Para mahasiswi muslim berniat melanjutkan perjuangan mereka untuk menganulir larangan pemakaian hijab di universitas Rusia. Foto: PhotXPress
Dalam beberapa tahun terakhir, isu larangan penggunaan hijab menjadi topik perdebatan panas di Eropa. Kini, masalah tersebut juga harus dihadapi oleh lembaga-lembaga pendidikan Rusia. Diskusi mengenai penggunaan hijab di lembaga pendidikan Rusia mulai memanas setelah pada awal September ini Universitas Kedokteran Rusia Pigorov melarang mahasiswanya mengenakan pakaian keagamaan dan daerah.
Alasan pemberlakuan larangan penggunaan pakaian keagamaan dan daerah di Universitas Kedokteran Rusia Pigorov masih dipertanyakan. Para petinggi universitas tersebut tidak dapat memberikan komentar pada RBTH karena mereka mengaku sedang sangat sibuk. Perintah yang masih mengambang itu diterbitkan pada Rabu (9/9) lalu, dengan alasan larangan itu harus dilaksanakan untuk “menyempurnakan etika universitas".
Penentuan kode etik berpakaian di lembaga-lembaga pendidikan Rusia memang tidak melanggar hukum Rusia di bidang pendidikan, namun tindakan normatif internal universitas seperti itu harusnya ditetapkan dengan memperhitungkan pendapat para pelajarnya.
Direktur Pusat Analisa dan Informasi Sova Aleksander Verkhovskiy menerangkan pada RBTH bahwa alasan utama pemberlakuan larangan tersebut adalah keinginan untuk mewujudkan unifikasi di kalangan mahasiswa. “Tidak jelas lagi apa yang seharusnya mahasiswi muslim perbuat. Siapa yang menentukan penutup kepala seperti apa yang merupakan hijab dan mana yang bukan? Penutup kepala para muslimah memiliki bentuk yang beragam, dan perempuan non-muslim juga demikian. Sangat sulit membuat batasan hal yang dimaksud, sehingga itu dapat menyebabkan kesewenang-wenangan. Jadi, apakah para perempuan muslim ataupun Kristen Ortodoks yang memakai penutup kepala mengikuti kepercayaan agama mereka tidak memiliki hak untuk belajar di perguruan tinggi Rusia?” kata Verkhovskiy.
Wakil Ketua Organisasi Central Spiritual Muslim Board of Russia Damir Mukhetdinov menjelaskan bahwa anak perempuan di bawah umur diizinkan untuk tidak memakai hijab. Namun, saat mereka mengalami akil balig, Islam mengharuskan mereka memakai hijab agar mereka terhindar dari perbuatan tercela di hadapan Tuhan dan masyarakat.
Para mahasiswi muslim berniat melanjutkan perjuangan mereka untuk menganulir larangan pemakaian hijab di universitas Rusia. “Kami akan terus mempertahankan hak kami, sama seperti yang kami lakukan saat membela hak memakai penutup kepala menurut agama kami, termasuk hijab, di foto resmi identitas diri,” ungkap Damir Mukhetdinov. Damir menambahkan, jika larangan memakai hijab diberlakukan, maka hal tersebut juga harus diberlakukan bagi pemakaian kalung salib, yarmulke (penutup kepala pria Yahudi), dan simbol agama lain. “Jika pemerintah memberlakukan larangan pada satu agama, maka mereka juga harus memberlakukannya pada semua agama,” tegas Damir.
Ini bukan percobaan pertama yang dilakukan oleh lembaga pendidikan Rusia untuk menempatkan agama di ‘luar dinding’ mereka. Kejadian pertama terjadi di sebuah sekolah di Stavropolskiy Kray. Para guru di sekolah tersebut dilarang memberi pelajaran pada siswa yang memakai hijab. Orangtua murid lantas mengajukan perkara itu ke pengadilan, dengan dasar bahwa tindakan kepala sekolah tersebut telah melanggar Konstitusi Rusia yang menjamin kebebasan beragama bagi warganya. Kasus tersebut akhirnya sampai ke Makamah Agung Rusia, dan MA memutuskan bahwa larangan pemakaian hijab di sekolah tidak melanggar hukum yang berlaku. Makamah Agung pun menyarankan murid yang dilarang masuk ke sekolah itu mengikuti sistem belajar terbuka (sistem belajar-mengajar yang tidak mengharuskan adanya pertemuan secara fisik), atau pindah ke madrasah. Tahun ini, larangan penggunaan hijab bagi para murid perempuan sudah diberlakukan di salah satu region sentral Rusia.
Pada musim gugur 2013, penggunaan hijab dilarang di Universitas Negeri Ekonomi, Statistika, dan Informatika Moskow. Saat itu pemimpin tertinggi universitas mengambil keputusan tersebut untuk menjamin keamanan para pelajarnya. Tak lama kemudian, tindakan serupa juga diambil oleh beberapa universitas negeri di Volgograd, Astrakhansk, dan Rostov. Bahkan, di Universitas Negeri Mordovia Ogarev pernah terjadi insiden pengusiran mahasiswi berhijab dari jam kuliah.
Wakil Ketua Organisasi Central Spiritual Muslim Board of Russia menegaskan bahwa hal utama dari situasi saat ini adalah pencarian kesepakatan bersama. “Bila tidak, maka masalah akan terus berkembang, sedangkan jumlah pemeluk agama Islam di Rusia terus bertambah. Semakin cepat kita menemukan solusi untuk hidup berdampingan, semakin cepat kita mengerti bahwa dunia ini beragam, dan itu semakin baik bagi kita semua,” ujar Damir.
Festival Film Muslim Internasional Ke-10 Ungkap Sisi Kehidupan Muslim di Dunia
Masjid Yardem, ‘Pertolongan’ bagi Muslim Tunanetra Rusia
Permintaan Hotel Berstandar Halal di Rusia Meningkat
Sulit Bangun Masjid, Tantangan Terbesar Muslim di Rusia
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda