Rusia Akan Lanjut Bantu Pertumbuhan Ekonomi Ossetia Selatan

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan mantan Presiden Ossetia Selatan Leonid Tibilov.

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan mantan Presiden Ossetia Selatan Leonid Tibilov.

Konstantin Zavrazhin / RG
Dalam pertemuannya dengan Presiden Ossetia Selatan Anatoly Bibilov, Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa Rusia akan tetap membantu restorasi infrastruktur dan penciptaan kondisi yang mendukung untuk pertumbuhan ekonomi negara bekas bagian Georgia itu.

Rusia akan terus mendanai restorasi infrastruktur publik dan menggerakkan pertumbuhan ekonomi Ossetia Selatan, ujar Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Selasa (2/5). 

“Rusia turut mendanai banyak proyek sosial (di Ossetia Selatan). Kami akan tetap melakukannya dan kami juga akan mengembangkan aktivitas investasi kami. Saya berbicara mengenai restorasi infrastruktur dan penciptaan kondisi yang mendukung untuk pertumbuhan ekonomi,” ujar Putin dalam pertemuannya dengan Presiden Ossetia Selatan Anatoly Bibilov, seperti yang diberitakan TASS.

Putin mengatakan bahwa kedua negara saat ini sedang mengimplementasikan sebuah perjanjian kemitraan strategis, yang diharapkan dapat dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh Ossetia Selatan.

Bibilov memenangkan pemilihan presiden di negaranya, menggantikan Leonid Tibilov, pada 9 April silam dengan mengantongi 54,8 persen suara. Putin menekankan bahwa ia tetap menjadi pendukung niat Ossetia Selatan untuk bergabung dengan Rusia serta reunifikasinya dengan rakyat Ossetia.

“Saya mengucapkan selamat atas terpilihnya Anda. Saya tahu Anda turut mendukung hubungan yang baik dengan Rusia,” ujar Putin kepada Bibilov.

Ossetia Selatan yang sebelumnya merupakan bagian dari Georgia pada era Soviet, mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1990 di tengah meningkatnya kekerasan etnis terhadap rakyat Ossetia. Deklarasi kemerdekaan menyebabkan pecahnya Perang Georgia-Ossetia Selatan yang pertama pada tahun 1991. Perang yang dilancarkan oleh kepemimpinan nasionalis Georgia tersebut merenggut ratusan jiwa dan memaksa sekitar 100 ribu warga Ossetia melarikan diri dari rumah mereka.

Bersamaan dengan Abkhazia, Ossetia Selatan diakui sebagai negara oleh Rusia pada 26 Agustus 2008 setelah Georgia menyerang negara tersebut pada awal bulan yang sama. Saat ini, negara yang mengakui kedaulatan Ossetia Selatan hanya ada empat, yaitu Rusia, Nikaragua, Venezuela, dan Nauru.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki