Menurut pakar, perusahaan pelobi yang baik mampu mempertemukan kliennya dengan Vladimir Putin.
APPada bulan Maret, Le Canard Enchaîné memberitakan bahwa politikus Perancis François Fillon sempat mendapatkan uang 50 ribu euro (747 juta rupiah) karena mempertemukan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan miliuner Lebanon Fouad Makhzoumi dan CEO Total Patrick Pouyanné di Forum Ekonomi Sankt Peterburg tahun 2015.
Fillon, yang sempat menjadi kandidat presiden dari Partai Republik Perancis, kemudian mengatakan bahwa laporan tersebut adalah “kebohongan yang memalukan”, dan pemerintah Rusia juga sangat tidak percaya dengan artikel itu. Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa laporan itu “tampaknya palsu”, dan semua pertemuan presiden dengan pebisnis diadakan sesuai prosedur yang ada, sehingga tidak mungkin ada pihak ketiga yang bisa ikut campur.
Jumlah uang yang Fillon terima itu juga patut dipertanyakan, kata Dmitry Orlov, Direktur Jenderal Badan Komunikasi Politik dan Ekonomi.
“Perkara ini terdengar mustahil bagi saya, terutama karena jumlah uangnya tidak banyak. Seseorang yang memiliki akses ke Presiden Rusia seharusnya meminta uang lebih banyak dari itu untuk sebuah pertemuan dengannya,” kata Orlov, seraya menambahkan bahwa di Forum Ekonomi Sankt Peterburg para pebisnis dapat bertemu dengan politisi paling senior.
“Anda mendaftar dan membayar biaya masuk, sekitar 290 ribu rubel, dan Anda bebas untuk bertemu siapa pun yang diinginkan,” kata Orlov.
Namun begitu, Fillon bisa saja bertindak sebagai pelobi, terutama karena sejak 2015 ia tidak memiliki jabatan resmi negara, sehingga ia tidak akan melanggar hukum, kata Pavel Salin, Direktur Pusat Kajian Politik di Universitas Keuangan Federasi Rusia.
“Banyak orang di pemerintah — yang sudah pensiun atau kesulitan di karir mereka — melakukan hal sepert ini: menggunakan jaringan yang mereka punya untuk mempertemukan orang A dengan orang B,” ujar Salin, menambahkan bahwa dalam situasi ini, Putin tidak sadar bahwa ada uang yang digunakan oleh pebisnis untuk bertemu dengannya.
Salin yakin bahwa hal seperti ini normal. “Jika politikus berpengaruh yang akan dipertemukan tidak dibayar untuk pertemuan, itu bukan korupsi, melainkan pelobian yang baik.”
Menurutnya, praktik seperti itu terus terjadi di mana-mana dan ia tidak mengerti mengapa kasus Fillon-Putin ini menimbulkan kericuhan. “Saya rasa ini ada hubungannya dengan ‘psikosis’ di Barat, di mana apa-apa yang berhubungan dengan Rusia memicu ketegangan,” tuturnya.
Pelobian seperti ini, di mana pebisnis membayar perantara untuk bertemu dengan politisi, juga terjadi di Rusia. Undang-undang setempat tidak meregulasi pelobian, dan RUU semacam ini beberapa kali muncul di parlemen, namun gagal tembus. Oleh karena itu, bantuan dalam mengadakan pertemuan adalah hal yang sepenuhnya legal.
“Orang yang sering melakukannya adalah pelobi profesional: firma hukum, konsultan bisnis,” kata Pavel Tolstykh, Kepala Pusat Kajian Isu Interaksi Pebisnis-Pemerintah, kepada radio Kommersant FM. Ia menambahkan bahwa sebuah pertemuan hanyalah “tambahan” yang berujung pada sebuah perjanjian. Pekerjaan utama para pelobi adalah meyakinkan politisi untuk memberlakukan keputusan yang menguntungkan pebisnis — dan kemungkinan politisi pun tidak sadar bahwa mereka sedang berurusan dengan pelobi.
“Rusia tidak punya peraturan yang mengatur pelobi, jadi segala urusannya diadakan di luar publik,” kata Tolstykh. Ia percaya bahwa perusahaan pelobi paling berpengaruh dapat mencoba mengadakan pertemuan antara klien mereka dengan Vladimir Putin. Pertemuan seperti ini bisa dihargai 1 juta dolar AS.
Di saat yang bersamaan, tugas para pelobi adalah mengadakan pertemuan sedemikian rupa supaya “presiden tidak sadar bahwa pebisnis dapat bertemu dengannya setelah ada transaksi uang”, atau ia dapat membatalkan pertemuan itu.
Para pelobi beroperasi secara hati-hati di balik layar, namun ada masanya di mana pebisnis secara terbuka membayar supaya dapat berkomunikasi dengan pemerintah, dan hal ini lebih identik dengan korupsi dibanding pelobian, kata Orlov.
“Di 1990-an, sempat dilaporkan bahwa biaya pertanyaan parlemen tertentu untuk diperhatikan badan pemerintah adalah 5,000 dolar AS,” kata Orlov. “Layanan lain juga ada biaya sendiri: seperti biaya untuk bertemu Presiden Yeltsin, dan biaya menembuskan UU federal.”
Orlov mengatakan bahwa rumor seperti ini belum tentu benar, tapi ini menunjukkan adanya sifat korupsi yang mendalam oleh elite politik di era itu. Namun begitu, sejak itu, baik mekanisme mau pun sistem kenegaraan untuk memengaruhi elite politik di Rusia telah berubah. Mereka telah menjadi lebih beradab, kata Orlov.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda