Gantikan BTR-4 Ukraina, Indonesia Berencana Beli BT-3F Rusia

Kendaraan lapis baja BTR-80 buatan Rusia saat unjuk kebolehan dalam pameran Interpolitex.

Kendaraan lapis baja BTR-80 buatan Rusia saat unjuk kebolehan dalam pameran Interpolitex.

Sergei Bobylev / TASS
Militer Indonesia berencana menggantikan BTR-4 buatan Ukraina dengan BT-3F buatan Rusia.

Militer Indonesia berencana menggantikan BTR-4 buatan Ukraina dengan BT-3F buatan Rusia. Pravda.rumelaporkan, delegasi Indonesia dari institusi terkait akan segera tiba di Rusia untuk mengecek langsung kendaraan lapis baja tersebut.

Selain pengangkut personel lapis baja BT-3F, Indonesia juga mempertimbangkan untuk membeli BTR-80 buatan Rusia, BMP ACV-19 buatan Turki, dan BMP K21 NIFV terbaru buatan Korsel. Namun untuk saat ini, perhatian Indonesia terfokus pada BT-3F. Dalam waktu dekat, Komandan Korps Marinir TNI AL Mayjen Bambang Suswantono akan mengunjungi pabrik perusahaan yang merancang kendaraan tempur tersebut.

Pada tahun 2000, Korps Marinir TNI-AL mengakuisisi 12 BTR-80A. Kendaraan lapis baja tersebut bertugas dengan Detasemen Kavaleri di dalam Brigade Marinir I. BTR-80 Indonesia dipersenjatai dengan meriam otomatis 2A72 kaliber 30 mm dan mitraliur PKT kaliber 7,62 mm.

Sebelumnya, Indonesia dan Ukraina pernah menandatangani kontrak pada 2014 lalu. Berdasarkan kontrak tersebut, pihak Ukraina harus mengirimkan lima BTR-4. Namun, armada yang dipasok selama dua tahun terakhir ini sering menimbulkan banyak keluhan saat proses uji coba. Menurut para tentara, kendaraan tempur buatan Ukraina tersebut terlalu sering tertahan di dalam air meski bergerak dengan kecepatan penuh saat melewati perairan.

Namun, ini bukanlah kasus yang pertama ketika negara lain merasa kecewa dengan produk teknologi militer buatan Ukraina. Beberapa tahun lalu, pihak militer Irak juga memutuskan untuk meninggalkan teknologi militer buatan Ukraina. Saat itu, militer Irak menemukan adanya retakan pada BTR-4. Akhirnya, pihak militer Irak menolak menggunakan kendaraan tempur itu lagi dan memutuskan untuk membeli BTR-82 buatan Rusia.

Pada awal tahun ini, pemerintah Thailand juga memutuskan untuk membatalkan kontrak dengan Ukraina untuk pengiriman tank “Oplot”. Alasannya, Kiev tidak sanggup memenuhi kewajibannya untuk memasok armada pesanan Bangkok yang diharapkan dapat dilakukan pada Oktober 2017 mendatang.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki