Ledakan Metro di Sankt Peterburg: Investigasi dan Reaksi Masyarakat

Seorang warga kota berdiri di sekitar stasiun metro Sennaya Ploschad.

Seorang warga kota berdiri di sekitar stasiun metro Sennaya Ploschad.

Sergei Konkov/TASS
Ledakan di kereta bawah tanah (metro) Sankt Peterburg pada Senin (3/4) menewaskan setidaknya sepuluh orang. Pihak berwenang kini tengah mempelajari kemungkinan adanya serangan teroris dalam ledakan itu. Serangan terjadi saat Presiden Rusia Vladimir Putin tengah berada di kota itu.

Ledakan di kereta bawah tanah itu terjadi sekitar pukul 14.40 waktu Moskow (18.40 WIB), ketika kereta melewati antara stasiun Sennaya Ploschad dan Tekhnologichesky Institut-1 di pusat kota.

Peta terjadinya ledakan gerbong metro antara stasiun Sennaya Ploschad dan Tekhnologichesky Institut-1 di pusat kota Sankt Peterburg.Peta terjadinya ledakan gerbong metro antara stasiun Sennaya Ploschad dan Tekhnologichesky Institut-1 di pusat kota Sankt Peterburg.

“Ada suara ledakan yang sangat keras dan kemudian muncul asap dengan bau yang sangat tajam,” terang salah seorang penumpang yang mengaku berada di dekat gerbong yang meledak kepada harian Bumaga. Saat peristiwa itu terjadi, kereta masih terus berjalan hingga sampai di stasiun. Para penumpang yang berada di gerbong yang meledak segera berhamburan keluar melalui jendela. Sementara, para petugas segera mengevakusi para korban.

Komite Investigasi Rusia melaporkan bahwa ledakan itu telah menewaskan sepuluh orang warga. Satu jam setelah ledakan, seluruh penumpang telah dievakuasi sepenuhnya dan pemerintah kota Sankt Peterburg menutup seluruh pintu masuk dan keluar stasiun metro di kota itu. Sebagaimana yang dilaporkan Interfax, seluruh korban ledakan segera dilarikan ke rumah sakit. Di antara para korban terdapat 24 orang dewasa dan seorang anak kecil.

Unit layanan darurat tiba di luar stasiun metro Sennaya Ploshchad, menyusul terjadinya ledakan di dua gerbong kereta api bawah tanah di Sankt Peterburg, Rusia, Senin (3/4). Sumber: ReutersUnit layanan darurat tiba di luar stasiun metro Sennaya Ploshchad, menyusul terjadinya ledakan di dua gerbong kereta api bawah tanah di Sankt Peterburg, Rusia, Senin (3/4). Sumber: Reuters

Memperhitungkan Segala Kemungkinan

Narasumber Interfax melaporkan bahwa ada alat peledak yang tertinggal di gerbong kereta yang kemungkinan memicu ledakan. Menurut kantor berita itu, kekuatan ledakan terbilang “relatif kecil”, yaitu 200 – 300 gram TNT. Kantor Jaksa Agung kemudian menyebut insiden itu sebagai serangan teroris.

Sementara, Presiden Rusia Vladimir Putin yang pada saat terjadinya ledakan tengah menghadiri forum media lokal dan regional keempat di Sankt Peterburg mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk menyimpulkan penyebab ledakan. "Namun, tentu saja, kami memperhitungkan segala kemungkinan, mulai dari versi kecelakaan biasa, tindakan kriminal, dan tentunya, versi terorisme,” kata sang presiden. Putin juga menekankan bahwa pemerintah akan mengambil segala langkah yang dibutuhkan untuk membantu para keluarga korban tewas dan terluka.

Tim unit layanan darurat berdiri di samping sebuah helikopter di luar stasiun metro Tekhnologicheskiy Institut di Sankt Peterburg, Rusia, Senin (3/4). Sumber: ReutersTim unit layanan darurat berdiri di samping sebuah helikopter di luar stasiun metro Tekhnologicheskiy Institut di Sankt Peterburg, Rusia, Senin (3/4). Sumber: Reuters

Sumber dari badan penegak hukum menganggap peristiwa ini kemungkinan besar terjadi akibat serangan teroris. “Kemungkinan besar ini adalah aksi terorisme karena hampir tidak mungkin seseorang bisa membawa sesuatu yang dapat membuat ledakan semacam itu, seperti tabung gas, ke dalam kereta,” kata narasumber dari departemen regonal FSB di Sankt Peterburg kepada RBTH. Menurutnya, masih belum jelas apakah ledakan itu berasal dari alat peladak atau dari pelaku bom bunuh diri.

Narasumber RBTH lainnya dari departemen regional Kementerian Dalam Negeri meyakini bahwa sang terduga teroris telah memilih waktu untuk melancarkan serangannya. “Pada saat terjadinya ledakan, biasanya ada banyak penumpang, tapi tidak terlalu rama,” katanya menjelaskan. Bagi teroris, lokasi yang terlalu ramai kurang efisien. Jika terlalu ramai, hanya orang-orang yang didekat sumber ledakan saja yang terkena dampaknya. Karena itu, jumlah korban pun akan lebih sedikit.

Unit layanan darurat tiba di luar stasiun metro Sennaya Ploshchad, menyusul terjadinya ledakan di dua gerbong kereta api bawah tanah di Sankt Peterburg, Rusia, Senin (3/4). Sumber: ReutersUnit layanan darurat tiba di luar stasiun metro Sennaya Ploshchad, menyusul terjadinya ledakan di dua gerbong kereta api bawah tanah di Sankt Peterburg, Rusia, Senin (3/4). Sumber: Reuters

Reaksi Warga dan Pemerintah

“Benar-benar mengerikan, seperti ada perang,” terang Aleksandr Bulekov, salah seorang saksi mata, menjelaskan situasi di pusat kota Sankt Peterburg kepada Kommersant FM. “Ada banyak helikopter yang dikerahkan,” katanya menambahkan.

Langkah-langkah terkait keamanan telah ditingkatkan di Bandara Pulkovo. Untuk sementara waktu, berbagai angkutan umum beroperasi secara gratis. Media setempat juga melaporkan bahwa terjadi kekacauan sistem komunikasi seluler dan kemacetan besar di pusat kota.

Selain Presiden Putin, Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev dan Presiden Belarus Aleksandr Lukashenko, yang saat terjadinya ledakan tengah bersama presiden Rusia, turut mengungkapkan belasungkawa kepada para keluarga korban ledakan. “Kita tidak dibiarkan hidup damai, karena itu kita harus siap menghadapi segala kemungkinan,” ujar Lukashenko, seperti yang dikutip TASS, seraya menyebutkan bahwa dunia tengah menghadapi ancaman besar.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki