Dubes RI Ceritakan Pengalaman di Balik Kesuksesan Festival Indonesia

Duta Besar Indonesia untuk Rusia M. Wahid Supriyadi (tengah) saat membuka Festival Indonesia di Taman Hermitage, Moskow, 20 Agustus 2016.

Duta Besar Indonesia untuk Rusia M. Wahid Supriyadi (tengah) saat membuka Festival Indonesia di Taman Hermitage, Moskow, 20 Agustus 2016.

Kedutaan Besar RI di Rusia / Facebook
Dalam lima bulan terakhir, hubungan Rusia-Indonesia mendapat cukup banyak sorotan di media massa. Hal ini setidaknya dipicu oleh dua hal: pertemuan Presiden Joko Widodo dan Presiden Vladimir Putin pada KTT Rusia-ASEAN di Sochi bulan Mei lalu dan Festival Indonesia di Moskow pada Agustus.

Duta Besar Indonesia untuk Rusia M. Wahid Supriyadi mengungkapkan bahwa ia memanfaatkan momen kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia untuk segera menyelenggarakan Festival Indonesia pertama itu. 

“Saya ingin merespons pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Presiden Putin. Jika acara ini baru dirancang untuk tahun depan, momennya sudah lewat. Karena itu, harus diselenggarakan tahun ini, dan ternyata hasilnya sangat bagus,” kata dubes RI.

Hasil Maksimal Meski Minim Persiapan

Dalam menyelenggarakan Festival Indonesia dua bulan lalu, Wahid berterus terang bahwa persiapan penyelenggaraan dilakukan dengan cukup singkat, yaitu hanya empat bulan saja. Namun demikian, di tengah persiapan yang cukup minim dan anggaran yang terbatas, Dubes Wahid tetap merasa percaya diri karena ia pernah membuat acara serupa di Melbourne, Australia. Hanya saja, ia tidak berharap bahwa Festival Indonesia pertama yang digelar sejak kedua negara resmi menjalin hubungan diplomatik pada 1950 ini akan sangat sukses.

“Hasilnya betul-betul di luar dugaan saya. Festival itu dibuat dengan persiapan hanya empat bulan. Beberapa hari sebelum saya berangkat (ke Moskow), saya menghubungi KBRI untuk dicarikan lokasi untuk membuat acara ini. Awalnya, kamu mau membuat acara ini di Taman Gorky, tapi ternyata taman itu terlalu luas. Akhirnya, kami memutuskan untuk menyelenggarakan di Taman Hermitage yang luasnya enam hektar,” ujar Wahid.

KBRI Moskow/FacebookMoskow menjadi tuan rumah Festival Indonesia pertama pada 20 – 21 Agustus lalu.
KBRI Moskow/FacebookFestival ini ditujukan untuk meningkatkan volume perdagangan, investasi, dan kunjungan wisatawan dari Rusia.
KBRI Moskow/FacebookFestival ini terselenggara berkat kerja sama Kedutaan Besar Republik Indonesia di Moskow dengan Direktorat Eropa Tengah dan Timur Kementerian Luar Negeri RI dan Kementerian Pariwisata RI.
KBRI Moskow/FacebookPada Festival Indonesia, berbagai acara hiburan — termasuk pegelaran budaya dari lima daerah di Indonesia — ditampilkan secara menarik dan mengesankan.
KBRI Moskow/FacebookSetidaknya ada 40 UKM dan restoran serta waralaba ternama Indonesia yang ikut memamerkan produk-produknya pada festival ini.
KBRI Moskow/FacebookPertunjukan beragam tari daerah menyita perhatian ratusan pengunjung, salah satunya penari Jepang Saori Watabe yang menampilkan tarian Bali dengan lemah gemulai.
KBRI Moskow/FacebookBerbagai pameran pada festival ini menampilkan ragam upacara pernikahan tradisional, peragaan busana karya perancang terkemuka di Indonesia, dan pertunjukan klasik wayang dari Jawa.
KBRI Moskow/FacebookPara pengunjung juga disuguhkan berbagai produk asal Indonesia, mulai dari berbagai barang kerajinan, furnitur, serta aneka makanan dan minuman tradisional khas Indonesia, dan berbagai kegiatan lainnya.
KBRI Moskow/FacebookFestival Indonesia digelar di Taman Hermitage di Moskow dan terbuka untuk umum.
KBRI Moskow/FacebookPihak Kementerian Luar Negeri Indonesia mengapresiasi kesuksesan Festival Indonesia di Moskow dan berharap hal ini akan dicontoh oleh para perwakilan Indonesia di negara lain.
 
1/10
 

“Sambutan baik dari Rusia maupun Indonesia sangat luar biasa, apalagi para pengusaha. Awalnya, target saya adalah mendatangkan seratus pengusaha. Ternyata yang datang ada sekitar 250 orang. Itu baru pengusaha, belum termasuk para pengisi acara. Jadi, totalnya sekitar 325 orang. Jumlah ini dua kali lipat dari target saya,” katanya menjelaskan.

Efek Bola Salju

Festival Indonesia ternyata memberikan dampak yang sangat luar biasa bagi citra Indonesia di Rusia. Menurut Wahid, festival itu turut dihadiri oleh Rachmat Gobel, mantan menteri perdagangan RI dan sekaligus seorang pengusaha. Di sela-sela kunjungan Gobel ke Moskow, Dubes Wahid menjelaskan bahwa bahwa produk makanan Indonesia hampir tidak masuk ke pasar Rusia. Kalaupun ada, menurutnya, jumlahnya sangat kecil. Karena itu, Dubes Wahid mengajak sang pengusaha ke Food City, pusat grosir makanan di Rusia. 

“Di sana, masih ada 330 meter persegi yang ditawarkan ke Indonesia. Mereka (pihak Food City) justru berharap agar ada lebih banyak produk Indonesia yang bisa masuk,” kata sang dubes. "Ini akan sangat memudahkan kita karena berarti ada ketertarikan dari dua belah pihak. Artinya, mereka juga mau mendapatkan produk-produk luar."

Menindaklanjuti peluang ini, menurut dubes, Gobel telah melapor pada presiden dan bertemu langsung dengan menteri perdagangan. “Menteri perdagangan akan mendukung untuk membuat display di Food City, karena itu grosir untuk partai besar. Saya pikir, ini merupakan suatu hasil nyata dari festival itu,” kata dubes yang baru tujuh bulan menjabat sebagai dubes RI di Rusia

Selain di bidang bisnis, Wahid mengaku bahwa karena kesuksesan Festival Indonesia, KBRI pun kini mendapatkan kelebihan permintaan dibukanya kelas Bahasa Indonesia. “Kami justru sekarang kewalahan dengan permintaan pengajaran Bahasa Indonesia. Maksimum, kami hanya bisa menampung 40 siswa, tapi sekarang ada banyak sekali yang ingin belajar, sedangkan sumber daya kami terbatas,” kata Wahid.

Karena situasi ini, KBRI kemudian meminta Kemdikbud untuk mengirimkan tambahan tenaga pengajar Bahasa Indonesia untuk ditempatkan di Moskow. Tak hanya itu, menurut Wahid, tingginya minat mempelajari bahasa Indonesia di kalangan orang Rusia salah satunya juga karena tersebarluasnya video pelajar Rusia yang menyanyikan lagu Indonesia Raya dan pelajar Indonesia yang menyanyikan lagu kebangsaan Rusia pada suatu seminar pendidikan yang diselenggarakan KBRI bulan lalu.

“Sambutan penampilan itu sangat luar biasa. Saat itu ada sekitar 300 orang peserta. Video itu viral di media sosial dan sangat menyentuh,” kata Wahid. “Dampaknya memang luar biasa, seperti efek bola salju. Karena itu, saya sangat mendukung jika rekan saya, Dubes Rusia di Indonesia, Pak Galuzin, juga membuat acara semacam ini di Indonesia.”

Jadi Acara Tahunan

Berkaca dari hasil luar biasa yang tak disangka-sangka, pihak KBRI kini akan menjadikan Festival Indonesia sebagai acara tahunan. Selain itu, Wahid menyebutkan bahwa, alih-alih diadakan selama dua hari seperti Festival Indonesia bulan Agustus lalu, Festival Indonesia 2017 akan diadakan selama tiga hari. 

“Untuk tahun depan, saya merancang festival ini diadakan selama tiga hari, yaitu Jumat sampai Minggu, tanggal 4 – 6 Agustus 2017.” Wahid meyakini bahwa promosi budaya dan pariwisata ini tak bisa hanya dilakukan sekali saja. Menurutnya, festival ini sangat komprehensif karena mencakup sektor perdagangan, pariwisata, investasi, pertukaran budaya, hingga people-to-people.

Dari tiga hari pelaksanaan Festival Indonesia tahun depan, sang dubes menjelaskan bahwa pada hari pertama akan dirancang untuk kegiatan forum bisnis dan investasi. Ia mengaku, rencana ini pun telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari kepala Badan Kordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan menteri perdagangan RI.

“Tanggal 4 Agustus 2017 akan kami rancang untuk kegiatan forum bisnis dan investasi. Saya sudah mendapat dukungan dari kepala BKPM. Sebelumnya, saya juga sudah bertemu dengan menteri perdagangan, dan kami harap nanti ia bisa hadir sebagai pembicara utama,” kata Wahid menerangkan.

“Namun, dalam tiga hari itu juga akan ada pameran dan beragam kegiatan yang sifatnya kultural. Selain itu, karena acara ini juga ditujukan untuk mendekatkan hubungan kedua negara, saya juga meminta beberapa daerah di Rusia untuk ikut berpartisipasi. Pada festival Agustus lalu, ada penampilan dari Republik Tatarstan.” 

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki