Untuk kembali dari medan perang ternyata jauh lebih sulit dibanding saat datang pertama kali. Foto: AP
Solokov bercerita, tak terlalu sulit menyelinap ke tengah lingkaran pejuang militan pejuang kemerdekaan tersebut. Kecanggihan media sosial telah membuka akses ke berbagai macam sumber. Untuk mendaftarkan diri menjadi sukarelawan bagi pejuang milisi, seseorang hanya perlu menghubungi salah satu akun media sosial Rusia Vkontakte yang didedikasikan untuk Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk.
‘Tiket’ ke Medan Perang
Sebagai contoh, dalam grup jejaring sosial Narodnoye Opolcheniye Donbassa (NOD/Pejuang Milisi Rakyat Donbass), kita dapat membangun kontak dengan penghubung pejuang milisi Ukraina di Moskow, yang dapat membantu seseorang mencapai medan perang di Donbass. NOD sendiri adalah kelompok milisi bersenjata di bawah komando Kepala Departemen Mobilisasi Rakyat Kementerian Pertahanan Republik Rakyat Donetsk (RRD) Pavel Gubarev. Pengiriman sukarelawan ke daerah Ukraina tenggara dijalankan oleh sebuah kelompok administrasi Svodki Ot Opolcheniya Novorossii. Novorossiya adalah konfederasi yang terdiri dari Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk. Kurator publik kelompok administrasi tersebut mengatakan bahwa setiap orang harus datang ke Rostov-na-Donu langsung. Dari Rostov, calon sukarelawan baru bisa menghubunginya dan mendapatkan “tiket perjalanan” menuju medan perang.
Saat Solokov berada di titik berkumpul yang telah disepakati, ia bertemu dengan 15 sukarelawan lain yang kebanyakan sudah mengenakan pakaian kamuflase dan ransel gunung. Mobil yang membawa mereka zona peperangan berpelat nomor Ukraina, sementara pengemudi dan anggota milisi yang mendampingi mereka adalah para warga Donbass. Mereka mengatakan bahwa mobil ini menjemput para sukarelawan asal Rusia setidaknya seminggu sekali.
Para sukarelawan dari Rusia rata-rata adalah anak muda berusia 20 sampai 35 tahun. Ada pula beberapa tentara berusia 40-an. Di dalam mobil, Solokov berkenalan dengan sukarelawan lain, Gek dan Rakhmet (nama samaran). Keduanya berumur sekitar 25 tahun. Gek adalah seorang letnan penjaga pesisir pantai Angkatan Laut Rusia yang berasal dari Saint Petersburg. Gek yang berasal dari keluarga tentara memutuskan untuk menjadi sukarelawan karena kedua kakeknya, yang mendapat gelar kehormatan Pahlawan Uni Soviet, meninggal di Ukraina saat Perang Dunia II, dan salah seorang saudaranya terbakar hidup-hidup dalam peristiwa pembakaran gedung serikat buruh di Odessa awal Mei lalu. Ia merasa memiliki tanggung jawab moral terhadap keluarganya, maka ia memutuskan untuk berangkat ke garis terdepan peperangan tersebut. Sementara, Rakhmet adalah anggota Angkatan Udara Rusia berbaret biru. Ia juga memiliki jiwa patriotisme yang sama kuatnya dengan Gek. Rakhmet geram saat melihat pemberitaan bagaimana lencana dan medali para veteran perang Soviet dicabut dengan tidak hormat di Mariupol.
Markas Pasukan Perlawanan Ukraina
Mobil tersebut membawa para sukarelawan ke salah satu markas pejuang milisi di Donetsk. Markas itu terletak di bangunan bekas Kementerian Dalam Negeri Ukraina. Komandan markas langsung memasukkan nama-nama sukarelawan ke arsip komputer RRD, yang nantinya akan diberikan pada Menteri Pertahanan RRD. Nama-nama tersebut akan dipisahkan berdasarkan satuan fungsi. Banyak yang sudah memiliki satuan fungsi yang sudah mereka tuju. Salah satu satuan yang paling berpengaruh adalah satuan milik panglima perang Motorola (nama aslinya adalah Arseniy Pavlov). Di RRD juga terdapat satuan mantan Menteri Pertahanan Igor Strelkov, Igor Bezler, satuan bangsa Cossacks dan batalion Vostok (Timur), Oplot (nama organisasi massa), Berkut (elang emas), Kalmius (nama sungai), dan lain-lain. Setiap satuan memiliki fungsi dan peran masing-masing untuk wilayah tertentu. Batalion Vostok memiliki jadwal yang jelas, mereka benar-benar satuan perang asli dan melakukan segala hal seperti seharusnya. Batalion Oplot diisi oleh para pejuang Cossacks.
Semua hal dilakukan dengan sederhana di seluruh satuan perang. Namun, anggota satuan akan mendapat hukuman yang tergolong kejam jika melanggar peraturan. “Jika ada yang tertangkap mabuk dan membuat kericuhan, mereka bisa ditembak di tempat,” kata salah seorang sukarelawan bernama sandi Special. Ia pernah melihat langsung peristiwa itu di batalion Oplot.
Solokov bercerita, saat ini para pejuang milisi sangat minim persenjataan dan amunisi. Masih banyak ditemukan senapan semi-otomatis SKS (Samoryadny Karabiny Simonova), yang pertama kali digunakan pada 1949. Bahkan senapan otomatis PPSh yang digunakan sejak 1941 saja masih digunakan di sana.
Ketua Verkhovniy Soviet (Dewan Parlemen) RRD Boris Litvinov mengatakan tentara Ukraina saat ini masih lebih unggul dibanding pejuang milisi Ukraina. Perbandingan jumlah tentara Ukraina dengan pejuang milisi ialah lima banding satu, 40-45 ribu tentara Ukraina melawan sekitar 10 ribu pejuang milisi. Sementara, perbandingan kualitas dan jumlah senjata jauh lebih buruk.
Solokov menulis, semua pejuang yang ia wawancarai menyatakan bahwa mereka bertempur tanpa mendapatkan bayaran apapun. Salah seorang anggota pasukan khusus asal Rusia mengatakan hanya pengawal tokoh-tokoh penting saja yang mendapatkan gaji.
Jalan Pulang
Untuk kembali dari medan perang ternyata jauh lebih sulit dibanding saat datang pertama kali. Peperangan tanpa henti dan baku tembak yang terjadi telah menghancurkan jalan dan orang-orang terpaksa mencari jalan alternatif lain. Meski demikian, Solokov berhasil menemukan seorang pengemudi yang siap mengantarkan ia ke pemukiman kumuh yang ada di perbatasan Rusia. Dari situ orang-orang dapat melanjutkan perjalanannya sendiri. Ada yang pergi ke penampungan sementara di sekitar perbatasan, ada yang kembali ke sanak saudaranya, ada pula yang kembali ke Moskow. Di akhir perjalanan, Solokov jadi tahu, bagaimana dan mengapa saudara setanah airnya berada dalam peperangan asing “milik sendiri” tersebut.
Berdasarkan materi yang dipublikasikan dalam bahasa Rusia di RBC.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda