Indonesia akan mendatangkan sebelas pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia senilai 1,14 miliar dolar AS (15,2 triliun rupiah).
ReutersPemerintah Indonesia dan Rusia sepakat melakukan imbal beli pengadaan sebelas pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia senilai 1,14 miliar dolar AS (15,2 triliun rupiah) dengan berbagai komoditas lokal, seperti olahan karet, furnitur, dan minyak kelapa sawit.
Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita menyampaikan, kedua negara menunjuk Rostec dan PT Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) sebagai pelaksana teknis imbal beli.
“Semula, mereka harapkan karet saja, tetapi kami minta tidak itu saja. Kami menyampaikan pada Rostec, komoditas dan produk yang diekspor punya nilai tambah. Kami sama dengan Rusia, mereka jual pesawat yang punya added value (nilai tambah), kami juga jual sesuatu yang ada added value,” kata Menteri Enggar pada konferensi pers di Jakarta, Selasa (22/8), seperti yang diberitakan Antara.
Enggar menjelaskan, Indonesia tidak akan mengekspor karet mentah, melainkan produk olahan atau produk industri pertahanan lainnya yang tidak diproduksi Rusia.
Menurut Enggar, pembelian sebelas pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia senilai 1,14 miliar dolar AS memberikan Indonesia potensi ekspor ke Rusia sebesar 50 persen atau senilai 570 juta dolar AS.
“Persentase dalam pengadaan Su-35 ini, yaitu 35 persen dalam bentuk offset dan 50 persen dalam bentuk imbal beli. Dengan demikian, Indonesia mendapatkan nilai ekspor sebesar 570 juta dolar AS dari 1,14 miliar dolar AS pengadaan Su-35," kata Enggar.
Kesepakatan ini ditandatangani pada 10 Agustus 2017 saat pelaksanaan misi dagang ke Rusia yang dipimpin oleh Menteri Enggar. Saat itu, Rostec menjamin akan membeli lebih dari satu komoditas ekspor, dengan pilihan berupa karet olahan, minyak sawit mentah, kopi, kakao, tekstil, teh, alas kaki, ikan olahan, furnitur, kopra, plastik, resin, kertas, rempah-rempah, produk industri pertahanan, dan produk lainnya.
Selain itu, Rostec juga meminta agar pengiriman komoditas tidak hanya menuju Moskow saja, tetapi juga ke beberapa tempat bahkan Eurasia. Kementerian Perdagangan pun menyatakan tidak keberatan selama bisa memberi nilai tambah perdagangan Indonesia.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda