Nelson Mandela dan Uni Soviet: Perjuangan Melawan Apartheid

Peristiwa pada 30 April 1999, ketika Mandela yang tengah melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow dianugerahi dua gelar doktor kehormatan dari Akademi Sains Rusia. Sumber: Reuters

Peristiwa pada 30 April 1999, ketika Mandela yang tengah melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow dianugerahi dua gelar doktor kehormatan dari Akademi Sains Rusia. Sumber: Reuters

Saat dunia meratapi wafatnya sang negarawan besar, RIR menengok hubungan yang telah lama terjalin antara beliau dan Uni Soviet, yang memainkan peran besar dalam perlawanan terhadap rezim apartheid di Afrika Selatan.

 

Ketika Nelson Mandela berulang tahun ke-95 pada bulan Juli, Presiden Rusia Vladimir Putin memberikan salah satu penghormatan yang paling tinggi kepada sang pemimpin besar. “Nama Anda tidak terpisahkan dari keseluruhan sejarah modern Afrika nan panjang yang akhirnya melahirkan Republik Afrika Selatan yang baru dan demokratis”, kata presiden Rusia itu sembari juga memuji kontribusi Mandela dalam menjalin ikatan antara kedua negara.

Tidak ada diskusi tentang perjuangan Afrika Selatan melawan tirani apartheid yang lengkap tanpa menyebut peran Uni Soviet, sebuah negara yang sangat dihormati oleh sang pemimpin besar Afrika Selatan.

“Saya menganggap tindakan Anda juga sebagai penghormatan terhadap para cendekiawan di negara kami, dari semua warna kulit dan latar belakang, yang telah mengikuti panggilan jiwa mereka untuk membuat pengalaman dan cita-cita yang kompleks dari masyarakat kita yang majemuk menjadi sebuah visi tunggal yang masuk akal tentang masyarakat yang berdamai dengan dirinya sendiri,” kata Mandela ketika menerima penghormatan tersebut atas nama negaranya.

Peristiwa pada 30 April 1999, ketika Mandela yang tengah melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow dianugerahi dua gelar doktor kehormatan dari Akademi Sains Rusia, adalah sebuah perayaan sebuah hubungan baik yang berlangsung selama hampir tiga dekade.

Dalam kunjungan kenegaraan itu, Mandela mengungkapkan rasa terima kasihnya atas “solidaritas masyarakat Rusia terhadap perjuangan Afrika Selatan melawan apartheid dan demi kemerdekaan.”

Uni Soviet berada di garis depan pergerakan anti-kolonialisme dan anti-apartheid. Suatu masa ketika segregasi masih lazim di banyak bagian Amerika Serikat, Moskow dengan giat menyebarkan konsep kesetaraan ras dan bangsa. Bukan rahasia bahwa Uni Soviet adalah pendukung terbesar Kongres Nasional Afrika (ANC), yang dicantumkan di dalam daftar kelompok teroris Amerika pada 1980-an oleh pemerintahan Ronald Reagan.

Dari 1960-an hingga awal 1990-an, Uni Soviet melalui para ahli militernya melatih ribuan kader MK, pasukan bersenjata ANC dalam perjuangan mereka melawan rezim rasis yang ada. “Uni Soviet telah diakui sebagai pendukung paling penting ANC, memberikan dukungan militer dalam bentuk peranti keras, serta pelatihan bagi sekitar 2.000 kader MK,” kata situs web South African History Online. “Soviet membantu ANC menjaga struktur yang berada dalam tekanan yang sangat besar, terutama karena kemerosotannya pada periode 1970-an.

Struktur tersebut saat itu diisi oleh rekrutan baru yang melarikan diri dari Afrika Selatan setelah meletusnya Pemberontakan Soweto pada 1976. Setelah itu, para kader MK yang dilatih di Uni Soviet melancarkan serangan dahsyat untuk menambah tekanan yang akhirnya membawa para pemimpin apartheid ke meja negosiasi.”

Mudah bagi para kritikus Mandela untuk melabelinya komunis dan tidak menganggap niat Rusia untuk mengakhiri rasisme yang disponsori negara di Afrika Selatan. Namun demikian, sang pemimpin besar bersikap pragmatis terhadap mereka.

Dalam otobiografinya, The Long Walk to Freedom, Mandela menulis dengan sedikit humor, “Akan selalu ada orang-orang yang berkata Komunis memanfaatkan kami. Tetapi siapa bisa bilang kami tidak memanfaatkan mereka?”

Orang di seluruh dunia mendorong Nelson Mandela. Sumber: AP

Dengan peran penting yang dimainkan oleh Uni Soviet dalam upaya membebaskan Afrika Selatan dari rezim rasis, tidak mengejutkan Mandela terus menjaga hubungan baik dengan Rusia, lama setelah runtuhnya blok Timur.

“Tidak seorang pun terlahir membenci orang lain karena warna kulit, atau latar belakangnya, atau agamanya. Orang harus belajar untuk membenci, dan jika mereka dapat belajar membenci, mereka dapat dididik untuk mencintai, karena cinta datang secara lebih alami ke hati manusia daripada kebencian,” Nelson Mandela dalam The Long Walk to Freedom.

Pada 1990, tahun yang sama ketika ia dibebaskan dari penjara (setelah 27 tahun lamanya), Uni Soviet menganugerahi Mandela Penghargaan Perdamaian Internasional Lenin. Sang pemimpin besar Afrika Selatan menjadi orang terakhir yang diberi penghargaan tersebut karena Uni Soviet tidak ada lagi segera setelah itu, tetapi beliau menilai penghargaan itu cukup tinggi untuk menindaklanjutinya.

Setelah kunjungannya yang pertama dan satu-satunya ke Rusia itu, Mandela memerintahkan ajudannya untuk mencari tahu tentang apa yang terjadi dengan medali tersebut. Pada 2002, duta besar Rusia untuk Afrika Selatan, Andrei Kushakov, menyerahkan medali emas itu kepada sang negarawan.

“Banyak yang telah berubah di dunia sejak penghargaan itu diberikan kepada kami, tetapi kebutuhan dunia akan solidaritas manusia seperti yang ditunjukkan dengan gestur yang baik ini tetap sama tingginya,” katanya ketika menerima penghargaan tersebut.

Kunjungan kenegaraan Mandela pada 1999 menciptakan kondisi yang baik untuk kerja sama yang lebih besar antara Rusia dan Afrika Selatan. Selama kunjungan itu, Mandela dan Boris Yeltsin menandatangani sebuah deklarasi perjanjian untuk meningkatkan ikatan politik dan hubungan ekonomi di berbagai bidang seperti produksi emas dan berlian.

Sejak saat itu, kedua negara telah memajukan kerja sama bilateral dan multilateral dengan Moskow menjadi pendukung terbesar Afrika Selatan untuk bergabung dengan kelompok Brasil, Rusia, India dan Cina, yang kemudian menjadi BRICS dari awalnya BRIC.

Perkembangan hubungan dan pertumbuhan solidaritas antara anggota kelompok ini adalah sesuatu yang akan membuat Nelson Mandela, salah satu negarawan terbesar yang pernah ada di bumi, sangat bahagia.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki