Lavrov: Barat Terbiasa Menuduh Tanpa Bukti

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov: Menuduh tanpa landasan, bungkam saat diminta bukti, serta memelintir kebenaran adalah ciri khas sikap Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa terhadap sejumlah peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Foto: Photoshot/Vostock Photo

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov: Menuduh tanpa landasan, bungkam saat diminta bukti, serta memelintir kebenaran adalah ciri khas sikap Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa terhadap sejumlah peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Foto: Photoshot/Vostock Photo

Berikut ringkasan wawancara Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dengan RBTH untuk suplemen cetak RBTH di koran El Pais.

Banyak pernyataan, terutama di media massa Barat, yang mengatakan adanya kemungkinan mobilisasi Angkatan Bersenjata Rusia ke Ukraina, dan bahkan ada isu yang menyebutkan pasukan Rusia sebenarnya sudah melewati perbatasan dan berada di wilayah Ukraina. Apakah hal tersebut mungkin terjadi?

Kami menilai pernyataan-pernyataan tersebut sebagai manifestasi dari perang informasi. Ini bukan pertama kalinya Rusia dituduh melakukan intervensi militer dalam konflik di Ukraina. Sejak awal krisis ini terjadi, kami praktis selalu disalahkan dalam segala hal. Namun, tak pernah ada fakta yang membuktikan tuduhan tersebut. Menuduh tanpa landasan, bungkam saat diminta bukti, serta memelintir kebenaran adalah ciri khas sikap Amerika Serikat dan sejumlah negara Eropa terhadap sejumlah peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini. Hal tersebut terlihat jelas dari pernyataan mereka mengenai pergerakan tentara Rusia, investigasi tragedi Boeing Malaysia MH17, peristiwa berdarah yang terjadi di Lapangan Maidan dan Odessa, serta sejumlah peristiwa lain.

Kecelakaan pesawat Malaysia Airlines telah meningkatkan kekhawatiran atas krisis yang sedang terjadi di Ukraina. Bagaimana Rusia menilai proses penyelidikan jatuhnya pesawat MH17 di bagian Ukraina timur itu?

Jatuhnya pesawat MH17 merupakan tragedi yang mengerikan. Peristiwa itu tidak hanya merenggut banyak korban jiwa, tapi juga disalahgunakan oleh pihak tertentu untuk meningkatkan ketegangan dunia internasional, serta memaksa negara-negara lain untuk memberi sanksi-sanksi “sektoral” pada Rusia.

Sejak 17 Juli lalu, kami sudah meminta pelaksanaan investigasi internasional yang terbuka dan obyektif. Resolusi 2166 Dewan Keamanan PBB yang ditetapkan pada 21 Juli lalu memerintahkan investigasi komprehensif, menyeluruh, dan independen atas kejadian itu, sesuai dengan pedoman dan peraturan milik Internasional Civil Aviation Organization (ICAO).

Melihat besarnya imbas tragedi ini terhadap dunia internasional, kami menilai jaminan kelancaran pelaksanaan investigasi ini tidak hanya krusial untuk menemukan penyebab kecelakaan yang sesungguhnya, tetapi juga untuk mengadili pihak yang bertanggung jawab atas kejadian itu. Investigasi ini berhubungan erat dengan penyelesaian isu penciptaan perdamaian dan keamanan internasional. Kami mendukung penuh pelaksanaan keputusan Dewan Keamanan PBB yang tidak pandang bulu. Keputusan tersebut menetapkan Dewan Keamanan akan memegang “kendali” penuh terkait perkembangan situasi dan penyelidikan.

Kami mendesak semua pihak untuk menahan diri dari semua tuduhan yang tidak berdasar. Tuduhan tersebut dapat merusak fondasi hubungan komunikasi dunia internasional dan merupakan tindakan intervensi yang mencolok terhadap pelaksanaan penyelidikan.

Sangat disayangkan, kami menemukan adanya penundaan terang-terangan dalam proses investigasi tersebut. Laporan yang diberikan oleh komisi internasional tidak memberi bukti-bukti yang meyakinkan mengenai apa yang sebenarnya terjadi dalam kecelakaan tersebut. Pemeriksaan dan penyelidikan yang paling pokok, seperti pengumpulan dan rekonstruksi serpihan pesawat, pencarian obyek penyebab jatuhnya pesawat, pemeriksaan postmortem pada bangkai pesawat—semua elemen penting tersebut tidak pernah dilakukan. Tanpa data-data dari penelitian dan pemeriksaan pokok tersebut, maka kesimpulan penyebab kecelakaan pesawat MH17 tidak akan dapat dilakukan. Selain itu, pertanyaan resmi yang diajukan Kementerian Pertahanan Rusia dan Rosaviyatsiya (Lembaga Transportasi Udara Rusia) masih belum terjawab. Kami juga menaruh perhatian pada pelaporan hasil investigasi yang tidak menyebutkan Resolusi 2166 Dewan Keamanan PBB, termasuk tidak adanya mekanisme pelaporan Sekjen PBB perihal perkembangan penyelidikan tersebut.

Kami tidak mempertanyakan “hak hakiki” pemerintah Ukraina untuk menentukan skema organisasi investigasi kecelakaan pesawat yang terjadi pada ruang udara negara mereka. Namun, mereka harus yakin bahwa skema yang mereka buat harus benar-benar dapat menjamin penyelidikan yang sesuai dengan standar internasional serta menyajikan “transparansi” terkait organisasi yang mereka bentuk. Hal tersebut penting para anggota tim investigasi, yang terdiri dari penyidik ahli dari berbagai negara, dapat bergerak secara harmonis satu sama lain, menjadi satu kesatuan, tanpa campur tangan dari luar, serta pemberian akses yang sama dan adil terhadap semua petunjuk dan barang bukti yang ada.

Kebenaran harus ditegakkan. Itu adalah tuntutan absolut kami, dengan melihat adanya beberapa negara anggota yang tidak menunjukkan antusiasme mendalam terhadap pelaksanaan investigasi yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kita tidak boleh membiarkan proses pencarian kebenaran di balik kecelakaan MH17 ini ditunda atau terhenti, sebab kejadian serupa sudah pernah terjadi pada penyelidikan berbagai tragedi lain yang pernah terjadi di Ukraina, seperti kasus penembakan warga sipil di Kiev oleh penembak jitu pada bulan Februari lalu, pembantaian keji di Odessa dan Mariupol pada Mei lalu, dan berbagai peristiwa lain. Kami akan tetap bersikeras mengadili pihak yang bersalah atas kejahatan yang telah mereka lakukan.

Banyak yang mengatakan hubungan Rusia dan Barat saat ini merupakan “Perang Dingin” yang baru, dengan mengacu pada tindakan pemberian sanksi-sanksi ekonomi pada Rusia oleh AS dan Uni Eropa. Langkah apa yang akan diambil oleh Rusia jika Barat memperketat sanksi ke tahapan lebih tinggi?

Kami sudah berulang kali melakukan penilaian terhadap tindakan pemberlakuan sanksi secara menyeluruh. Kami percaya bahwa usaha sepihak untuk mempengaruhi situasi kritis di Ukraina, merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan hasil keputusan Dewan Keamanan PBB. Tindakan tersebut bertentangan dengan norma-norma dan prinsip yang berlaku pada hukum internasional dan itu dapat mengancam perdamaian dan stabilitas dunia. Selain itu, tindakan tersebut merupakan “pedang bermata dua” yang lebih membahayakan pihak yang menginisiasi tindakan tersebut, dibanding pihak yang menjadi obyek penderita. Sebagai contoh, kerugian Uni Eropa secara ekonomi akibat pemberlakukan sanksi pada Rusia jauh lebih terasa dibanding bagi Rusia sendiri.

Jelas pemberian tekanan berupa sanksi pada Rusia yang terus berlanjut ini tidak akan membantu penyelesaian masalah internal Ukraina, justru malah meningkatkan gerakan perlawanan serta mempersulit dialog antarpihak yang bertikai. Kami melihat paket sanksi baru dari Uni Eropa, yang mulai diberlakukan pada Jumat (12/9) lalu, sebagai tanggapan irasional Brussel (pusat Uni Eropa) yang sama sekali tidak menyelesaikan masalah atas hasil pertemuan Rusia, Ukraina, kelompok perlawanan Ukraina, dan OSCE di Minsk untuk menyelesaikan konflik di Ukraina.

Petinggi di Washington dan Brussel harus mengerti bahwa kami mempunyai “hak” untuk melakukan apa pun yang dibutuhkan demi melindungi “kepentingan kami yang sah” secara hukum, termasuk kepentingan perlindungan keamanan nasional dalam segala bentuk.

Namun kami berharap pragmatisme dan akal sehat dalam tindakan mitra kami pada akhirnya akan menang. AS, Uni Eropa dan negara-negara lain perlu mendengar suara akal sehat mereka serta memutuskan lingkaran setan yang sia-sia, yang menggunakan prinsip “mata ganti mata”. Mereka sendiri yang mulai menerapkan prinsip tersebut di sini.

Artikel Terkasit

Pertemuan NATO Sudutkan Rusia, Cerminkan Tindakan Paranoid

Lavrov Pimpin Delegasi Rusia dalam Sidang Umum PBB ke-69

Lavrov Peringatkan Amerika untuk Tidak Membombardir Pasukan Assad

NATO Mulai Susun Kebijakan untuk ‘Membendung’ Rusia

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki