Tak Sama, Kemenhan Rusia Jelaskan Perbedaan Pembebasan Aleppo dan Mosul

Kepulan asap setelah serangan udara, selama pertempuran melawan militan ISIS, di distrik al-Mamoun, di Mosul, Irak, 1 Maret 2017.

Kepulan asap setelah serangan udara, selama pertempuran melawan militan ISIS, di distrik al-Mamoun, di Mosul, Irak, 1 Maret 2017.

Reuters
Rusia menyebutkan bahwa tak ada aspek-aspek kemanusiaan yang dikedepankan dari operasi koalisi pimpinan AS di Mosul.

Rusia tak menggunakan pasukan udaranya selama upaya pembebasan Aleppo, kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayjen Igor Konashenkov saat menjelaskan perbedaan antara operasi Rusia di kota kedua terbesar di Suriah itu dan operasi koalisi pimpinan AS di Mosul, Irak. Menurutnya, selama proses pembebasan Aleppo, Rusia berfokus pada masalah-masalah kemanusiaan.

“Pasukan Kedirgantaraan Rusia sama sekali tidak dikerahkan di Aleppo. Perhatian kami difokuskan pada pembangunan koridor kemanusiaan serta secara terus menerus memberikan dan menyediakan bantuan kemanusiaan bagi warga setempat.,” kata Konashenkov, seperti yang dikutipSputnik.

“Di Mosul, menurut Juru Bicara Koalisi Joseph Scrocca, koalisi tidak akan menarik mundur pasukannya meskipun korban sipil terus berjatuhan dan pertempuran semakin sengit,” katanya menambahkan.

Konashenkov menyebutkan bahwa tak ada aspek-aspek kemanusiaan yang dikedepankan dalam operasi yang dilakukan koalisi pimpinan AS di Mosul.

ISIS telah menduduki kota Mosul sejak 2014. Operasi untuk merebut kembali kota ini dimulai pada 17 Oktober 2016. Pada Januari lalu, bagian timur Mosul berhasil dibebaskan, tetapi pertempuran masih terus berlangsung di bagian barat kota itu. Operasi untuk membebaskan wilayah ini dimulai pada 19 Februari lalu.

Sementara, kota Aleppo, yang sebelum terjadinya perang sipil pada 2011 dianggap sebagai ibu kota perekonomian Suriah, sempat berada di bawah kendali militan selama beberapa tahun dan mengalami kehancuran yang cukup parah. Kota ini akhirnya berhasil dibebaskan dari kelompok-kelompok militan oleh pasukan pemerintah pada Desember 2016.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki