Pada kenyataannya, peperangan Obama melawan kaum radikal Islam telah mengalami kekalahan yang menyedihkan. Foto: Reuters
Sang pengamat yakin bahwa bencana di Irak sebentar lagi terulang di Afganistan. Hal itu akan berdampak buruk bagi Amerika Serikat yang memulai skenario tersebut. “Ini akan lebih buruk dibandingkan peristiwa 11 September,” ujar Satanovskiy.
Mengapa situasi di Irak tidak terkontrol oleh pemerintah setempat?
Kemungkinan karena sejak awal pemerintah Irak sendiri tidak pernah mengendalikan situasi tersebut. Pemerintah mereka harus mengendalikan wilayah tertentu atau mengambil langkah politik yang membuat negara mengalami perang saudara. Organisasi ekstrimis Negara Islam Irakdan Levant (ISIL) mendapat dukungan dari para Syekh daerah Sunni Islam Irak yang tidak mendapat peran dalam dunia migas maupun di piramida pemerintahan.
ISIL tidak dapat mengirim pasukannya ke wilayah Irak lebih dari tiga ribu orang, karena mereka hanya berjumlah sekitar enam sampai tujuh ribu orang, dan sebagian sedang bertempur di Suriah. Selain itu, kelompok militer Irak terpecah-pecah. Banyak tentara yang melarikan diri. Para pemberontak pun dipersenjatai dengan kendaraan lapis baja, perlengkapan perang aviasi modern, persenjataan seharga miliaran dolar AS. Saya pikir pemerintah tidak pernah mengendalikan apapun. Ini tidak hanya berlaku di Irak, tetapi juga di Afganistan.
Parlemen Irak tidak dapat menyatakan negara dalam keadaan gawat darurat karena mereka kekurangan jumlah suara saat voting. Mengapa mereka tidak menyepakati hal itu?
Sejak dulu, sulit untuk berkompromi satu sama lain di Irak, seperti diktator Irak Saddam Husein ataupun para pemimpin otoriter yang berusaha menjadi Saddam Husein yang baru. Kita tahu bahwa orang Kurdi, kaum Syiah, Sunni yang duduk di parlemen Irak tidak dapat berkompromi satu sama lain karena perbedaan prinsip yang mereka anut. Hal ini berlaku bahkan untuk kaum Syiah. Meski negara terancam bahaya kematian besar-besaran, parlemen Irak tetap tidak dapat satu suara.
Apa bentuk bantuan yang diberikan Gedung Putih kepada pemerintah Irak?
Mungkin Presiden AS akan berdoa untuk keselamatan para penduduk Irak. Amerika Serikat melepas nasib negara Irak secara sewenang-wenang, begitu pula nasib Afganistan. Setelah penarikan tentara AS dari Afganistan, situasi akan terulang di Irak, bahkan mungkin lebih buruk. Menuruti perkataan Presiden AS memang tidak ada gunanya.
Bagaimana pendapat Anda mengenai kemungkinan serangan udara oleh AS ke pusat-pusat pemberontak ISIL, baik di Irak dan Suriah?
Itu hanya sekedar dukungan simbolis saja, yang tidak akan membantu Perdana Menteri Irak Nouri Al-Maliki, maupun Irak secara keseluruhan. Tindakan itu sudah terlambat setidaknya satu tahun.
Apa artinya target lemparan bom AS yang hanya menjadi simbol bahwa AS mengendalikan situasi di Irak. Itu tidak akan menghentikan pejuang organisasi Islam di Irak. Pada kenyataannya, peperangan Obama melawan kaum radikal Islam telah mengalami kekalahan yang menyedihkan.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menyebut situasi di Irak sebagai kegagalan invasi AS dan Inggris di Irak. Bagaimana pendapat Anda?
Sangat sulit untuk tidak setuju akan hal itu. Saya malah akan menggunakan istilah yang lebih keras. Itu adalah bencana, dan bukan hanya pada skala regional. Amerika Serikat jelas bertanggung jawab atas tindakannya. Kini, negara tersebut lebih memilih untuk memengaruhi wilayah yang penting bagi Rusia daripada Irak, seperti Uzbekistan, Kirgistan dan negera-negara Asia Tengah lain.
Tapi saya pikir Rusia tidak mempunyai cukup sumber daya untuk ikut campur dalam semua urusan yang membutuhkan campur tangannya.
Skenario atas apa yang terjadi di Irak hanya satu, yakni bencana kehancuran negara dengan masa depan yang tidak jelas. Itu tentu berdampak pada kemunduran produksi minyak, termasuk kekacauan di pasar migas. Harga-harga pasti akan naik.
Pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Rusia di Vzglyad.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda