operasi di Krimea menunjukkan esensi perang sebenarnya, sebuah pengalaman yang diperoleh Tentara Merah saat itu.
Evgeny Haldei / TASSOperasi ini adalah salah satu dari ‘Stalin’s ten blows’, yang merupakan 10 strategi serangan sukses Tentara Merah Uni Soviet saat Perang Dunia II. Operasi ini dimulai pada 8 April 1944 dan berakhir pada pertengahan Mei. Gabungan tentara Jerman-Rumania sepenuhnya dihancurkan, dan Uni Soviet kembali mengambil alih kendali di Krimea, lokasi yang dianggap strategis.
“Angin, salju, hujan, tanah berlumpur… Pasukan pembersih ranjau dan tentara, dengan air dingin sepinggang, membangun jembatan. Kemudian memperbaikinya saat rusak karena petir. Semua ini dilakukan saat musuh menembak dan mengebom. Sebuah pekerjaan besar,” adalah bagaimana Boris Bozhedomov, sejarawan di Institut Penelitian Akademi Militer mendeskripsikan peristiwa ini, saat sebuah konferensi yang diadakan untuk merayakan ulang tahun operasi tersebut. Ini adalah upaya Tentara Merah supaya Laguna Sivash, yang memisahkan sisi utara Krimea dengan pulau besarnya, dapat dikendalikan tentara Soviet. Untuk menyeberangi laguna ini, mereka membangun jembatan sepanjang lebih dari 1,6 kilometer.
Seperti yang dikatakan sang sejarawan, tentara-tentara Jerman menetap di Krimea dengan putus asa. Terlepas dari fakta bahwa mereka telah minggat dari pusat Krimea pada musim gugur 1943, Adolf Hitler menolak mengevakuasi tentara dan pasukan aliansinya.
Mikhail Myagkov, direktur sains di Perkumpulan Sejarah Militer Rusia, mengatakan bahwa kepemimpinan Soviet juga sadar dengan kepentingan strategis yang tak terelakkan dari operasi ini.
Jerman berharap bahwa para tentaranya mampu mengulangi kemenangan terhadap tentara Soviet pada 1941 – 1942. Saat itu, untuk merebut Krimea, Jerman membutuhkan 250 hari, sedangkan operasi di Sevastopol (ibu kota Krimea) hanya berlangsung 30 hari. Tentara Soviet membebaskan seluruh Krimea hanya dalam 35 hari, dan Sevastopol direbut kembali hanya dalam empat hari.
Sebelum operasi, Tentara Merah diberikan kekuatan yang superior dalam hal sumber daya manusia dan perlengkapan. Tentara Soviet terdiri dari 470 ribu orang, sedangkan gabungan tentara Jerman dan Rumania hanya 200 ribu.
Namun begitu, supaya mampu diuntungkan dari kekuatan ini, pertama-tama tentara Sovier harus dipusatkan secara rahasia di dua area di mana serangan akan terjadi — Perekopa (utara) dan Kerch (kearah tenggara Semenanjung Krimea), menggunakan pangkalan yang sebelumnya diambil alih dari musuh di sana.
Bozhedomov menambahkan bahwa meski pun begitu, musuh sadar dengan keberadaan para tentara Soviet, karena pendaratan penuh puluhan ribu tentara tidak bisa dilakukan diam-diam, dan saat itu mereka melintasi satu-satunya jalur yang dapat digunakan untuk menyerang. Tapi, meski para musuh kemudian melakukan persiapan untuk menghadapi mereka, banyak tentara Soviet dan korps bersenjata yang mampu diam-diam berpusat di daerah-daerah yang lebih kecil tanpa diketahui Nazi.
Serangan utama datang dari Perekopa. Yang kedua datang dari Kerch, dan dilakukan pada 11 April. Hanya dalam beberapa hari, tentara Soviet mampu masuk ke pertahanan Jerman dari kedua arah, dan musuh mulai mengibarkan bendera putih. Di pertengahan April, tentara Soviet sudah mengepung Sevastopol. Dua upaya terburu-buru untuk masuk ke pertahanan musuh gagal, sehingga tentara Soviet mulai mempersiapkan serangan penuh. Serangan ini dimulai 5 Mei dan berakhir 9 Mei.
Sebagai hasil dari operasi ini, tentara Jerman-Rumania kehilangan 140 ribu orang, dengan sekitar setengahnya menjadi tahanan. Di satu sisi, Tentara Merah kehilangan 17 ribu orang yang terbunuh dalam pertempuran.
Menurut Sergei Chennyk, editor majalah Military Crimea, operasi di Krimea menunjukkan esensi perang sebenarnya, sebuah pengalaman yang diperoleh Tentara Merah saat itu. Menurutnya, “operasi yang menentukan” ini kemudian diikuti sejumlah kemenangan berkelanjutan.
Operasi pembebasan Krimea ini sendiri terkenal karena adanya tingkat motorisasi yang tinggi; Tentara Merah maju ke depan dengan cepat tanpa harus berjalan kaki.
Operasi ini juga terkenal karena letak geografis Semenanjung Krimea itu sendiri — yang dianggap sebagai “benteng abad pertengahan yang tak dapat ditembus dan seluruh wilayahnya dikelilingi parit”. Meski begitu, tentara Soviet mampu mengambil alih benteng ini dalam tempo cepat. Menurut para sejarawan, operasi ini membuka pintu Tentara Merah ke Balkan. Beberapa bulan kemudian, tentara Rumania yang mengalami kekalahan dari operasi itu, memutuskan hubungan aliansinya dengan Jerman dan bergabung dengan koalisi anti Hitler.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda