Orang-orang memeriksa puing-puing helikopter Rusia yang ditembak jatuh di sebelah utara Provinsi Idlib yang dikuasai pemberontak, 1 Agustus 2016.
ReutersHelikopter transportasi militer Mi-8 tengah berada dalam perjalanan menuju markas militer Hmeimim setelah membawa bantuan kemanusiaan bagi para penduduk Aleppo.
Milisi front al-Nusra di Provnisi Idlib menembak jatuh helikopter dengan menggunakan misil darat-ke-udara.
Helikopter tersebut sedang terbang di ketinggian 4.500 meter saat mengalami serangan. Sebuah helikopter yang terbang di ketinggian itu dapat ditembak oleh sistem pertahanan udara (yang tak dimiliki para milisi) atau menggunakan sistem pertahanan udara MANPADS (man-portable air-defense systems).
Menurut pakar militer TASS Victor Litovkin, para teroris kemungkinan menembak Mi-8 dengan MANPAD Igla, yang mereka curi dari gudang senjata di Libya, atau MANPAD Stinger Amerika, yang dipasok untuk oposisi moderat, tapi jatuh ke tangan para milisi.
Helikopter transportasi militer Mi-8 dilengkapi dengan sejumlah sistem perlindungan terhadap misil darat-ke-udara dan udara-ke-udara. Salah satunya berupa jebakan panas untuk mengalihkan rudal jelajah dengan inframerah dari helikopter, yang harus digunakan para kru saat diserang oleh MANPAD.
“Sistem ini menembakkan semacam rudal berlidah api dan ‘menarik’ hulu ledaknya ke mereka. Karena temperatur lidah api lebih tinggi dari temperatur mesin, hulu ledak yang dikendalikan inframerah terbang menjauhi helikopter,” kata Dmitri Safonov, pengamat militer dari surat kabar Izvestia.
Namun, alasan mengapa para kru tak meluncurkan jebakan panas ini tak diketahui.
Dokumentasi dari lokasi ditembak jatuhnya helikopter. Sumber: baladi- news / YouTube
Menurut Litovkin, hal ini adalah kesalahan komando pasukan udara Rusia di Suriah, serta mata-mata Suriah, yang menyampaikan pada militer Rusia bahwa sepanjang rute yang akan dilalui Mi-8 tak akan ada militan.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, selama melakukan misi, Mi-8 hanya dipersenjatai oleh senapan mesin yang dilengkapi amunisi.
Note the empty rocket pods in the background of the helicopter Russia claims had just delivered "aid" to Aleppo pic.twitter.com/ZbOZZwau5e
— Eliot Higgins (@EliotHiggins) August 1, 2016
Namun, sebuah tweet dari Eliot Higgins, seorang pendiri situs jurnalisme investigasi Bellingcat, dan satu lagi dari wartawan Jerman Björn Stritzel menunjukkan foto-foto yang menunjukkan rocket pod yang kosong di lokasi kecelakaan.
In Soviet Russia, 57mm rockets are considered humanitarian aid. pic.twitter.com/wAXQl8TtDR
— Björn Stritzel (@bjoernstritzel) August 1, 2016
Menurut keterangan Wakil Direktur Institut Analisis Politik dan Militer Alexander Khramchikhin, rocket pod dengan hulu ledak reaktif kendali dan tanpa kendali dapat dipasang ke helikopter. Namun, dalam misi kemanusiaan di Aleppo, Mi-8 tidak membawa hulu ledak semacam itu.
“Dalam perang, tak ada moda transportasi yang ‘bersih’. Pertanyaannya adalah misi apa yang harus dicapai oleh helikopter tersebut. Mi-8 memiliki perangkat militer, tapi tak berarti mereka akan digunakan. Hal ini tak bisa dibandingkan dengan (helikopter) Ka-52, misalnya,” terang Khramchikhin.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda