Asia dapat benar-benar menjadi pengganti yang tepat untuk pasar Eropa bagi Rusia. Kredit: Reuters
Presiden Amerika Serikat Barrack Obama mengumumkan serangkaian sanksi ekonomi untuk Rusia atas sikap Rusia terkait Krimea "Sanksi ini tidak hanya berdampak besar pada ekonomi Rusia, tetapi juga dapat mengganggu ekonomi dunia. Akan tetapi, Rusia harus tahu bahwa tindakan lebih lanjut terkait Krimea hanya akan semakin mengisolasi Rusia dari masyarakat internasional," jelas Obama.
Sanksi yang dijatuhkan oleh Washington mencakup pembekuan aset Amerika Serikat dan pelarangan sejumlah pejabat tinggi Rusia, kepala perusahaan negara serta beberapa pengusaha yang dekat dengan Kremlin untuk masuk ke Amerika Serikat. Satu-satunya organisasi masuk ke dalam daftar sanksi tersebut adalah Bank Rossiya.
Uni Eropa turut menggunakan sanksi yang serupa. Selain itu, ada pula sanksi-sanksi lain yang harus ditanggung Rusia yakni dikeluarkannya Moskow dari kelompok G8, penundaan pembicaraan perdagangan dan investasi antara Rusia dengan Amerika Serikat, serta penundaan kerjasama visa dan peralatan militer antara Rusia dan Uni Eropa.
Ranah bisnis internasional berpandangan bahwa konflik Ukraina berisiko besar bagi segala operasi yang berhubungan dengan Rusia.
Reaksi pasar keuangan dunia juga cukup menyulitkan bagi Rusia. Agensi Moody's dan S&P sudah menurunkan nilai kredit Rusia dalam ramalan mereka. Seandainya nilai itu benar-benar diturunkan, harga untuk meminta pinjaman dari pasar luar akan meningkat, pertama-tama bagi negara; kemudian bagi institusi keuangan utamanya seperti Sberbank, VTB dan VEB; dan kemudian bagi semua perusahaan yang meminjam uang di Barat.
Menurut Bank Sentral Rusia, pada awal 2014 bank-bank Rusia sudah memiliki hampir 215 miliar dolar AS utang luar negeri, sedangkan perusahaan-perusahaan Rusia telah memiliki utang sebanyak 438 miliar dolar AS.
Dalam dua tahun ke depan saja, bank harus membayar hampir 88 miliar dolar AS untuk utang luar negeri mereka, sementara para perusahaan harus melunasi sekitar 182 miliar dolar AS. Saat ini, pemerintah Rusia tengah mengumpulkan cadangan untuk berjaga-jaga seandainya mereka harus membeli utang-utang strategis perusahaan Rusia kepada asing seperti tindakan yang sama yang dilakukan selama krisis 2008-2009.
Sebagai akibat dari terus memanasnya ketegangan dengan Barat, perusahaan Rusia pun tidak bisa mengakses pusat-pusat keuangan global. Selama bertahun-tahun, kebanyakan perusahaan Rusia melakukan IPO di London Stock Exchange, di mana ada 53 perusahaan Rusia yang terdaftar pada Pasar Utama bursa tersebut dengan kapitalisasi total hampir $500 miliar.
Selain itu, perusahaan Rusia juga terdaftar dalam NYSE dan NASDAQ di Amerika Serikat. Setelah ini, akan ada banyak IPO yang dibatalkan atau ditunda hingga waktu yang tidak ditentukan. Konsekuensi negatif lainnya adalah pelarian modal yang dapat mencapai hingga 50 miliar dolar AS per kuartal.
Konsekuensi yang tak kalah serius bisa jadi akan muncul dari keinginan Uni Eropa untuk mengurangi ketergantungan mereka kepada minyak dan gas Rusia. Hal ini akan membuat mereka dapat bertindak lebih keras terhadap Moskow. Namun demikian, dengan ketergantungannya pada energi Rusia saat ini, jelas bahwa Eropa tidak akan mampu untuk berhenti membeli minyak dan gas Rusia dalam sekejap. Ancaman utamanya adalah kemungkinan liberalisasi ekspor LNG dari Amerika Serikat.
Saatnya Berpaling ke Timur
Sementara itu, Moskow tampak sudah memiliki rencana untuk mengatasi kerugiannya. Dalam menanggapi sanksi dari Barat, Rusia harus mengembangkan ikatan perdagangan dan ekonomi dengan Timur. Asia dapat benar-benar menjadi pengganti yang tepat untuk pasar Eropa bagi Rusia. Hal tersebut diungkapkan oleh Sergio Men, Manajer Kerja Sama Eurasia Capital Partners, perusahaan investasi yang berbasis di Hong Kong. Ia menjelaskan bahwa negara-negara Asia Timur dan Asia Tenggara adalah pasar yang bertumbuh paling pesat untuk ekspor utama Rusia yakni minyak dan gas, logam, produk kimia, serta makanan.
Cina sejak tahun 2009 telah menjadi mitra dagang terbesar Rusia dengan besaran 89 miliar dolar AS pada 2013. Lebih lanjut lagi, Beijing siap membantu Rusia. Meski tanggapan politis Cina terhadap peristiwa di Krimea sejauh ini terbatas, secara ekonomi mereka siap untuk memberikan bantuan aktif kepada Moskow dalam menghadapi kemungkinan sanksi.
Kemungkinan lain ialah Rusia dapat memperkuat kerja sama dengan mitra alternatif yakni Korea Selatan dan Jepang yang sangat khawatir oleh terus bertumbuhnya Cina. “Setelah kabinet perdana menteri Jepang yang baru, Shinzo Abe, berkuasa, Tokyo sangat berharap dapat bekerjasama dengan Rusia.
Tujuannya tidak hanya untuk mengembangkan bisnis perusahaan Jepang di Timur Jauh Rusia tetapi juga membantu Rusia untuk tidak menjadi sumber bahan mentah bagi Cina,” kata ahli yang juga penasihat pemerintah Jepang. Untuk meningkatkan hubungan dengan Rusia dan secara pribadi dengan Vladimir Putin, Abe menjadi satu-satunya pemimpin G7 yang menghadiri Olimpiade Sochi. Namun demikian, saat ini Tokyo mulai mengalami tekanan yang semakin berat.
Amerika Serikat harus mengambil pilihan geopolitik yang berat yakni terus menekan Tokyo dan Seoul untuk meningkatkan isolasi Moskow atau membiarkan mitra-mitra Asianya hanya memberikan sanksi yang murni simbolik agar Moskow tidak lepas ke pelukan Cina, setelah mereka tidak memberikan pilihan lain bagi Rusia.
Pertama kali dipublikasikan dalam bahasa Rusia di Kommersant Vlast.
Doktrin Eksepsionalisme Amerika yang Berbahaya
Mengapa Rusia Menjual Alaska pada Amerika?
Gorbachev: Bergabungnya Krimea Adalah Kebahagiaan!
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda