AS Sebut Meragukan Peretasan Rusia Adalah Penghinaan Terhadap Intelijen

Donald Trump mengatakan serangan siber tidak memengaruhi hasil pilpres AS.

Mempertanyakan dugaan serangan peretasan Rusia terhadap lembaga-lembaga politik AS merupakan penghinaan terhadap intelijen AS, kata Deputi Penasihat Keamanan Nasional untuk Komunikasi Strategis Ben Rhodes di Pusat Pers Asing, di Washington, D.C., menegaskan.

Pernyataan itu dilontarkan karena presiden terpilih Donald Trump mengatakan serangan siber tidak memengaruhi hasil pilpres AS. Trump mengatakan itu setelah ia mendapatkan pengarahan terkait dugaan serangan siber Rusia dari para pejabat intelijen, tulis media Rusia Sputnik.

Pada 6 Januari, Komunitas Intelijen AS merilis sebuah laporan yang menyebutkan bahwa Rusia diyakini telah ikut campur dalam pemilihan presiden AS 2016.

"Ini bukan kasus yang perlu dipertanyakan. Hal ini jelas bagi seluruh badan intelijen kami, bahwa Rusia berada di balik peretasan organisasi politik Amerika," kata Rhodes pada Selasa (17/1). "Ini merupakan penghinaan terhadap badan intelijen kita dengan menyebut bahwa (peretasan) itu tidak terjadi tepat di depan mata kita."

Meskipun laporan itu tidak melampirkan bukti apa pun atas klaim yang menuduh bahwa Rusia berusaha untuk meretas dan memengaruhi proses pemilu AS, tuduhan itu tetap dilontarkan.

Rusia telah berulang kali membantah tuduhan AS dan menyebutnya tidak masuk akal. Rusia kemudian menyebut tuduhan itu menggambarkan upaya Washington untuk mengalihkan opini publik dari isu korupsi serta menekan isu dalam negeri lainnya.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki