Putin Bahas ‘Cacat Teknis’ yang Terbongkar Selama Operasi Militer di Suriah

Helikopter Mi-28.

Helikopter Mi-28.

Sergei Bobylev / TASS
Vladimir Putin menyebutkan sejumlah masalah yang terkuak selama operasi militer Rusia di Suriah.

Dalam sebuah pertemuan dengan para pejabat militer dan kepala kompleks industri-militer pada 10 Mei lalu, Presiden Vladimir Putin telah membahas masalah yang dihadapi selama operasi tentara Rusia, yang terbongkar dalam operasi militer di Suriah. “Sebuah investigasi menyeluruh pada tiap masalah tersebut harus dilakukan, maksud saya, investigasi profesional dengan analisis mendalam,” kata sang presiden.

Meskipun Putin tak menyebutkan secara spesifik kesulitan apa yang dihadapi pasukan Rusia dalam operasi tersebut, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyampaikan interpretasinya. “Ini terutama terkait pengoperasian beberapa perangkat, atau cara kerja beberapa sistem teknis,” katanya.

Kesulitan Teknis

Para pakar mendukung pandangan Peskov bahwa masalah utama terletak pada segi teknis. Bicara pada RBTH, Pemimpin Redaksi National Defense Igor Korotchenko menyebutkan bahwa sejumlah cacat teknis teridentifikasi dalam uji coba tempur senjata terbaru Rusia.

“Para produsen telah mendapatkan semua informasi yang dibutuhkan dan mereka bertugas untuk memperbaiki masalah sistemis tersebut sebelum masuk ke tahap produksi massal,” kata sang pakar.

Mari kita tilik perangkat apa saja yang pertama kali digunakan tentara Rusia di Suriah:

1. Jet tempur Su-35S;

2. Helikopter tempur Mi-28 Night Hunter dan Ka-52 Alligator;

3. Rudal jelajah kaliber (diluncurkan dari kapal tempur Caspian Flotilla dan kapal selam Rostov-na-Donu).

Meski tipe spesifik perangkat-perangkat tersebut tak disebutkan dalam pertemuan, para jenderal dan perwakilan-perwakilan kompleks industri-militer yang berada di antara hadirin segera paham siapa dan isu apa yang dimaksud sang presiden, kata pakar militer TASS Viktor Litovkin pada RBTH.

Kepada RBTH, Litovkin juga membahas insiden pesawat pengebom Su-24 yang ditembak jatuh oleh pesawat tempur Turki di atas langit Suriah pada 24 November 2014 lalu. “Penerbangan pesawat pengebom itu sendiri pada awal operasi dilakukan dengan melanggar peraturan penerbangan. Mereka seharusnya selalu didampingi oleh pesawat tempur di udara sepanjang rute tempur,” kata Litovkin. “Hal itu tak dilakukan hingga tragedi terjadi.”

Menurutnya, pemimpin angkatan bersenjata juga dikritik terkait jatuhnya helikopter militer Mi-28N di wilayah Homs pada 12 April 2016.

“Tragedi tersebut terjadi akibat kesalahan pilot yang mengoperasikan penerbangan di medan sulit dalam kondisi gelapnya malam,” kata Litovkin. :Tak diragukan, ini adalah situasi khusus. Selain itu, komando operasi di Suriah perlu melapor pada staf jenderal terkait insiden ini. Tingkat latihan pilot Rusia yang mengemudikan helikopter itu pun menjadi pertanyaan.”

Kesuksesan

Meski terdapat sejumlah insiden, para pakar tetap memuji organisasi dan penyelenggaraan operasi di Suriah. “Jenderal Rusia terbukti brilian,” kata Korochenko. “Hal ini dibuktikan dengan sejumlah penghargaan, termasuk bintang Pahlawan Rusia pada seragam para pejabat.”

Putin juga bicara tentang kesuksesan yang dicapai oleh tim operasi. “Sejak awal operasi militer, pesawat AU Rusia telah melakukan lebih dari 10 ribu misi tempur untuk menumpas fasilitas teroris internasional di Suriah, melakukan sejumlah serangan di wilayah tersebut, serta menyerbu lebih dari 30 ribu target, termasuk 200 fasilitas ekstraksi minyak dan kilang minyak, serta cadangan minyak mentah,” tuturnya.

Selain itu, misil jelajah diluncurkan sebanyak 115 kali sepanjang operasi, baik dari kapal tempur maupun kapal selam Rusia, serta kapal pengebom strategis dan pengangkut misil.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki