Presiden AS Barack Obama menjelaskan, sanksi baru ini diberikan karena Rusia belum mengubah kebijakannya terhadap Ukraina, dan terus mendukung pihak separatis yang bertempur di bagian timur negara tersebut. Foto: AP
Sanksi itu berlaku untuk tiga bank negara Rusia yang terbesar, yakni VTB (60,9 persen saham dimiliki pemerintah Rusia), Bank of Moscow (95,52 persen saham dimiliki VTB), dan Bank Pertanian Rusia (100 persen saham dimiliki pemerintah Rusia). Mulai sekarang, warga negara dan perusahaan-perusahaan AS dilarang memberi pinjaman lebih dari 90 hari untuk bank-bank tersebut dan institusi yang terkait. Selain bank, pembatasan juga diberlakukan terhadap United Shipbuilding Corporation.
Dampak Bagi Bank Rusia
Sanksi terhadap bank Rusia dirancang untuk membatasi bank mendapatkan bantuan finansial. Artinya, dalam waktu dekat bank-bank tersebut tidak akan mampu melakukan refinancing di pasar Barat, terutama Eropa.
Seperti yang dijelaskan pakar keuangan pada RBTH, bank-bank Rusia sangat jarang meminjam uang langsung dari pasar AS. Secara keseluruhan, tarikan pinjaman dari investor AS dilakukan melalui pasar Eurobond. VTB memiliki total utang sebesar 12,7 miliar dolar AS dan hanya 5,2 persen dari jumlah itu yang merupakan pinjaman Eurobond. Pada Bank Pertanian Rusia, persentase ini lebih tinggi yakni 20-22 persen dari total utang sebesar 8,6 miliar dolar AS. Refinancing utang tersebut melalui pinjaman baru tidak mungkin dilakukan lagi di pasar Barat.
Namun, para ahli percaya bahwa situasi ini tidak akan mengganggu kinerja lembaga kredit Rusia, karena mereka dapat melakukan refinancing di pasar domestik. Bank Sentral Rusia telah menyatakan bahwa, jika perlu, mereka akan membantu bank-bank yang dikenai sanksi oleh AS.
Para ahli sepakat bahwa format sanksi saat ini cukup lunak. Pembiayaan utang dan dana dapat ditarik menjadi modal melalui mata uang lain dan di negara-negara lain, seperti di pasar Timur Tengah dan di Asia (Tiongkok).
"Selama 2015 hingga 2017, bank-bank milik negara harus melakukan refinancing sebanyak 15 miliar dolar AS. Ini merupakan jumlah yang signifikan, tetapi tidak sebanding dengan skala usaha bank tersebut. Selain itu, jumlah ini sebagian dapat digantikan oleh beberapa pinjaman internal atau dari sumber-sumber lain. Sanksi ini tidak akan memengaruhi sektor keuangan secara signifikan, ini lebih merupakan langkah pencegahan," ujar Alexander Abramov, peneliti terkemuka di Pusat Analisis Sistem Keuangan RANEPA.
Bank besar Rusia Sberbank, yang 50 persen sahamnya dimiliki oleh Bank Sentral Rusia, juga sedang diincar untuk masuk target sanksi. Namun, informasi ini dibantah oleh para ahli. Mereka memprediksi Sberbank tak akan tersentuh untuk waktu yang lama. "Setiap pembatasan dan larangan terhadap lembaga ini setara dengan sanksi terhadap 75 juta orang, yakni nasabah aktif bank ini," tutur Alexander Abramov. "Sanksi itu akan berdampak pada masyarakat secara langsung, bukan hanya sektor keuangan. Ini adalah alasan utama AS dan Eropa menahan diri untuk menerapkan sanksi terhadap Sberbank," jelas Abramov.
Jika membandingkan dampak sanksi terhadap bank-bank tersebut, maka Bank Pertanian Rusia yang akan paling terpengaruh. Berbeda dengan VTB, bisnis bank ini tidak terdiversifikasi dan mereka terlibat dalam pemberian pinjaman yang berisiko cukup tinggi, yaitu memberikan pinjaman pada usaha pertanian dan usaha kecil dan menengah. Namun, menurut Alexander Abramov, bank ini kemungkinan besar tidak akan menghadapi masalah global.
Sementara itu, pihak bank sendiri bereaksi sangat cepat terhadap berita dari Amerika Serikat. Semua bank tersebut telah mengeluarkan pernyataan bahwa sanksi tersebut tidak akan memengaruhi pekerjaan mereka. Dalam sebuah pernyataan resmi, Bank of Moscow mengatakan bahwa mereka fokus pada kinerja di pasar domestik. Pembiayaan melalui pinjaman eksternal tidak signifikan dan tidak melebihi dua persen dari total aset bank.
Sanksi Lain
United Shipbuilding Corporation, perusahaan induk Rusia yang melaksanakan 80 persen proyek pembuatan kapal di Rusia termasuk untuk militer, juga terkena sanksi. Departemen Keuangan AS mengatakan bahwa sanksi tersebut membuat semua aset perusahaan ini di AS bisa disita dan individu serta institusi AS dilarang melakukan transaksi dengan badan usaha tersebut. Namun, layanan pers USC mengatakan pada RBTH bahwa perusahaan mereka tidak memiliki aset di Amerika Serikat.
Menurut Vadim Kozyulin, pakar perdagangan senjata di Pusat PIR, sanksi ini memiliki konsekuensi negatif karena menutup peluang yang ada sebelumnya untuk akuisisi teknologi dan komponen pembuatan kapal. “Sumber daya Rusia kurang memadai untuk mengembangkan industri pertahanan Rusia," sang ahli menyimpulkan.
Presiden AS Barack Obama menjelaskan, sanksi baru ini diberikan karena Rusia belum mengubah kebijakannya terhadap Ukraina, dan terus mendukung pihak separatis yang bertempur di bagian timur negara tersebut.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda