Kepala Republik Chechnya Ramzan Kadyrov.
Konstantin Zavrazhin / RGKepala Republik Chechnya Ramzan Kadyrov mengkritik Menteri Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Federasi Rusia Olga Vasilyeva atas pernyataannya yang melarang penggunaan jilbab di sekolah-sekolah Rusia.
Sebelumnya pada Selasa (24/1), Vasilyeva mengatakan bahwa seorang “penganut agama sejati”, menurutnya, tidak akan berusaha “menonjolkan bukti keimanannya dengan mengenakan atribut tertentu”. Pernyataan itu ia lontarkan saat mengomentari larangan penggunaan jilbab di sekolah di sebuah desa di Mordovia. Dia menambahkan, Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan bahwa “penggunaan jilbab, seperti halnya menekankan identitas kesukuan, tidak diperbolehkan di sekolah.”
Menanggapi pernyataan sang menteri, Kadyrov menegaskan bahwa “jilbab bukanlah atribut, melainkan bagian penting dari pakaian perempuan muslim”.
“Tiga anak perempuan saya masih menempuh pendidikan di bangku sekolah. Mereka mengenakan jilbab dan memiliki nilai yang tinggi. Kini, Olga Vasilyeva mengharuskan mereka melepas jilbab mereka? Mereka tidak akan pernah melakukan itu. Lantas, haruskah saya mengeluarkan mereka dari sekolah dan mencari sekolah lain yang membolehkan perempuan untuk menjadi seorang muslim?” tulis sang kepala republik yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini di Instagram-nya, seperti yang dikutipMeduza.
Menurut Kadyrov, sebelumnya MK tidak membahas penggunaan jilbab di sekolah (isu ini pernah dibahas sebelumnya pada 2013 dan 2015 oleh Mahkamah Agung, tapi mereka tetap menentang pemakaian jilbab di sekolah -red.). Karena itu, menurut Kadyrov, sang menteri telah membodohi masyarakat Rusia dan memaksakan keyakinan pribadinya terhadap “jutaan warga”.
Pada 2012 lalu, pemerintah Stavropol Krai mengadopsi peraturan terkait standar berpakaian di sekolah yang melarang pemakaian jilbab. Seorang warga setempat berusaha untuk mengajukan banding atas keputusan itu dan Mahkamah Agung memenangkan gugatan sang warga.
Pada 2014, hal serupa diberlakukan di Republik Mordovia. Warga desa Belozerye — sebuah desa di Republik Mordovia — yang sebagian besar penduduknya adalah muslim Tatar, mengajukan banding ke pengadilan dan lagi-lagi larangan tersebut dicabut.
Belum lama ini, Olga Vasilyeva berkomentar tentang kasus terbaru di Belozerye, yaitu ketika pada Desember lalu sekolah melarang para guru mengenakan jilbab saat mengajar. Setelah itu, menurutGazeta.ru, sebuah foto yang menggambarkan seorang gadis kecil berjilbab — yang diduga diambil di sekolah — berpose dengan senapan dan berdoa tersebar luas di internet.
Sebagaimana yang dilaporkan Newspaper.ru, media setempat menyebut Belozerye sebagai ‘Khalifah Mordovia’. Sementara, otoritas republik melaporkan setidaknya 20 orang dari desa itu pergi berperang ke Suriah di sisi kelompok teroris.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda