Oposisi di Rusia Hadapi Masa Sulit

Pada musim panas 2013, Alexi Navalny (tengah), setelah memublikasikan investigasi antikorupsi secara online, didakwa dengan tuduhan penggelapan dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Foto: Photoshot/Vostock Photo

Pada musim panas 2013, Alexi Navalny (tengah), setelah memublikasikan investigasi antikorupsi secara online, didakwa dengan tuduhan penggelapan dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara. Foto: Photoshot/Vostock Photo

Dua tahun telah berlalu sejak March of Millions (Pawai Jutaan Orang) berlangsung di Moskow. Ribuan orang berkumpul untuk protes pada malam pelantikan Presiden Vladimir Putin, dan peristiwa itu berbuntut konfrontasi kekerasan antara demonstran dan polisi.

Insiden yang terjadi di Bolotnaya Square di pusat ibukota Rusia tersebut menjadi akhir zaman keemasan oposisi, yang mencapai puncak keemasannya pada tahun 2011-2012. Menurut sosiolog Lev Gudkov, hingga musim dingin tahun ini, oposisi akan tenggelam ke titik terendah sepanjang masa sejak runtuhnya Uni Soviet.

Sebuah proses hukum yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Rusia pasca-Soviet, yang dijuluki Kasus Bolotnaya, harus dihadapi Rusia setelah March of Millions. Meski komisi internasional independen termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch menyimpulkan bahwa “sebagian besar kekerasan dan gangguan ketertiban disebabkan oleh tindakan pihak berwenang, terutama polisi,” hanya demonstranlah yang menghadapi tuntutan hukum.

Rusia mengajukan dakwaan terhadap 27 orang. Materi yang disampaikan dalam dakwaan tersebut bervariasi. Beberapa pemrotes dituduh melemparkan gumpalan aspal dan mendorong polisi, sementara ada satu orang yang merubuhkan Port-A-Potties (toilet portabel). Yaroslav Belousov (23) dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara hanya berdasarkan kesaksian polisi dan sebuah video yang menunjukkan ia melemparkan lemon ke arah kerumunan. Pada Februari lalu, enam orang lainnya dijatuhi hukuman 2,5 sampai empat tahun penjara.

Selain demonstran biasa, pemimpin organisasi sayap kiri ekstrem The Left Front, Sergei Udaltsov dan Leonid Razvozzhayev, saat ini sedang menunggu putusan pengadilan. Pemerintah Rusia mengajukan tuntutan terhadap mereka pada bulan Oktober 2012, ketika sebuah film dokumenter berjudul Anatomy of a Protest 2 ditayangkan pada saluran televisi yang dikelola negara. Film ini dianggap menunjukan bahwa Udaltsov dan Razvozzhayev telah bekerja sama dengan aktivis kiri Konstantin Lebedev dan politikus Georgia Givi Targamadze untuk menciptakan kerusuhan massal dan merebut kekuasaan. Lebedev, yang dianggap sebagai pengkhianat oleh anggota oposisi, mengaku bersalah dan membuat kesepakatan dengan pihak berwenang. Ia setuju untuk bersaksi melawan bekas rekan-rekannya. Ia kemudian dijatuhi hukuman 2,5 tahun penjara dan dibebaskan setelah menjalani setengah masa hukumannya.

Sebagian di Duma, Sebagian di Penjara

Pemerintah Rusia telah mengadopsi kebijakan untuk mempersulit digelarnya aksi protes dan meningkatkan denda bagi pelanggaran selama demonstrasi. Menurut perancang RUU Andrey Krasov, perubahan kebijakan diperlukan untuk memulihkan ketertiban dan menjamin ketenangan warga negara Rusia. Pada awal Februari lalu, pemerintah Rusia mengesahkan peraturan yang memungkinkan pihak berwenang untuk memblokir sumber daya internet yang ‘menyerukan gangguan massal’. Vadim Ampelonsky, wakil dari Layanan Federal untuk Pengawasan Komunikasi, Teknologi Informasi, dan Media Massa (Roskomnadzor), berpendapat bahwa undang-undang baru itu tidak diarahkan terhadap oposisi, dan menyatakan bahwa RUU ini dimaksudkan untuk melawan ekstremisme dan kegiatan terorisme di internet.

Alexander Pozhalov dari Institut Studi Sosial-Ekonomi dan Politik menyatakan bahwa reformasi yang dilaksanakan selama beberapa tahun terakhir dirancang untuk memberantas fenomena oposisi nonsistemik, termasuk politisi yang memiliki pendapat yang berseberangan dalam sistem politik. Sosiolog dan penulis yang lebih condong mendukung Boris Kagarlitsky bercerita, “Ketika menanggapi pertanyaan ‘apa yang akan Anda lakukan dengan oposisi?’, salah satu pejabat tinggi mengatakan kepada saya hal yang sangat luar biasa: ‘kami akan menempatkan mereka di suatu tempat, sebagian di Duma, yang lain di penjara... kami hanya belum tahu siapa yang akan ditempatkan di mana’.”

Yevgeny Roizman, kandidat oposisi, berhasil memenangkan pemilihan walikota tahun lalu di Yekaterinburg, kota terpadat keempat di Rusia. “Ini adalah inti dari eksperimen,” kata Kagarlitsky. “Setiap pemain dapat dimanfaatkan dalam salah satu dari dua cara. Hanya saja, opsi Duma belum sepenuhnya dipikirkan.”

Tangan Barat dan Agen Asing

Boris Nemtsov, salah satu pemimpin sayap kiri liberal menyatakan saat ini pihak oposisi Rusia dalam kondisi tertekan. “Banyak kawan kami berada di balik jeruji besi, beberapa orang menjadi buronan pihak berwenang, dan sebagian telah pindah ke luar negeri,” ujar Nemtsov. Sementara pejabat Majelis Rendah Duma Ilya Ponomarev yang berhaluan kiri menambahkan, pihak oposisi tidak lagi menjadi suatu kekuatan politik yang terorganisir karena sudah terjadi pemisahan kekuatan politik.

Dewan Koordinasi Oposisi Rusia runtuh hanya setahun setelah pembentukannya pada Oktober 2012 karena para anggotanya bertengkar di internal mereka sendiri. Menurut sosiolog Lev Gudkov, ide-ide yang diajukan oleh oposisi seperti pemilu yang jujur​​, antikorupsi, dan reformasi pemilu, pada awalnya didukung oleh sekitar setengah populasi Rusia. “Angka ini turun ketika Kremlin meluncurkan kampanye retorika propaganda yang menekankan konsep-konsep seperti ‘tangan Barat’ dan ‘agen-agen asing’,” jelas Gudkov. LSM yang menerima pendanaan dari luar negeri diharuskan mendaftar sebagai agen asing.

“Hanya sekitar tujuh persen dari populasi yang merasa malu dan marah terhadap tindakan pemerintah Rusia,” jelas Lev Gudkov. “Banyak orang yang sebelumnya pernah bersimpati dengan oposisi sekarang mendukung kebijakan Kremlin.” Orang-orang yang menentang intervensi Rusia di Ukraina berlawanan dengan pendapat mayoritas. Ada pula yang kehilangan popularitas dalam politik, karena mereka harus mengidentifikasi diri dengan retorika pemerintah.

Aksi protes di jalan tidak akan terjadi dalam waktu dekat. “Sejauh yang saya lihat, oposisi liberal yang paling cerdik lebih cenderung berkonsentrasi pada budaya dan ideologi, dan tidak berharap banyak untuk menghasilkan efek politik dalam waktu dekat,” kata analis politik Mark Urnov.

Artikel Terkait

Rusia Akan Terapkan Aturan Baru bagi Blogger

Khodorkovsky Keluar dari Penjara

Khodorkovsky Tidak Ingin Berpolitik

Larangan Merokok Diperketat di Rusia

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki