Mungkinkah Misil AS di Eropa Dapat Melumpuhkan Misil Balistik Rusia?

Letnan Daniel McFadden, petugas pengontrol tembakan dari Kapal AS Lake Erie, menunjuk sistem peluncuran vertikal di atas kapalnya di Pearl Harbor, Hawaii.

Letnan Daniel McFadden, petugas pengontrol tembakan dari Kapal AS Lake Erie, menunjuk sistem peluncuran vertikal di atas kapalnya di Pearl Harbor, Hawaii.

AP
Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa sistem pertahanan misil AS di Eropa mampu menembak jatuh misil balistik Rusia di area awal lintasan mereka.

Perisai pertahanan antimisil AS di Polandia dan Rumania mampu mencegat misil balistik antarbenua (ICBM) dan misil balistik kapal selam tak hanya di tengah lintasan, seperti yang diklaim AS, tapi juga di wilayah awal lintasan penerbangan. Perwakilan Staf Jenderal Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan hal tersebut pada 11 Oktober lalu setelah melakukan pemodelan ulang mengenai kemungkinan tempur sistem pertahanan misil AS di Eropa.

Militer Tiongkok menyimpulkan hal senada terkait sistem pertahanan Misil Standar 3 (SM-3) AS. Wakil Direktur Departemen Staf Gabungan Komisi Militer Tengah Tiongkok Mayor Jenderal Cai Jun menyatakan bahwa sistem pertahanan misil Amerika di Eropa adalah ancaman langsung bagi keamanan Rusia.

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia dan Tiongkok, kemungkinan dan potensi sistem pertahanan misil AS yang ditempatkan secara global dan komponen Eropa mereka melebihi kebutuhan pertahanan Washington.

Wakil I Direktur Operasi Utama Staf Jenderal Rusia Letjen Victor Poznikhir menyebutkan bahwa Korea Utara baru mulai menciptakan misil balistik, sedangkan Iran, yang menurut Washington menjadi alasan penempatan sistem pertahanan mereka di Eropa, tak bisa lagi mengancam Amerika setelah tercapainya kesepakatan baru-baru ini terkait program nuklir Teheran.

“Dengan alasan melawan ‘ancaman misil’ Korea Utara dan Iran, AS menempatkan sistem yang sesunguhnya hendak menangkis misil Rusia dan Tiongkok,” terang Poznikhir.

Saling Tuduh

Namun, beberapa pakar militer Rusia tak berpandangan sama dengan Kementerian Pertahanan Rusia. Secara khusus, akademikus dari Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia (RAN) sekaligus Direktur Pusat Keamanan Internasional di Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional Alexei Arbatov yakin bahwa proses pemodelan ulang tak pernah terjadi.

“Ini adalah aksi saling tuduh lain secara politis antara Rusia dan Barat,” katanya pada RBTH. Menurut Arbatov, sistem pertahanan misil AS di Polandia dan Rumania tak membatasi potensi nuklir Rusia.

“Sistem yang ditempatkan bukan sistem pertahanan paling canggih. Jika terjadi konflik, mereka tak akan bisa mencegat misil balistik antarbenua Rusia, yang bisa terbang hingga ke Kutub Utara — baik dengan kecepatan maupun jangkauan pencegatan mereka,” tambah Arbatov.

Pakar militer dari surat kabar Izvestia Dmitri Litovkin sepakat dengan Arbatov. “Di tahap teknologi ini, sistem pertahanan misil Amerika di Eropa tak secara khusus menjadi ancaman bagi armada nuklir Rusia. Fase aktif (utama) penerbangan misil Topol-M dan Yars kurang dari lima menit. Saat ini, sangat mustahil (bagi misil AS) untuk menghantam target terdekatnya, yaitu markas ICBM di Saratov Oblast (835 km di selatan Moskow), dengan sebuah misil antimisil dari Polandia dalam rentang waktu ini,” kata Litovkin menjelaskan.

Tuduhan dari militer Rusia muncul beberapa hari setelah NATO menyebut Moskow meningkatkan ketegangan dengan aliansi pada 9 Oktober lalu. Secara khusus, tuduhan NATO berkaitan dengan penempatan sistem misil Iskander-M Rusia, yang dapat meluncurkan hulu ledak nuklir, di Kaliningrad Oblast. Alexei Arbatov menilai bahwa pernyataan Staf Jenderal Rusia merupakan respons politik atas kritik NATO.

Apa yang Ditakutkan Rusia?

Sistem pertahanan misil SM-3 ditempatkan di area stasiun peluncuran universal, yang memungkinkan pemasangan rudal jelajah AS Tomahawk dengan hulu ledak biasa.

“Kesepakatan dasar untuk menginspeksi stasiun dengan peringatan pendek akan menyelesaikan segala ketidaksepahaman. Anda hanya perlu membuka area tersebut dan melihat ke dalam. Anda tak perlu menjadi pakar untuk membedakan SM-3 dari Tomahawk,” kata narasumber dari industri militer Rusia.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki