Menurut data Kementerian Pertahanan Rusia, pesawat tempur Suriah menyerang gudang tempat teroris memproduksi senjata kimia
ReutersBerdasarkan dugaan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah di Idlib, Kantor Pengendalian Aset Luar Negeri di Departemen Keuangan AS pada hari Senin (24/4) memberikan sanksi kepada 271 pegawai Pusat Penelitian dan Kajian Ilmiah Suriah (SSRC).
“Dua ratus tujuh puluh satu pegawai SSRC ini memiliki keahlian di bidang kimia dan lain sebagainya, serta menjalankan program senjata kimia SSRC setidaknya sejak 2012,” ujar departemen tersebut dalam rilis persnya.
Menurut mereka, SSRC adalah “badan pemerintah Suriah yang bertanggung jawab untuk mengembangkan dan memproduksi dan mengirim senjata nonkonvensional”. Dengan sanksi tersebut, properti yang berhubungan dengan SSRC akan sepenuhnya dilarang di wilayah AS dan untuk orang Amerika.
“Dengan aksi ini, AS berupaya menahan persebaran senjata kimia mematikan oleh rezim Assad, yang sepenuhnya berpengaruh terhadap pelanggaran hak asasi manusia ini,” ujar Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. “Kami akan memburu dan menutup jaringan keuangan dari seluruh orang yang terlibat dalam produksi senjata kimia yang digunakan untuk melakukan kejahatan ini.”
Serangan kimia yang menewaskan sedikitnya 72 orang di kota Khan Shaykhun, Provinsi Idlib, Suriah, pada 4 April lalu pertama kali dilaporkan oleh Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia. “Salah satu lingkungan kota Khan Shaykhun dibom dengan bahan yang diyakini berupa gas yang menyebabkan sesak napas,” terang laporan yang dipublikasikan di situs web organisasi itu.
Menurut data Kementerian Pertahanan Rusia, pesawat tempur Suriah menyerang gudang tempat teroris memproduksi senjata kimia. Namun begitu, AS membalas serangan tersebut dua hari kemudian (6/4), dengan meluncurkan 59 rudal jelajah Tomahawk ke lapangan udara militer Suriah di Ash Sha'irat, dekat Homs.
Presiden AS Donald Trump mengatakan serangan itu merupakan respons atas dugaan penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah di Idlib pada Selasa (4/4), yang mengakibatkan kematian lebih dari 80 orang.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda