Putin juga membahas politik global yang semakin sulit diprediksi seiring konflik lama kembali membara dan konflik baru terus bermunculan. Foto: Kementerian Luar Negeri Federasi Rusia
Tahun ini, forum mengangkat tema “Perlindungan Kepentingan Nasional dan Penguatan Prinsip Kerja Sama Internasional”. Oleh karena itu, Putin juga membahas politik global yang semakin sulit diprediksi seiring konflik lama kembali membara dan konflik baru terus bermunculan, contohnya krisis Ukraina.
“Rusia tidak bisa mengabaikan nasib penduduk Krimea dan Sevastopol di tengah kaum nasionalis dan militan yang radikal. Rusia tidak dapat membiarkan aksesnya ke perairan Laut Hitam ditutup, pun tidak mau membiarkan NATO masuk ke Krimea atau Sevastopol, mengingat keduanya adalah simbol kehormatan militer yang penting bagi prajurit dan pelaut Rusia. Rusia juga tak bisa membiarkan keseimbangan kekuatan di kawasan Primchyonormorye itu berubah drastis,” ujar Putin.
Putin mengingatkan bahwa Rusia harus terus aktif mempertahankan hak-hak warga Rusia, serta para kompatriot di luar negeri. Rusia berjanji akan menggunakan segala cara yang mungkin dilakukan, mulai dari operasi politik dan ekonomi hingga upaya kemanusiaan yang diizinkan oleh hukum internasional, termasuk berlindung di bawah hak untuk mempertahankan diri.
Menurut pandangan Putin, konflik di Timur Tengah, Afrika, dan di Eropa adalah bukti berkembangnya protes melawan pemaksaan model dunia unipolar. Mereka menolak upaya dominasi dari sebuah negara. Ancaman Bank of America terhadap Banque de France merupakan salah satu contoh upaya dominasi yang nyata. Ancaman itu muncul ketika Washington meminta Paris memutus kontrak dengan Moskow untuk pembangunan dua kapal induk ‘Mistral’.
Putin percaya bahwa kesetaraan dan sikap saling menghormati adalah landasan untuk membangun hubungan antarbangsa. Lebih lanjut, Rusia akan meningkatkan hubungan yang saling menguntungkan dengan semua bangsa.
Satu contoh sukses adalah pembentukan Perserikatan Ekonomi Eurasia dengan Belarus dan Kazakhstan. Di samping itu, meski ada perbedaan politik, Moskow terus mengembangkan hubungan dagang dengan Uni Eropa, terutama dalam bidang tenaga listrik. Proyek unggul dengan Uni Eropa antara lain pembangunan infrastruktur gas dan proyek ‘Yuzhniy Potok’ (Arus Selatan) untuk menyalurkan gas alam melalui dasar Laut Hitam.
Dalam pidatonya, Putin melimpahkan tanggung jawab pada Kementerian Luar Negeri Rusia agar skenario di Irak, Libya, Suriah, dan Ukraina tidak terulang di Eropa. “Kita perlu sebuah kerangka kerja jaminan di Eropa, agar apa yang terjadi Irak, Libya, Suriah, dan Ukraina tidak menular,” jelas Putin. Putin menekankan perlunya mencegah pihak luar memengaruhi proses politik internal sebuah negara.
Hubungan Rusia dengan Barat masih sangat tegang, maka itu Rusia berusaha menaruh perhatian khusus pada kerja sama dengan Asia dan Amerika Latin. “Kita harus memperkuat kemitraan komprehensif dan kerja sama strategis dengan Republik Rakyat Tiongkok dengan segala cara,” ujar Putin. Menurut Putin, persahabatan Tiongkok-Rusia tidak dibentuk untuk melawan suatu pihak.
“Sebaliknya, ini merupakan contoh kerja sama antarbangsa yang semestinya, saling menghormati, dan produktif di abad ke-21,” jelas Putin.
Putin berterima kasih pada para diplomat Rusia atas profesionalisme mereka dalam keadaan yang sangat sulit selama krisis Ukraina. Namun Putin mengingatkan, situasi ini masih jauh dari selesai dan masih banyak hal yang harus dikerjakan.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda