Ledakan mengguncang sebuah stasiun kereta api, Volograd-1, di pusat kota. Sumber: Kirall Braga / RIA Novosti
Volgograd terletak di selatan Rusia, cukup jauh dari ‘daerah rawan’ atau kota-kota federal yang penting. Berjarak hampir 700 km jauhnya dari Sochi, yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Dingin 2014.
Namun untuk kedua kalinya dalam beberapa bulan, kota itu menjadi lokasi serangan teroris. Serangan yang terbaru ini akan berdampak lebih besar seandainya tidak ada pengamanan di stasiun kereta api tempat ledakan terjadi.
Kata orang, proyektil tidak akan dua kali meledak di kawah yang sama. Tapi yang terjadi Volgograd justru membuktikan sebaliknya. Kota yang tenang ini telah menjadi sasaran serangan teroris untuk kedua kalinya dalam dua bulan terakhir.
Dua bulan yang lalu seorang wanita meledakkan dirinya dalam sebuah bus penumpang. Sekarang, ledakan mengguncang sebuah stasiun kereta api, Volograd-1, di pusat kota.
Vasilisa Vasilyeva bekerja di sebuah kedai di gedung di seberang stasiun.
“Ledakan itu begitu kuat sehingga seluruh gedung bergetar. Bahkan terpikir bahwa kami yang diledakkan. Kami berlari keluar dan melihat bahwa (lokasi ledakan) stasiun. Ada orang-orang tergeletak di tangga dekat pintu masuk utama, semua jendela pecah, asap hitam keluar dari jendela tengah di lantai dua tempat patung-patung berada,” kata gadis itu.
“Jam stasiun terhenti saat ledakan, pukul 01:07 siang. Pacar saya, Pasha, menelepon temannya, seorang polisi di stasiun. Dia mengangkat telepon tapi mengatakan dirinya terluka dan tidak bisa bicara. Kami langsung sadar situasinya sangat buruk.”
Menurut laporan awal, ledakan bom bunuh diri itu menewaskan 16 orang dan menyebabkan 37 lainnya. Dari 37 korban luka, hanya tujuh orang luka ringan, sementara sisanya luka parah dan dalam kondisi kritis. Salah satu korban luka parah adalah seorang gadis berusia sembilan tahun, dia akan menjalani operasi.
Bom bunuh di Volgograd. Sumber: YouTube
Mobil ambulans dan pemadam kebakaran yang pertama tiba di lokasi, hanya beberapa menit setelah ledakan. Polisi mengepung gedung, anjing pelacak dan tim penjinak bom mencari sisa-sisa bom yang mungkin masih ada.
Menurut seorang penumpang yang menjadi saksi mata, seorang wanita, seperti penumpang lainnya meletakan tasnya di sabuk mesin x-ray di pintu masuk ke stasiun dan berjalan melalui detektor logam. Saat itulah ledakan terjadi.
Peningkatan pengamanan yang diberlakukan menyusul bom bunuh diri pada Oktober lalu memang telah berkurang. Tapi penegak hukum tetap waspada dan pemeriksaan barang dengan mesin x-ray di stasiun terus diberlakukan. Ternyata itu belum cukup dan kota tetaplah rentan.
Ledakan itu menewaskan dan melukai orang-orang tak berdosa yang kebetulan berada di lokasi pada saat itu. Tak lama setelahnya, Komite Antiteror Nasional mengumumkan ledakan itu mungkin dilakukan oleh pelaku bom bunuh diri. Sebuah kasus tindak pidana terorisme dan kepemilikan ilegal bahan peledak telah diajukan.
Valentina Ustinova dan keponakannya, Ivan Konovalov, sedang dalam perjalanan dari Kizlyar di Kaukasus ke kota Ulyanovsk, melalui Volgograd. Pada pukul tiga mereka harus naik kereta Kislovodsk-Yekaterinburg. Masih ada waktu beberapa jam sebelum melanjutkan perjalanan dengan berjalan-jalan di sekitar kota tapi kemudian kembali ke ruang tunggu di stasiun.
“Pertama, ada suara letusan,” - kenang Ivan. “Saya pikir seseorang menyalakan petasan Natal. Lalu terjadi ledakan besar, jendela hancur, ada api. Saya sempat menutukan tangan ke wajah. Meskipun kami jauh dari tempat ledakan, tapi mantel bulu saya terbakar. Kami mencoba keluar lewat jendela. Saya tidak mau melihat lokasi ledakan, ada pecahan kaca dan darah di mana-mana”.
Svetlana Demchenko dan temannya juga kebetulan berada di dekat lokasi ledakan.
“Kilatan cahaya membutakan matan dan saya jatuh ke lantai. Pasti itu yang elah menyelamatkan saya,” - kata Svetlana.
Tatyana dan Lyudmila bekerja sebagai pembersih di stasiun. Dua wanita ini mengurus bagian tengah bangunan, tempat detektor logam terletak. Pada pukul 01:00 siang, keduanya beristirahat makan siang dan turun ke ruang staf di bawah tanah. Beberapa menit kemudian, tempat mereka bekerja diguncang ledakan.
Serangan teroris menyebabkan penundaan jadwal untuk banyak kereta lain yang seharusnya lewat Volgograd. Satu setengah jam setelah ledakan, administrasi direktorat kereta api lokal mengatur jalur alternatif bagi kereta-kereta api tersebut, yaitu lewat stasiun kereta api lokal di seberang jalan stasiun utama dan terhubung melalui jalur bawah tanah.
Ribuan penumpang dan masyarakat menunggu untuk bertemu orang yang mereka cintai berkumpul di jalan-jalan sekitar tasiun kereta api.
Gubernur Volgograd Region Sergei Bozhenov berjanji bahwa keluarga korban akan mendapat santunan masing-masing satu juta rubel dari dana cadangan regional, terlepas dari mana korban berasal. Mereka yang terluka masing-masing akan mendapat santunan 200.000 rubel masing-masing, dengan jumlah mungkin ditingkatkan bagi mereka yang menderita luka serius.
“Semua layanan kota bekerja dalam situasi yang telah mereka latih pada Oktober lalu. Semuanya sama,” - kata Bozhenov. “Saya tekankan tidak perlu takut atau panik. Rumah sakit kota ini memiliki semua yang dibutuhkan untuk membantu korban. Kami juga berhubungan dengan rumah sakit Moskow dan jika perlu akan mengirim korban ke sana. Sebuah pesawat Kementerian Darurat bersiap-siap untuk meninggalkan Moskow jika ada kebutuhan untuk membawa korban ke sana.”
Bagi korban yang memiliki luka paling serius telah dibawa ke rumah sakit kota No 25; si gadis sembilan tahun telah dibawa ke rumah sakit No 7. Sebagian besar menderita luka ledakan dan luka bakar.
Sejauh ini para ahli belum bisa menjelaskan mengapa sekali lagi Volgograd menjadi lokasi serangan teroris. Layanan pers Kementerian Dalam Negeri Rusia kepada kantor berita Interfax mengatakan bahwa keamanan di semua jalur transportasi di seluruh negeri telah ditingkatkan.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda