Bunga di sisa rongsokan mesin peswat Boeing 777 Malaysia Airlines yang jatuh di dekat kota Shakhtyorsk, Donetsk. Foto: Andrei Stenin/RIA Novosti
Harian Kommersant memberitakan bahwa bencana MH17 Malaysia Airlines tidak menghentikan pertempuran antara pasukan pemerintah dengan separatis di Ukraina timur. Gencatan senjata berlaku dengan cakupan terbatas, yakni pada lokasi sekitar jatuhnya pesawat Boeing tersebut.
Mereka tidak bisa menyepakati gencatan senjata menyeluruh di seluruh wilayah timur negara tersebut. Para ahli yang dimintai pendapat oleh Kommersant mengatakan bahwa operasi militer oleh pasukan Ukraina tidak berjalan sesukses yang mereka harapkan. Kesulitan utama, menurut surat kabar itu, muncul di bagian selatan front pertempuran, karena Kiev berharap memenangkan pertempuran akhir.
Akibat tindakan para milisi, pasukan Ukraina yang mencoba menguasai kembali daerah-daerah yang telah memproklamasikan kemerdekaan telah dikepung. Pasukan tersebut lalu diselamatkan oleh gencatan senjata di semua bagian front, yang juga disadari para komandan separatis. “Mungkin itu sebabnya mereka sejauh ini menolak semua permohonan gencatan senjata secara komprehensif sebagaimana disuarakan oleh pihak Ukraina dan para mediator internasional,” Kommersant menyimpulkan.
“Dunia berada di ambang krisis politik terbesar selama beberapa dekade terakhir,” kata sebuah tajuk rencana dari harian Nezavisimaya Gazeta. Surat kabar ini menggambarkan jatuhnya jet penumpang Malaysia Airlines sebagai “awal dari perang dingin baru”.
Koran itu menegaskan bahwa fakta selama ini menunjukkan terdapat sistem rudal darat-ke-udara BUK di zona konflik di kedua sisi perbatasan Ukraina-Rusia. Namun, sistem ini hanya mampu mengenai target udara dalam jarak 50 kilometer. “Boeing itu jatuh di wilayah Ukraina yang berjarak 50 kilometer dari perbatasan Ukraina-Rusia, jadi tidak mungkin pesawat itu disambar dari wilayah Rusia," tulis Nezavisimaya Gazeta.
Koran itu menambahkan bahwa Kiev tidak menyangkal sistem BUK Ukraina memang ditempatkan di perbatasan Ukraina-Rusia. Kemungkinan besar, sistem pertahanan udara Ukraina tersebut bertujuan mencegah pengintaian udara oleh pihak Rusia. Itu sebabnya, menurut Nezavisimaya Gazeta, Boeing Malaysia mungkin salah diidentifikasi sebagai pesawat Angkatan Udara Rusia.
Selain itu, separatis kemungkinan besar tidak bisa mengoperasikan sistem BUK karena hal tersebut membutuhkan pelatihan dan pengalaman khusus. Para pakar yang diwawancarai NG menyimpulkan bahwa pesawat itu ditembak jatuh secara tidak sengaja. “Kemungkinan besar serangan ini tidak disetujui oleh pimpinan senior, yang sekarang di bawah tekanan berat untuk mengungkapkan kebenaran terkait situasi ini. Dukungan bagi pihak yang membunuh warga sipil tentu tidak akan menciptakan reputasi politik yang baik pada skala internasional,” Nezavisimaya Gazeta menyimpulkan.
Majalah Ekspert memberikan laporan rinci tentang operasi pencarian di lokasi kecelakaan. Majalah ini juga memberitakan Dewan Keamanan PBB diperkirakan akan melakukan pemungutan suara dalam waktu dekat terkait rancangan resolusi yang mengutuk penghancuran Boeing 777 tersebut. Rancangan resolusi ini, lanjut Ekspert, tidak hanya menyerukan penyelidikan internasional yang komprehensif, menyeluruh dan independen sesuai dengan standar penerbangan sipil, tetapi juga mencantumkan syarat untuk para separatis, yang mendesak mereka untuk menahan diri dari setiap tindakan yang dapat membahayakan atau mencemari lokasi kecelakaan. Majalah ini menambahkan bahwa anggota milisi Republik Rakyat Donetsk telah menjaga tempat kecelakaan selama tiga hari dan memastikan keselamatan para pengamat OSCE yang bekerja di lokasi tersebut.
Para ahli yang diwawancarai surat kabar Vzglyad mengatakan bahwa tokoh senior di Ukraina dan Barat menggunakan fakta-fakta palsu seputar kecelakaan Boeing Malaysia. Penyelidikan atas jatuhnya pesawat Malaysia belum berakhir, tetapi rumor tentang panggilan telepon antara para separatis yang berhasil dicegat memberi peluang bagi pemerintah Ukraina dan negara-negara lain untuk menyalahkan milisi separatis dan Rusia atas insiden tersebut.
Para ahli menunjukkan bahwa orang yang membuat pernyataan itu termakan oleh fakta yang belum diverifikasi—bahkan diada-adakan secara kasar. “Situasi seputar tragedi MH17 yang jatuh di Ukraina memicu tuduhan tidak berdasar yang disuarakan oleh pemerintah Ukraina. Tanpa penyelidikan atau tes apapun, pemerintah Ukraina menemukan banyak bukti bahwa milisi di Ukraina tenggara terlibat dalam insiden itu,” tulis Vzglyad. Selain itu, Kiev menyatakan bahwa sistem rudal darat-ke-udara BUK yang mungkin menembak jatuh Boeing dipasok ke separatis oleh Rusia dan setelah tragedi dikembalikan lagi oleh separatis.
Harian Moskovsky Komsomolets mengutip pernyataan khusus Presiden Vladimir Putin mengenai kecelakaan pesawat Malaysia. Dalam pernyataan tersebut, Putin menyerukan kepada pihak yang sedang berperang untuk mengakhiri pertumpahan darah dan kembali ke meja perundingan. Menurut Putin, pesawat berpenumpang 298 orang itu tidak akan ditembak jatuh seandainya aksi militer di Ukraina timur tidak dilanjutkan. “Jika aksi militer di Ukraina timur tidak dimulai kembali pada 28 Juni lalu, tragedi ini pasti tidak akan terjadi. Pada saat yang sama, tidak ada seorang pun yang berhak menggunakan tragedi ini sebagai alat untuk mempromosikan tujuan-tujuan politik yang picik. Insiden seperti ini seharusnya mempersatukan masyarakat, bukan memecah belah," ujar Putin seperti dikutip Moskovsky Komsomolets.
Semua Jenazah Korban MH17 Telah Ditemukan
Kementerian Pertahanan Rusia: Diduga Sukhoi Ukraina Terbang Dekat Pesawat MH17
Obama: Rusia Bertanggung Jawab Langsung Atas Penyelidikan MH17
Tentara Rusia: Titik Jatuh MH17 Masuk Zona Target Misil Ukraina
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda