Lima Potensi Kerja Sama Putin dan Trump

Presiden AS Donald Trump tampaknya akan bekerja sama dengan Rusia dalam berbagai hal, termasuk perlawanan terhadap ISIS di Timur Tengah.

Presiden AS Donald Trump tampaknya akan bekerja sama dengan Rusia dalam berbagai hal, termasuk perlawanan terhadap ISIS di Timur Tengah.

Reuters
Hubungan Rusia dan AS memanas selama delapan tahun kepemimpinan Obama. Di bawah kepemimpinan Trump saat ini, hubungan kedua negara diprediksi akan membaik. Berikut lima bentuk kerja sama yang mungkin dapat disepakati oleh Presiden Putin dan Trump.

`1. Perlawanan terhadap ISIS dan situasi di Timur Tengah

Kremlin dan Washington sadar bahwa mereka harus menghentikan ancaman teroris di Timur Tengah, terutama dari ISIS. Para ahli percaya bahwa kesadaran tersebut dapat menyatukan Moskow dan Washington dalam memberantas para ekstremis di Suriah.

Direktur Yayasan Studi AS di Universitas Negeri Moskow (MGU) Yuri Rogulev mengatakan bahwa dasar kerja sama untuk mengatasi tantangan ini telah dibangun. Kedua negara kini tengah berupaya untuk mendamaikan pihak oposisi dan pemerintah di Suriah. Saluran komunikasi serta pertukaran informasi antarmiliter kedua negara pun telah dibangun.

Dmitri Suslov, seorang analis politik dari Sekolah Tinggi Ekonomi Rusia (HSE), mengatakan bahwa pendekatan Trump terhadap krisis Suriah akan menumbuhkan kerja sama Moskow-Washington.

Sebagai perbandingan, pemerintahan Barack Obama selalu berselisih pendapat dengan Rusia. AS menganggap Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai inti permasalahan, sedangkan Moskow mendukung Assad. Perbedaan pandangan ini membuat kerja sama mustahil terjadi. Sekarang, pemerintahan Trump sepertinya tidak akan memaksakan Assad untuk meletakkan jabatannya, ujar Suslov. Ini akan membantu “Rusia dan AS dalam membangun kerja sama militer dan memiliki pandangan yang sejalan dalam melihat regulasi politik di Suriah”.

Di lain sisi, Alexei Fenenko, seorang pakar dari Institut Keamanan Dunia RAS, mengatakan bahwa meskipun pendekatan Trump dalam krisis Suriah berbeda dengan Obama, ia akan tetap “berupaya membuat Suriah tanpa Assad”. Bagi Moskow, hal ini tak dapat diterima karena itu berarti “menyia-nyiakan seluruh usaha Rusia” di Suriah, ujarnya.

2. Ketegangan di Baltik dan Laut Hitam

Trump akan menghentikan ekspansi militer AS dan NATO di Eropa Timur, termasuk di Polandia dan negara-negara Baltik, serta akan menghindari konflik dengan Rusia, ungkap Suslov. Ia tidak menyampingkan bahwa Washington mungkin akan “mengusir“ aliansi AS di Eropa Timur ketika mereka bertindak provokatif terhadap Moskow.

Sebagai gantinya, Rusia tidak boleh melanggar wilayah udara negara anggota NATO, terbang sambil mematikan transponder, serta melakukan aksi provokatif lainnya. “Situasi rawan terkait keamanan di Eropa saat ini mungkin tidak dapat diatasi, tapi dapat dikurangi dengan kehadiran Trump,” kata Suslov menjelaskan.

3. Ukraina

Di bawah pimpinan Trump, Rusia dan AS mungkin akan menemukan cara untuk mengatasi krisis Ukraina. Suslov berpendapat bahwa Trump melihat Ukraina sebagai masalah, dan AS tidak bertanggung jawab terhadap kudeta tahun 2014 yang berujung pada penggulingan pemerintah yang sah,kata Suslov.

“Pemerintah AS menegaskan bahwa mereka ingin agar Kiev mematuhi Perjanjian Perdamaian Minsk,” ujar Suslov. Hal ini pun sejalan dengan posisi Rusia karena Kremlin berkali-kali menegur Kiev atas keengganannya mematuhi perjanjian yang hingga kini belum disahkan Parlemen Ukraina itu.

Namun begitu, keputusan terhadap Ukraina tampaknya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Direktur Pusat Hubungan Politik Rusia kata Alexei Chesnakov mengatakan bahwa tim kebijakan luar negeri pemerintah AS yang baru butuh waktu untuk memahami situasi di Ukraina. Pemerintahan Trump belum mengeluarkan doktrin kebijakan luar negeri.

Selain itu, Moskow dan Washington perlu memiliki visi yang sama mengenai masa depan Ukraina demi mengatasi masalah di negera itu. Di satu sisi, Rusia mendukung gagasan federalisasi Ukraina yang hak setiap daerah dapat disusun dengan jelas dan dilindungi. Di lain sisi, AS mendukung pemerintahan Kiev saat ini yang — meskipun beberapa kali mengutarakan pentingnya desentralisasi di sana — cenderung mempertahankan prinsip sentralisasi politik yang dijalankan Kiev.

4. Senjata nuklir

Rusia dan AS akan berupaya mencapai kesamaan pandangan dalam pengendalian senjata nuklir, demikian menurut para pakar. Fenenenko percaya bahwa ini adalah salah satu isu terpenting dalam agenda bilateral kedua negara.

Namun demikian, Rusia tidak memandang isu ini sepenting bagaimana AS memandangnya, kata Vashily Kashin, seorang peneliti dari Pusat Studi Komprehensif Eropa dan Hubungan Internasional di HSE Moskow. Washington dihadapkan pada tantangan untuk memperbarui serangkaian nuklir mereka, sesuatu yang belum pernah terjadi sejak akhir Perang Dingin.

Biaya proyek mahal ini diestimasikan menghabiskan ratusan miliar dolar AS. Selain itu, AS juga perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk meningkatkan kehadiran militernya di Samudra Pasifik karena hal serupa tengah dilakukan Tiongkok.

Untuk merealisasikan kedua hal ini, Trump harus menurunkan jumlah militer mereka di daerah lain, serta setuju dengan Rusia dalam pengurangan jumlah senjata nuklir, ungkap Kashin. Hal ini dapat membuat modernisasi nuklir AS lebih murah.

Namun, pengurangan senjata nuklir ini bukanlah fokus utama Moskow saat ini karena beberapa tahun terakhir Rusia telah memodernisasi nuklir mereka. “Kesepakatan dalam pengendalian senjata nuklir adalah sesuatu yang tidak Rusia butuhkan, sedangkan AS sangat membutuhkan itu. Ini berarti AS harus memberikan lebih banyak penawaran kepada kita,” kata Kashin.

5. Sanksi terhadap Rusia

Sebagai timbal balik kerelaan Rusia mengurangi jumlah senjata nuklirnya, Trump hanya menawarkan pengurangan atau penghapusan sanksi ekonomi terhadap Moskow. Para ahli Rusia menganggap ini tidak seimbang.

Rogulev mengatakan bahwa meskipun Trump ingin meningkatkan hubungan ekonomi dengan Rusia, Moskow tidak perlu berharap ada pengurangan sanksi dalam waktu dekat. Trump nantinya akan menggunakan ini sebagai bahan diskusi dengan Rusia untuk mendapatkan keuntungan lain dari Moskow.

Ada juga yang berpendapat bahwa Washington belum siap untuk menghapus sanksi. “Penghapusan sanksi berarti AS mengaku kalah dari Rusia,” kata Fenenko.


Hubungan Putin dan Trump akhir-akhir ini:

Putin “membela” Trump atas berbagai tuduhan yang ditujukan pada presiden AS

Keduanya sudah berbicara lewat telepon dan sepakat untuk berkomunikasi secara reguler

Menurut Gedung Putih, pencabutan sanksi AS terhadap Rusia sedang dipertimbangkan

AS-Rusia kemungkinan akan membentuk koalisi Antiteroris

Moskow berharap Washington ambil pendekatan pragmatis, tak harus Pro-Rusia

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki