Hari Buruh 1 Mei dirayakan di banyak negara di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
RIA NovostiAnggota Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma) menentang usulan Partai Komunis Rusia yang meminta supaya sebutan Hari Buruh di negara itu diubah kembali dengan istilah yang digunakan pada masa Uni Soviet, demikian hal tesebut dilaporkanRIA Novosti, mengutip pernyataan Anggota Komite Ketenagakerjaan, Sosial-Politik, dan Urusan Veteran Duma, Andrey Isayev, Jumat (28/4). Tak hanya itu, kepada RIA Novosti, Isayev mengaku bahwa dirinya pun menentang segala perubahan hari libur nasional lainnya dalam kalender Rusia.
Sebelumnya, Ketua Partai Komunis Rusia Maksim Suraykin mengatakan bahwa partainya telah mengajukan permohonan ke Kementerian Ketenagakerjaan dan Sosial Politik untuk mengembalikan sebutan peringatan Hari Buruh yang diperingati setiap 1 Mei dengan sebutan Hari Solidaritas Buruh Internasional.
Menanggapi hal ini, Isayev yang juga merupakan wakil pertama faksi Partai Rusia Bersatu (partai penguasa) menganggap perubahan sebutan itu tidak perlu. “Perayaan akan tetap sama, tak ada yang perlu diubah,” kata Isayev.
Ia menambahkan bahwa setiap orang memiliki sebutan dan pemahaman masing-masing terhadap perayaan tersebut. “Oleh sebab itu, kita tidak memerlukan keputusan legislatif untuk mengubah sebutan Hari Buruh secara khusus,” tutur Isayev.
Hari Buruh 1 Mei dirayakan di banyak negara di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Peringatan ini bermula pada aksi mogok kerja kelas pekerja Amerika pada 1 Mei 1886. Mereka menuntut agar jam kerja dikurangi dari 15 jam menjadi 8 jam sehari. Namun, permintaan tersebut ditolak. Tiga tahun kemudian, gagasan tersebut didukung oleh segenap buruh di Kongres Sosialis Dunia di Paris, dan 1 Mei ditetapkan sebagai Hari Buruh Internasional.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda