Apa Saja yang Terjadi Antara Rusia dan Indonesia Selama 2015?

Dengan adanya sanksi dan larangan ekspor Rusia, peluang kerja sama perdagangan dan investasi Rusia, khususnya dengan wilayah timur Asia Pasifik termasuk Indonesia, terbuka lebih lebar. Foto: Shintya Felicitas/RBTH Indonesia

Dengan adanya sanksi dan larangan ekspor Rusia, peluang kerja sama perdagangan dan investasi Rusia, khususnya dengan wilayah timur Asia Pasifik termasuk Indonesia, terbuka lebih lebar. Foto: Shintya Felicitas/RBTH Indonesia

Shintya Felicitas/RBTH Indonesia
Pada Selasa (1/12) lalu, RBTH Indonesia berkesempatan untuk mewawancari Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y. Galuzin secara eksklusif. Ada empat topik utama yang kami tanyakan, dan berikut adalah jawaban sang dubes terkait bagaimana hubungan Rusia-Indonesia selama 2015 atau selama kepemimpinan Presiden Joko Widodo dalam setahun terakhir?

“Kerja, kerja, kerja,” adalah slogan yang diusung Presiden RI Joko Widodo sebagai bentuk komitmennya untuk fokus bekerja demi rakyat Indonesia. Tahun ini, hubungan Rusia dan Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Dubes Galuzin bahkan mengatakan  bahwa produktifitas antara kedua negara telah mewarnai 65 tahun hubungan bilateral antara Rusia dan Indonesia. Lantas, apa saja sebenarnya yang terjadi selama setahun terakhir antara negeri di khatulistiwa dan negeri besar di utara sana? Sepertinya, slogan “Kerja, kerja, kerja,” juga tepat menggambarkan apa yang dilakukan antara Indonesia dan Rusia dan selama 2015 ini. Berikut wawancara eksklusif RBTH Indonesia dengan Dubes Rusia Mikhail Galuzin.

RBTH: Bagaimana Anda menyimpulkan kerja sama antara Rusia-Indonesia selama 2015 ini, khususnya selama berjalannya Pemerintahan Presiden Joko Widodo? Peristiwa penting apa saja yang menandai meningkatnya kerja sama antara kedua negara?

Mikhail Galuzin: Kami telah melakukan kerja sama yang sangat baik selama satu tahun masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, bahkan di berbagai area utama kerja sama Indonesia dan Rusia.

Pertama-tama, di awal tahun ini, pada Februari, diadakan perayaan 65 tahun hubungan diplomatik antara Rusia dan Indonesia. Rusia (yang saat itu masih bernama Uni Soviet) adalah salah satu negara yang pertama kali mengakui kemerdekaan Indonesia di tahun 1950. Saya pikir, bukanlah suatu kebetulan bahwa sepanjang tahun ini memang sangat produktif bagi kedua negara kita, dan saya dengan senang hati menyampaikan bahwa produktifitas ini mewarnai 65 tahun hubungan bilateral antara Rusia dan Indonesia.

Sepanjang tahun ini, kita berhasil menstimulus berbagai dialog antara Rusia dan Indonesia. Ada beberapa kegiatan dialog skala besar yang dilakukan, seperti Sidang Komisi Bersama di Kazan. Saat itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia Sofyan Djalil memimpin delegasi Indonesia untuk bertemu para pejabat dan pengusaha Rusia di Kazan, ibu kota Republik Tatarstan.

Di bulan April, di Kazan, Forum Bisnis Rusia-Indonesia diadakan dengan partisipasi sejumlah besar pebisnis dari kedua belah pihak. Kami memang melakukan cukup banyak dialog secara intensif dalam bidang ekonomi. Berbagai pertemuan dan dialog yang dilakukan berdampak secara signifikan, salah satunya adalah peresmian proyek pembangunan jalur kereta api di Kalimantan beberapa minggu lalu yang dihadiri Presiden Joko Widodo. Proyek ini akan dioperasikan oleh perusahaan negara Russian Railways (RZhD) dengan anak perusahaan PT Kereta Api Borneo (PT KAB) yang akan berkontribusi terhadap jalur perhubungan dan infrastruktur di Indonesia. Ini merupakan suatu proyek skala.

Kemudian, kami juga mengadakan dialog terkait isu pertahanan dan keamanan. Secara pribadi, saya ucapkan terima kasih kepada Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu yang telah bepartisipasi dalam Konferensi Keamanan Internasional Moskow pada April lalu, dan juga melakukan pertemuan dengan mitra Rusianya, Menhan Rusia Sergey Shoigu. Pertemuan itu pun sangat produktif.

Lalu, tahun ini Rusia dan Indonesia berhasil memperluas dialog antara kedua negara melalui kedua kemenlu kita, yang sebetulnya ini merupakan saluran komunikasi yang sangat penting dalam hubungan bilateral antara kedua negara. Pada Februari lalu, kami melaksanakan konsultasi bilateral oleh Wamenlu Rusia Igor Morgulov yang bertanggung jawab atas diplomasi di kawasan Asia-Pasifik dengan Kemenlu Indonesia yang diwakili Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri RI Dian Triansyah Djani terkait agenda bilateral kedua negara. Konsultasi ini tidak dilakukan dalam waktu yang sangat lama, tapi hal itu akhirnya kembali terealisasi tahun ini.

Hal penting berikutnya, kami juga mengadakan konsultasi terkait isu keamanan strategis pada Desember 2014 lalu di Moskow dengan partisipasi Wamenlu RI Hasan Kleib dan Wamenlu Rusia Sergey Ryabkov.

Selain itu, belum lama ini, pada November, kami mengadakan konsultasi yang sangat produktif terkait agenda HAM antara direktorat kedua kemenlu kita. Kemudian, kami juga berhasil melanjutkan stimulus dialog komunikasi antara kedua parlemen kita. Dialog antara para pembuat kebijakan di negara kita telah menjadi tiang yang kokoh bagi hubungan bilateral kita, dan inilah mengapa kami sangat mengapresiasi kunjungan terkini dari Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) Irman Gusman ke Rusia. Di sana, dia melaksanakan pertemuan dengan mitra Rusianya, Ketua Dewan Federasi Rusia Valentina Matvienko dan berbagai pejabat Rusia lainnya.

Saya juga ingin menyebutkan bahwa dalam peringatan 60 tahun Konferensi Asia Afrika (KAA) di Jakarta dan Bandung pada April lalu, Presiden Putin mengirimkan utusan khusus yang diwakili Wakil Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Federasi Rusia Ilyas Umakhanov untuk menghadiri peringatan yang bersejarah tersebut dan menyampaikan pesan dari presiden Rusia di hadapan para peserta KAA. Sejauh yang saya ingat, Presiden Putin adalah satu-satunya kepala negara yang meskipun tak hadir, ia tetap memberikan pesan pribadinya berupa ucapan selamat dan sambutan kepada para peserta KAA.

Kemudian, Wakil PM Rusia Arkady Dvorkovich yang bertanggung jawab atas perindustrian berkunjung ke Jakarta pada April lalu untuk menghadiri Forum Ekonomi Dunia Asia Timur dan untuk melakukan kontak bilateral dengan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla.

Selain itu, di tahun ini ada pengembangan di bidang yang baru antara hubungan Rusia-Indonesia di bidang analisis politik, yaitu sebuah diskusi yang solid, sebuah proyek diskusi bersama yang membahas isu-isu politik terkini dan kerja sama sosial-ekonomi di kawasan Asia-Pasifik. Diskusi ini diselenggarakan atas kerja sama Klub Diskusi Valdai dan Habibe Center, dengan partisipasi sejumlah cendekiawan, ilmuwan, dan analis politik dari sejumlah negara di Asia-Pasifik. Simposium ini berlangsung di Jakarta pada 27 November lalu, dan ini merupakan suatu bentuk pengembangan yang baru dalam hubungan antara Rusia dan Indonesia. Secara pribadi, saya ucapkan terima kasih sikap aktif dan konstruktif Habibie Center yang telah secara positif merespons proposal dari Valdai yang merupakan salah satu pusat analisis politik ternama di Rusia, yang forumnya diadakan setiap tahun di Rusia dengan partisipasi Presiden Putin sebagai pembicara kunci di forum tersebut.

Jadi, tahun ini memang sangat produktif bagi hubungan Rusia-Indonesia, dan saya harap tren positif ini akan terus berlanjut ke tahun berikutnya.

Baca topik wawancara selanjutnya bersama Dubes Galuzin: Politik dan Keamanan: Pemerintah RI yang Putuskan Apa yang Harus Dilakukan >>>

 

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki