125 Pelajar Indonesia Terima Beasiswa Kuliah di Rusia

Duta Besar Federasi Rusia untuk Republik Indonesia Mikhail Galuzin menyebutkan sebanyak 50 dari 125 pelajar yang akan berangkat ke Rusia tahun ini merupakan lulusan SMA di Kalimantan Timur. Foto: Fauzan Al-Rasyid/RBTH Indonesia

Duta Besar Federasi Rusia untuk Republik Indonesia Mikhail Galuzin menyebutkan sebanyak 50 dari 125 pelajar yang akan berangkat ke Rusia tahun ini merupakan lulusan SMA di Kalimantan Timur. Foto: Fauzan Al-Rasyid/RBTH Indonesia

Tahun ini, sebanyak 125 pelajar dan mahasiswa akan berangkat ke Rusia untuk melanjutkan studi mereka di universitas-universitas ternama Rusia.

Pemerintah Rusia berkomitmen membantu para pelajar Indonesia melanjutkan studi di Rusia dengan mengalokasikan kuota beasiswa sebanyak 50 beasiswa per tahun. Beasiswa tersebut ditujukan bagi mereka yang ingin melanjutkan program sarjana, master, atau doktoral di Rusia. Namun, pada tahun akademik 2014/2015 pemerintah Rusia meningkatkan jumlah kuota beasiswa lebih dari dua kali lipat dibanding tahun sebelumnya. Tahun ini, sebanyak 125 pelajar dan mahasiswa akan berangkat ke Rusia untuk melanjutkan studi mereka di universitas-universitas ternama Rusia.

Dalam sesi sambutan pada acara peluncuran beasiswa pemerintah Rusia tahun ajaran 2014/2015 di Kedutaan Besar Rusia, Rabu (17/9), Duta Besar Federasi Rusia untuk Republik Indonesia Mikhail Galuzin menyebutkan sebanyak 50 dari 125 pelajar yang akan berangkat ke Rusia tahun ini merupakan lulusan SMA di Kalimantan Timur. Mereka mendapat beasiswa yang merupakan kerja sama antara pemerintah Rusia, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, serta perusahaan Rusia PT Kereta Api Borneo (PT KAB). Putra-putri daerah ini dikirim ke Rusia untuk belajar mengenai ilmu perkeretaapian, khususnya mengenai rel kereta api, di empat universitas ternama Rusia yakni Moscow State University of Railway Engineering, Saint Petersburg Railroad University, Rostov State Transport University, dan Samara State University of Transport.

“Para penerima beasiswa tersebut akan mengenyam pendidikan di Rusia untuk belajar mengenai rel kereta api. Setelah itu, mereka akan kembali ke Indonesia dan bagian dari personel yang akan menjalankan operasi jalur kereta api di Kalimantan Timur, yang dijadwalkan akan diluncurkan pada 2019 mendatang,” terang Galuzin. Sang duta besar menjelaskan, 75 pelajar lainnya akan masuk di berbagai univeristas yang tersebar 24 kota di Rusia.

Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Internasional Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Ananto Kusuma Seta menyambut hangat progam kerja sama tersebut. Menurut Ananto, diberangkatkannya 50 orang putra daerah dari Kalimantan Timur ke Rusia merupakan hal yang membanggakan. “Ini adalah sebuah awal batu loncatan bagi generasi muda yang tidak hanya didominasi dari pelajar di kota-kota besar di Jawa dan Sumatera. Hari ini, 50 putra-putri Kalimantan bisa menempuh pendidikan di Rusia,” kata Ananto dalam sambutannya di Kedutaan Besar Rusia.

Ananto berharap jumlah pelajar dari Kalimantan yang dikirim untuk mengejar ilmu di Rusia akan terus bertambah. “Saya percaya dalam lima sampai sepuluh tahun ke depan Kalimantan bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Ananta.

Dalam acara yang ditujukan untuk merayakan keberangkatan 125 pelajar Indonesia ke Rusia tersebut, hadir pula perwakilan Kementerian Luar Negeri RI, perwakilan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, perwakilan Kementerian Keuangan RI, perwakilan Pusat Kebudayaan Rusia selaku pihak yang berwenang menerima pelajar yang ingin melanjutkan studi di Rusia, beberapa warga Indonesia lulusan universitas Rusia, serta perwakilan dari Asosiasi Alumni Universitas-universitas Rusia Insan Nauka dan Masyarakat Persahabatan Indonesia-Rusia.

Naik-Turun Hubungan Diplomatik Rusia-Indonesia

Hubungan Moskow-Jakarta berlangsung sangat harmonis pada masa pemerintahan Soekarno. Kecondongan pandangan sosialis presiden Indonesia pertama tersebut dan misi Uni Soviet dalam membantu negara-negara yang baru merdeka untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada mantan penjajah menumbukan relasi yang erat antara Indonesia dan Uni Soviet.

Pada akhir 1950-an dan awal 1960-an, ribuan warga Indonesia lulus dari berbagai universitas di Uni Soviet. Setelah ke Indonesia, mereka bekerja sebagai pegawai pemerintah, TNI, bekerja di bidang industri, ilmu pengetahuan, dan pertanian.

Namun, hubungan antara kedua negara memburuk ketika Presiden Soekarno terpaksa mundur. Presiden Soeharto mengambil langkah keras terhadap Partai Komunis Indonesia (PKI). Indonesia, yang bergantung hampir secara eksklusif pada senjata Soviet, menghadapi embargo dari pemasok utamanya selama tiga tahun setelah itu.

"Sayangnya, keadaan geopolitik saat itu juga berdampak terhadap bidang pendidikan. Pertukaran pelajar antara kedua negara terpaksa dihentikan selama beberapa dekade dan baru dilanjutkan di akhir tahun 1990-an," kata Galuzin. "Namun, hari ini kita dapat kembali melanjutkan tradisi yang sebetulnya telah lama terbangun antara Indonesia dan Rusia, bahkan lebih dari itu, kita dapat memperkaya tradisi ini."

Hubungan politik dan kerja sama diplomatik antara Rusia dan Indonesia kembali menguat sejak masa jabatan pertama Presiden Rusia Vladimir Putin. Seiring bergesernya kegiatan perekonomian Rusia ke Asia, “perdagangan” telah menjadi kata kunci dalam hubungan bilateral bagi Rusia dan Indonesia.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki