Referendum yang diselenggarakan pada 16 Maret 2014 menunjukkan bahwa 97 persen suara mendukung reunifikasi Krimea ke dalam wilayah Rusia.
Valeri Mélnikov/RIA NovostiRakyat Krimea benar-benar ingin kembali ke tanah air mereka — Rusia, ungkap Kepala Republik Krimea Sergey Aksyonov, seperti yang dikutipSputnik.
Akibat kudeta yang berujung pada penggulingan Presiden Ukraina Viktor Yanukovich tiga tahun lalu, parlemen Krimea dan pemerintah daerah Sevastopol mengadakan referendum untuk menentukan nasib semenanjung itu. Pada saat itu, Aksyonov menekankan bahwa “masyarakat Krimea membuat keputusan yang didukung oleh Rusia dan presidennya untuk kembali ke tanah air”.
Referendum yang diselenggarakan pada 16 Maret 2014 itu menunjukkan bahwa 97 persen suara mendukung reunifikasi Krimea ke dalam wilayah Rusia.
“Satu hal yang saya ingat: sikap hangat, harapan, serta antusiasme rakyat Krimealah yang membawa kami pada kemenangan untuk kembali ke tanah air. Bisa dibilang, perasaan optimistis dan euforia itulah yang merupakan pencapaian utama kami. Rasanya kami belum pernah melihat rakyat begitu bersemangat dan bergembira seperti ketika referendum diadakan dan hasilnya diumumkan. Kami tidak percaya bahwa hal ini dapat terjadi,” tuturnya.
Aksyonov menyebut bergabungnya Krimea dengan damai dan demokratis sebagai ‘kemenangan tim’. “Saya merasa beruntung dapat memimpin proses ini,” katanya menambahkan.
Dalam pandangan Aksyonov, pencapaian utama sejak Krimea bergabung kembali dengan Rusia adalah fakta bahwa warga dapat mempertahankan kedamaian dan tetap menghormati satu sama lain. “Jika dibandingkan dengan saat republik ini masih menjadi bagian dari Ukraina, Krimea saat ini benar-benar berbeda,” katanya. Ia menyebutkan bahwa semua perubahan positif itu dapat terlihat dengan jelas.
Meski begitu, reunifikasi Krimea ke Rusia bukan berarti tanpa masalah. Aksyonov menyebutkan adanya sejumlah masalah besar terkait pasokan air dan energi ke wilayah itu. Namun, ia mengatakan bahwa sebagian besar masalah tersebut telah ditangani.
“Saya setuju dengan rakyat Krimea yang mengkritik pemerintah daerah atas upaya yang tidak konsisten dan tidak efisien di sejumlah daerah,” katanya. “Kami tidak keberatan. Sejujurnya, kami dapat memahami hal ini. Begitu banyak perubahan situasi yang kami alami. Saya rasa tidak ada negara lain di dunia yang pernah mengalami situasi seperti yang kami alami. Kami harus beradaptasi dan beralih kepada lingkungan yang patuh hukum, mengganti mata uang kami, dan lain-lain. Meski begitu, pihak oposisi dan mereka yang tidak berniat baik terhadap Krimea telah menuduh kami tidak melakukan apa-apa. Padahal, kami merasa kami sudah benar-benar berjuang.”
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda