Terduga Kuat Pelaku Bom Sankt Peterburg Berencana Bangun Rumah dan Menikah

Akbarjon Djalilov sempat mengungkapkan keinginannya untuk kembali ke kampung halamannya di Kirgizstan dan menikah.

Akbarjon Djalilov sempat mengungkapkan keinginannya untuk kembali ke kampung halamannya di Kirgizstan dan menikah.

Russian Archives/Global Look Press
Akbarjon Djalilov, terduga kuat pelaku bom bunuh diri di kereta bawah tanah (metro) Sankt Peterburg pekan lalu, diketahui sempat pulang ke kampung halamannya di Kirgizstan beberapa bulan lalu. Berikut kesaksian kakak kandung Djalilov mengenai adiknya.

Akbarjon Djalilov, warga Rusia kelahiran Kirgizstan yang menjadi terduga kuat pelaku bom bunuh diri di metro Sankt Peterburg awal bulan ini, diketahui sempat pulang ke kampung halamannya beberapa bulan lalu. Sebagaimana yang dikabarkanRBK, kakak laki-laki Akbarjon, Akhror Djalilov, mengatakan bahwa selama kunjungannya yang terakhir, sang adik sempat mengungkapkan keinginannya untuk membangun rumah di tanah milik ayahnya, kembali ke Kirgizstan, dan menikah.

“Akbar tidak salat lima waktu dan tidak melakukan ibadah salat Jumat. Ketika ia kembali ke Kirgisztan pada Februari lalu, ia sama sekali tidak mengunjungi masjid, saya tidak melihat adanya perubahan pada perilakunya,” tutur Akhror. Akhror pun memaparkan bahwa ia sama sekali tidak menemukan buku-buku yang mencurigakan atau pun hal-hal tak biasa lainnya pada komputer yang digunakan adiknya.

Pada 2011 silam, Akbarjon pindah ke Sankt Peterburg setelah mendapatkan kewarganegaraan Rusia dan bekerja di sebuah bengkel mobil. Setiap tahun, Akbarjon biasanya menyempatkan diri pulang ke Osh (kampung halamannya) untuk mengunjungi keluarganya. Namun, ia tidak kembali selama dua tahun terakhir. Menurut Akhror, adiknya sempat mengabarkan bahwa ia tengah mengikuti wajib militer. Anehnya, tidak ada foto-foto dirinya selama menjalankan wajib militer tersebut. Keluarganya bahkan tidak mengetahui di unit militer apa Akbarjon ditempatkan.

Dijebak?

Keluarga Djalilov mengonfirmasi bahwa foto-foto yang beredar di jejaring sosial setelah ledakan minggu lalu adalah Akbarjon.

Meski begitu, pihak keluarga tidak percaya bahwa Akbarjon melakukan bom bunuh diri. Keluarganya meyakini bahwa Akbarjon dijebak untuk mengambil tas dan ransel yang berisi bom, sementara pelaku sebenarnya meledakkan bom tersebut dari jarak jauh.

Setelah insiden tersebut, ayah, ibu, dan kakak lelakinya memenuhi panggilan Komite Keamanan Nasional (GKNB) dan Kementerian Dalam Negeri untuk dimintai keterangan. “Ketika diinterogasi, mereka memberitahu saya bahwa Akbarjon terlibat dalam organisasi teroris ISIS. Sesungguhnya ia tidak punya alasan untuk terlibat dengan organisasi tersebut,” kata Akhror.

Narasumber RBK di Kementerian Dalam Negeri Kirgisztan menegaskan bahwa selama tinggal di Kirgizstan, baik Akbarjon maupun seluruh keluarganya tidak pernah memiliki catatan kriminal dengan kepolisian dan tidak ada satu pun dari keluarga Djalilov yang memiliki hubungan dengan gerakan radikal.

Insiden ledakan yang terjadi pekan lalu di metro Sankt Peterburg menewaskan 14 orang — termasuk sang pelaku pengeboman, serta 60 orang lainnya yang luka-luka. Setelah ledakan pertama, pasukan keamanan menemukan bom kedua di stasiun metro Ploshchad Vosstaniya. Sebuah tas yang berisi bahan peledak dengan jejak DNA Djalilov tersebut berhasil diamankan.

Selang beberapa hari kemudian, pada 6 – 7 April lalu, delapan orang yang diduga berhubungan dengan teroris ditangkap di Moskow dan Sankt Peterburg. Tiga dari mereka diketahui bekerja sebagai koki di jaringan restoran Jepang ‘Sushi Wok’.

Di dalam rumah mereka ditemukan senjata api, amunisi, dan bahan peledak yang identik dengan apa yang ditemukan di stasiun metro Ploshchad Vosstaniya. Sementara, selama pemeriksaan di apartemen Djalilov, tim penyelidik juga menemukan materi yang diduga digunakan untuk merakit bom.


Teror di Sankt Peterburg

Investigasi awal dan reaksi masyarakat

Pria terduga pelaku teror nyatakan dirinya tak bersalah

Fakta, teori, dan opini seputar ledakan di metro

Moskow bisa jadi target teror selanjutnya

Kisah orang-orang tak berdosa yang jadi korban

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki