Kyrkhlyar: Legenda Makam 40 Sahabat Rasulullah

Permakaman muslim Kyrhlyar di Derbent, Republik Dagestan, Rusia.

Permakaman muslim Kyrhlyar di Derbent, Republik Dagestan, Rusia.

Legion Media
Di Derbent, Dagestan, ada sebuah pekuburan yang sering disebut sebagai Makam 40 Sahabat Rasulullah atau Kyrkhlyar. Tanah pemakaman tersebut bahkan dikenal salah satu tempat ziarah bagi umat Islam. Meski demikian, apakah sahabat-sahabat Nabi Muhammad saw. benar-benar dimakamkan di sana?

Pekuburan Kyrkhlyar, berati ‘empat puluh’ dalam bahasa Turkik, terletak di sektor utara pemakaman Derbent. Area ini dipisahkan dari kuburan lainnya dengan pagar batu. Di dalamnya, peziarah dapat melihat 40 batu nisan melintang berwarna putih, disusun dalam empat baris dari arah timur ke barat, dan tiga lainnya secara terpisah. Batu-batu nisan itu adalah sarkofagus di atas kuburan sepanjang 3,2 meter dan diukir dari balok batu padat. 

Banyak muslim secara khusus datang ke Kyrkhlyar untuk berziarah.

Permakaman yang termasuk dalam daftar situs yang dilindungi negara ini tak hanya dihormati sebagai tempat suci umat Islam di Derbent, tetapi juga di seluruh wilayah Kaukasus Utara. Banyak muslim secara khusus datang ke sini untuk berziarah.

Kyrkhlyar muncul di kota kuno ini beberapa abad silam. Seiring waktu, sejarah kemunculannya diliputi berbagai legenda sekalipun tetap mengandung fakta sejarah.

Legenda

Menurut rumor yang beredar, Kyrkhlyar berkaitan dengan periode Perang Arab-Khazar (serangkaian konflik yang terjadi antara tentara Kekhanan Khazar dan pasukan Arab di bawah Kekhalifahan Rasyidin, Umayyah, dan Abbasiyah). Penduduk setempat percaya bahwa para pemimpin pasukan Arab yang tewas dalam perjuangan menegakkan Islam dimakamkan di sini.

Pemandangan pekuburan Kyrkhlyar, permakaman abad pertengahan (antara abad ke-7 dan ke-9) yang dikenal sebagai Makam 40 Sahabat Rasulullah, di Kota Derbent, Republik Dagestan, Rusia.

Sebagai catatan, orang-orang yang mengenal dan melihat langsung Nabi Muhammad saw., membantu perjuangannya, dan meninggal dalam keadaan beriman disebut Sahabat atau Ashab al-Nabi. Jumlah Sahabat Nabi tidak diketahui secara pasti, tetapi beberapa sumber tertulis menyebutkan berkisar antara 40 hingga 120 ribu.

Ketika Rasulullah wafat pada tahun 632, orang-orang Arab telah menaklukkan seluruh Semenanjung Arab. Setelah itu, para penerusnya (khalifah) mulai menaklukkan wilayah kekuasaan Kekaisaran Byzantium yang amat luas di Asia dan Afrika, kemudian menyebarkan Islam serta budaya dan bahasa Arab.

Suatu hari, Umar bin Khattab, khalifah kedua yang berkuasa pada tahun 634 sampai 644, memerintahkan Komandan Suraqah bin Amr untuk pergi ke Bab al-Abwab (Derbent). Mengikuti perintah sang khalifah, detasemen Abd ar-Rahman bin Rabiah, yang merupakan bagian dari unit Suraqah bin Amr, mendekati Derbent pada tahun 642—643.

Seorang perempuan Derbent berziarah ke pekuburan Kyrkhlyar.

Di Derbent, pasukan Arab menghadapi orang-orang Khazar (bangsa nomaden, sekutu penting Kekaisaran Byzantium dalam menghadapi Kekaisaran Sassania, kekaisaran Persia pra-Islam terakhir) yang merebut Derbent pada tahun 630-an setelah memanfaatkan situasi tak menguntungkan yang dialami Wangsa Sasan pascapertempuran melawan Romawi Timur.

Beginilah bentrokan antara pasukan Arab dan pasukan Khazar digambarkan dalam legenda: pasukan Khazar memiliki lebih dari 30 ribu tentara, sementara pasukan muslim hanya berjumlah empat ribu tentara dengan 40 Ashab memimpin di baris depan. Pertempuran itu berlangsung selama enam hari dan menewaskan 20 ribu kafir Khazar dan 40 orang prajurit Arab.

Setelah kematian para Ashab, terjadi keajaiban besar. Untuk lebih mempermalukan musuh, bangsa Khazar melarang penguburan tubuh keempat puluh jasad Ashab. Tak lama, bencana dan penyakit melanda seluruh daratan Khazar. Para tetua kemudian mengatakan bahwa wabah dan bencana tak akan usai sampai mereka menguburkan jasad para Ashab dengan hormat dan layaknya para pejuang. Akhirnya, orang-orang Khazar menghampiri lokasi jasad 40 Ashab, tetapi kemudian terkejut karena tubuh mereka tak membusuk, justru mengeluarkan aroma mawar yang harum. Alhasil, orang-orang Khazar yang melihat peristiwa ini memutuskan memeluk Islam. Dengan demikian, sekalipun kalah, agama Allah berhasil ditegakkan.

Permakaman yang termasuk dalam daftar situs yang dilindungi negara ini tak hanya dihormati sebagai tempat suci umat Islam di Derbent, tetapi juga di seluruh wilayah Kaukasus Utara.

Keempat puluh jasad yang tak membusuk itu kemudian dibawa ke Derbent karena para Ashab sendiri pernah mewasiatkan untuk dimakamkan di kota itu. Begitulah awalnya Kyrkhlyar muncul. Kisah inilah yang terus diceritakan dari satu ke generasi ke generasi lain selama lebih dari 13 abad kemudian.

Fakta Sejarah

Para peneliti percaya bahwa sejarah Kyrkhlyar berasal dari periode awal penaklukan Derebent oleh Dinasti Seljuk pada tahun 1071. Para pemimpin detasemen Ghazi (istilah Arab yang merujuk kepada orang-orang yang terlibat dalam ghazw ‘ekspedisi militer’) abad X—XI, yang dianggap syahid, dimakamkan di sini.

Kyrkhlyar muncul di Kota Derbent beberapa abad silam.

Cendekiawan Moldavia Dimitrie Cantemir, yang pada awal abad ke-18 mempelajari barang-barang antik Derbent secara menyeluruh, mencatat legenda pertalian asal-usul pekuburan ini dengan Oghuz Turk, sebuah bangsa Turk barat.

Legenda ini juga dikutip oleh Adam Olearius. Ilmuwan Jerman itu melaporkan bahwa “40 pangeran, orang-orang suci” dikubur di permakaman, yang “dipimpin oleh seorang raja bernama Kassan, yang berasal dari bangsa Okus (maksudnya Oghuz -red.)”.

Permakaman yang termasuk dalam daftar situs yang dilindungi negara ini tak hanya dihormati sebagai tempat suci umat Islam di Derbent, tetapi juga di seluruh wilayah Kaukasus Utara.

Darband-nama, salah satu versi kronik Derbent yang kemungkinan disusun pada abad ke-17, menyebutkan 50 prajurit syahid dikubur di permakaman kota. Hampir semuanya (47 dari 50) memiliki gelar sultan Turki, dan banyak di antara mereka memiliki nama Turki, seperti Chumchekh, Tufan, Gutkhan, Geyyum, Hechem, Khar-kesh, Kutchek, Dede, dll.

A.K. Alikberov, penulis buku Kenangan Sejarah dan Identitas Rusia di Kaukasus Utara, mendukung pendapat ini dan menafsirkan permakaman Kyrkhlyar sebagai pekuburan “para pemimpin detasemen Ghazi, yaitu sar lashkar (pangkat perwira tinggi -red.) lokal, yang disebut sultan semasa Dinasti Seljuk sebagai bentuk penghormatan”, yang secara historis hanya mungkin terjadi pada sepertiga terakhir abad ke-11 di bawah kepemimpinan gubernur-gubernur Seljuk, Yagma dan Sau-Tegine, ketika Derbent menjadi pos terdepan Kesultanan Seljuk di wilayah Kaukasus.

M.S. Gadzhiev, seorang doktor ilmu sejarah dan pengarang buku Kota Kuno Dagestan: Pengalaman Analisis Historis-Topografi dan Sosial-Ekonomi, menulis bahwa epigrafi (tulisan kuno) yang ditemukan pada sarkofagus serupa berfungsi sebagai referensi penanggalan tambahan untuk menentukan waktu kemunculan Kyrkhlyar. Berdasarkan hasil penelitian, semuanya dibuat dengan gaya yang sama: kaligrafi Kufi dengan ornamen “berbunga” yang terlihat dengan jelas. Tak diragukan lagi, ini semua merupakan ciri khas zaman Seljuk.

Batu-batu nisan di tanah pemakaman Derbent.

Nisan paling awal dengan bentuk semacam ini, biasanya berasal dari abad XI—XII, berdasarkan kalender 469 Hijriyah (tahun 1076—1077 Masehi), ditemukan pada nisan di sektor selatan tanah pemakaman Derbent.

Oleh karena itu, Kyrkhlyar merupakan makam para pemimpin pasukan “pejuang akidah” atau Ghazi yang diberi gelar sultan semasa Kesultanan Turki Seljuk, bukan makam sahabat-sahabat Rasulullah.

Dahulu, Kala-Koreysh merupakan pusat persebaran Islam di seluruh wilayah Kaukasus. Meski kini menjadi kota hantu, pesonanya masih memikat para turis dan peziarah.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Baca selanjutnya

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki