Mantan Agen AS: Pimpinan CIA Bertanggung Jawab Atas Kekacauan di Suriah

Seorang tentara Rusia menyambangi tenda medis yang terbakar akibat serangan pemberontak di Aleppo timur, Suriah, 5 Desember 2016.

Seorang tentara Rusia menyambangi tenda medis yang terbakar akibat serangan pemberontak di Aleppo timur, Suriah, 5 Desember 2016.

AP
Sementara, Rusia mengaku fokus memberantas teroris dan melindungi warga.

Kehadiran Rusia dalam konflik Suriah bertujuan membantu menyelesaikan krisis serta menolong warga sipil, kata anggota parlemen Rusia Dmitry Novikov kembali menegaskan setelah Direktur CIA John Brennan menuduh Moskow menggunakan strategi "pembumihangusan" di negara yang tengah di landa perang tersebut.

"Rusia tak pernah berupaya menghancurkan Suriah. Kami mencoba membantu penyelesaian konflik Suriah, tapi kami tak ingin mengontrol Suriah. Berbeda dengan AS, Rusia menempatkan pasukan di Suriah karena diminta langsung oleh presiden Suriah," terang Novikov seperti dilaporkanSputnik, Minggu (8/1).

Novikov, yang merupakan Wakil Ketua Komite Urusan Internasional Majelis Rendah Parlemen Rusia (Duma), menekankan bahwa selama ini peran Rusia fokus untuk memberantas terorisme serta melindungi warga Suriah. "Itu adalah dorongan utama di balik bantuan militer Moskow untuk Tentara Arab Suriah, serta misi kemanusiaan di seluruh Suriah," papar Novikov.

Sementara, menurut Novikov kehadiran militer AS di negara lain kerap menciptakan 'konsekuensi serius', dengan mengambil contoh kekacauan di Libya.

Sebelumnya, Direktur CIA John Brennan menuduh Rusia menerapkan kebijakan pembumihanguskan di Suriah, yang mengakibatkan kehancuran serta hilangnya ribuan nyawa tak berdosa. "Hal itu sesuatu yang tak mungkin dilakukan AS dalam konflik semacam ini," kata Brennan.

Brennan mengecam Rusia karena mengelompokkan semua oposisi sebagai teroris dan menyebut operasi militer Moskow melawan terorisme adalah aksi yang 'sangat berani, tapi ceroboh'.

Beberapa pengamat menilai pernyataan Brennan menegaskan sikap Washington terhadap perang melawan ISIS yang dilakukan Rusia di Suriah, tapi tak mencerminkan apa yang AS sudah lakukan di Timur Tengah secara akurat. Selama ini, AS kerap campur tangan dalam konflik di berbagai wilayah Timur Tengah, di antaranya Afganistan, Irak, Suriah, dan Libya.

Menurut juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov, Brennan sadar betul bahwa koalisi internasional telah menghancurkan infrastruktur ekonomi Suriah secara sistematis untuk melemahkan pemerintahan negara tersebut dan mengorbankan warga sipil, jauh sebelum Rusia menggelar operasi militer di Suriah.

Sementara, mantan anggota CIA Ray McGovern menyebut kredibilitas rekam jejak Brennan 'terbilang rendah'.

"Brennan bertanggung jawab atas sebagian besar kekacauan di Suriah. Ia dan Menteri Pertahanan AS Ashton Carter menentang gencatan senjata. Carter mengirim pasukan udara untuk mengacaukan gencatan senjata yang telah disepakati oleh Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov pada September tahun lalu. Jadi, air mata buaya Brennan sekarang menurut saya adalah sebuah kemunafikan."

McGovern mengacu pada upaya sebelumnya yang dilakukan guna mengakhiri kekerasan di Suriah. Gencatan sejata yang dimediasi oleh Rusia dan Suriah hanya bertahan seminggu karena sejumlah pelanggaran yang dilakukan oleh pemberontak Suriah. Kesepakatan tersebut hancur-lebur saat koalisi yang dipimpin AS meluncurkan serangan udara terhadap markas Tentara Suriah di Deir ez-Zor.

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki