia bahkan selamat dari masa represi massal di Uni Soviet, yang dikenal sebagai Pembersihan Besar-besaran. “Stalin menghargai profesionalismenya, apalagi Leonid Aleksandrovich dan istrinya adalah orang yang sangat sederhana,” kata cucu Marsekal Alexei Govorov. “Kakek tidak suka pertemuan dan pesta apa pun, dia tidak terlibat dalam politik. Dia larut dalam masalah profesional dan sepenuhnya mengabdikan diri pada pekerjaannya … ini pasti telah melindunginya dari represi dan menyelamatkan hidupnya.”

Leonid Govorov (tengah, atas) di antara komandan-komandan teratas Soviet.

Selama konflik Soviet-Finlandia tahun 1939—1940, Govorov, sebagai Kepala Markas Artileri Angkatan Darat Ke-7 Soviet, melakukan banyak hal untuk mempersiapkan menembus Garis Mannerheim dan menerobos daerah berbenteng, yang karena itulah ia dianugerahi Ordo Bintang Merah. Meski begitu, dia tetap tidak diperbolehkan bergabung dengan Partai Komunis (itu baru terjadi pada 1942).

Govorov di Leningrad.

Selama Pertempuran Moskow pada musim gugur dan musim dingin 1941, Tentara Ke-5 di bawah komandonya bertempur dalam pertempuran defensif yang berat di sebelah barat ibu kota dekat Mozhaisk dan, setelah berhasil bertahan, berpartisipasi dalam serangan balasan besar-besaran pada awal Desember. “Di pertahanan kami di dekat Moskow, beban utama dalam perang melawan tank-tank musuh terutama terpusat pada artileri. Dengan demikian, pengetahuan dan pengalaman khusus Govorov amat berharga,” kata Georgy Zhukov, yang pada saat itu memimpin Front Barat.

Leonid Govorov selama pertempuran Moskow.

Pada April 1942, Leonid Govorov dipindahkan ke Leningrad yang terkepung dan sisa kariernya selama Perang Dunia II dikaitkan dengan pertempuran di barat laut Uni Soviet. Sebagai komandan Front Leningrad, ia tidak hanya mengubah bekas ibu kota Kekaisaran Rusia menjadi benteng yang tak tertembus, tetapi juga mengatur, dengan sumber daya yang langka, mempersiapkan pengelompokan pasukan yang mampu menembus blokade musuh. Itu terjadi pada tanggal 18 Januari 1943, selama operasi Iskra yang dilakukan bersama-sama dengan Front Volkhov. Setahun kemudian, Tentara Merah akhirnya mendorong pasukan Jerman menjauh dari Leningrad.

Pasukan Soviet selama Operasi Iskra.

Pada musim panas 1944, Leonid Aleksandrovich kembali ke Tanah Genting Karelia, yang ia kenal baik dari Perang Musim Dingin dengan Finlandia. Apa yang menunggunya di sana adalah sistem pertahanan Finlandia yang baru, VT-Line, yang mencakup Jalur Mannerheim yang telah dipulihkan sebagian.

Pasukan Soviet di Karelia.

“Govorov memutuskan untuk melakukan seluruh operasi ofensif dengan kecepatan pergerakan 12 kilometer sehari! Ini berarti bahwa sabuk beton bertulang jauh di dalam (pertahanan musuh) harus diterobos hampir secara bersamaan dan Vyborg harus direbut 10—12 hari setelah dimulainya serangan. Dalam kampanye Soviet-Finlandia tahun 1939—1940, jarak yang sama membutuhkan waktu seratus hari untuk ditempuh,” kenang Bychevsky. Setelah serangan udara besar-besaran dan persiapan artileri yang berlangsung selama sepuluh jam, pasukan Soviet melancarkan serangan mereka. Pada 20 Juni, sepuluh hari setelah dimulainya serangan, Vyborg direbut dan, dua hari sebelumnya, Jenderal Angkatan Darat Govorov dianugerahi pangkat Marsekal Uni Soviet.

Peluncur roket Katyusha di dekat Kota Vyborg.

Medan pertempuran terakhir Govorov dalam Perang Dunia II adalah di wilayah Baltik. Pada akhir perang, Grup Tentara Jerman Courland, yang diblokir oleh pasukan Soviet, masih mempertahankan posisinya di Latvia Barat. Baru pada 9 Mei 1945, komandan pasukan Jerman, Kolonel Jenderal Carl Hilpert, menyerah dan dengan demikian melengkapi pembebasan wilayah Uni Soviet dari pasukan musuh.

Marsekal Georgy Zhukov adalah otak di balik sejumlah kemenangan Tentara Merah atas Nazi selama Perang Dunia II. Bacalah kisah selengkapnya!

Pembaca yang budiman,

Situs web dan akun media sosial kami terancam dibatasi atau diblokir lantaran perkembangan situasi saat ini. Karena itu, untuk mengikuti konten terbaru kami, lakukanlah langkah-langkah berikut:

  • ikutilah saluran Telegram kami;
  • berlanggananlah pada newsletter mingguan kami; dan
  • aktifkan push notifications pada situs web kami.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki