Bahas Ledakan di Sankt Peterburg, Mantan KGB: Badan Keamanan Bukan Tuhan

Seorang polisi dan beberapa anggota unit layanan darurat terlihat di luar stasiun metro Tekhnologicheskiy Institut di Sankt Peterburg, Rusia, Senin (3/4).

Seorang polisi dan beberapa anggota unit layanan darurat terlihat di luar stasiun metro Tekhnologicheskiy Institut di Sankt Peterburg, Rusia, Senin (3/4).

Reuters
Sejak awal tahun, badan keamanan Rusia telah mencegah lebih dari 40 serangan teroris, dan beberapa ratus terduga teroris telah ditangkap.

Sebuah bom meledak pada pukul 14.40 waktu Moskow di gerbong kereta bawah tanah yang tengah melintas di antara stasiun Sennaya Ploshchad dan Tekhnologichesky Institut di Sankt Peterburg. Tujuh orang tewas di lokasi ledakan, sedangkan satu orang meninggal di ambulans dalam perjalanan ke rumah sakit. Dua orang dikabarkan meninggal di ruang gawat darurat rumah sakit. Aparat setempat menyebutkan ledakan tersebut juga menyebabkan 47 orang lainnya luka-luka, dan 39 di antaranya dilarikan ke rumah sakit. Secara keseluruhan, lebih dari 1.200 penumpang dievakuasi dari metro.

Vladimir Lutsenko, seorang kolonel komponen cadangan FSB dan sekaligus mantan kepala unit antiteroris KGB, berbicara kepada radio Kommersant FM tentang ledakan yang mengguncang metro Sankt Peterburg, kemarin, Senin (3/4).

Jika ledakan ternyata disebabkan oleh serangan teroris, akan ada banyak kelompok yang ingin mengklaim bertanggung jawab atas peristiwa itu, kata Lutsenko. Menurutnya, serangan itu bisa dilakukan oleh kelompok radikal, seperti ISIS, atau kelompok nasionalis Ukraina yang belum lama ini berupaya menyelundupkan ranjau antipersonel ke Krimea. “Hal ini akan segera terungkap karena metro memiliki sejumlah kamera CCTV, dan dilihat kerusakan pintu metro, ledakan itu cukup kuat,” kata sang kolonel.

“Sejak awal tahun, badan keamanan kita telah mencegah lebih dari 40 serangan teroris, dan beberapa ratus terduga teroris telah ditangkap. Ada perang yang tengah berlangsung. Kita tak hanya menjadi bagian dari upaya memerangi bencana ini, tapi juga bagian dari peristiwa tragis yang terjadi di dunia. Oleh karena itu, saat ini semuanya sangat kompleks dan tragis. Kenyataannya, setiap serangan teroris yang berhasil akan ditiru di seluruh dunia, dan itu tak hanya teradi di negara kita. Mereka belajar dari satu sama lain. Jika ada teroris yang berhasil maka yang lain akan segera mengikuti. Ini adalah bencana global, apa lagi yang bisa kita katakan”? ujar Lutsenko berkomentar.

Namun demikian, Lutsenko meyakini bahwa seefektif apa pun kerja badan keamanan, mereka tidak akan bisa sepenuhnya mencegah peristiwa nahas semacam ini. “Kita tidak bisa menempatkan tank di setiap halaman taman kanak-kanak dan kita tidak bisa membuat masyarakat kita seolah-olah berada di dalam benteng yang terkepung. Kita tidak bisa melampaui batas wajar. Namun, dilihat dari fakta bahwa negara kita cukup damai (tak ada serangan teroris) dalam waktu yang lama, tak seperti di Eropa dan dunia pada umumnya, badan keamanan Rusia telah melakukan tugas mereka cukup efektif. Lihatlah di Irak dan Pakistan, di sana pembunuhan massal terjadi hampir setiap hari. Biar bagaimanapun, badan keamanan tidak mahakuasa — mereka bukan Tuhan yang Maha Esa,” kata Lutsenko.

Dalam waktu dekat, pemeriksaan keamanan di metro dan transportasi umum lainnya akan lebih digalakkan, sementara patroli polisi akan ditingkatkan, tambah Lutsenko. Semua badan keamanan sekarang akan bekerja siang dan malam untuk menemukan dan menghukum mereka yang bertanggung jawab atas ledakan itu. Ini adalah masalah global. Namun, badan keamanan tidak akan dapat mengatasi masalah ini sendirian. Para politisi di seluruh dunia harus berpikir tentang masalah ini dan mencoba menyelesaikannya.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki