Peretas Rusia dituduh membobol sistem komputer Gedung Putih dan memengaruhi hasil pemilu terbaru AS.
EPAPresiden terpilih AS Donald Trump menyebut Rusia bertanggung jawab atas peretasan server surel Partai Demokrat AS dan ketua kampanye kandidat presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton, John Podesta, demikian disampaikan calon Kepala Staf Gedung Putih Reince Priebus seperti dikutip dari Sputnik, Minggu (8/1).
Menurut Priebus, 'tak seorang pun meragukan' Rusia bertanggung jawab atas kebocoran surel internal Partai Demokrat dan para pejabat kampanye Clinton.
"Trump mengakui bahwa kasus ini melibatkan Rusia," kata Priebus di program televisi Fox News Sunday, menambahkan bahwa Trump mungkin akan mempertimbangkan pemberian sanksi terhadap Rusia setelah menyimak rekomendasi dari komunitas intelijen AS terkait langkah yang perlu diambil.
Meski demikian, Priebus juga mengkritik Partai Demokrat yang hampir tak memiliki pertahanan dalam sistem mereka serta mengabaikan peringatan FBI mengenai kemungkinan adanya potensi peretasan.
Sebelumnya, Trump bersikap skeptis terhadap dugaan peran Rusia di balik peretasan dalam kampanye pemilu AS. Ia menyebut bisa saja aksi pembobolan tersebut dilakukan Tiongkok atau 'siapa saja yang sedang bosan'.
Pernyataan Priebus muncul setelah anggota parlemen dari Partai Republik menekan Trump untuk menerima kesimpulan dari komunitas intelijen AS terkait keterlibatan Rusia serta mengambil tindakan nyata.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan dengan intelijen AS, Jumat (6/1), Trump menyebut Rusia sebagai salah satu pihak yang mencoba menerobos infrastruktur siber institusi pemerintah AS, tanpa mengatakan secara spesifik mengenai peran Kremlin dalam hasil pemilu terbaru AS.
Juru bicara Trump Sean Spincer menyampaikan kepada Reuters bahwa kesimpulan Trump tak pernah berubah dan komentar Priebus sejalan dengan pernyataan pada Jumat lalu. Sementara, terkait janji Trump untuk membangun hubungan yang lebih bersahabat dengan Moskow, Priebus mengingatkan bahwa tak ada salahnya mencoba membina hubungan baik dengan Rusia dan semua negara lain di seluruh dunia.
Gedung Putih telah menuduh Rusia melakukan serangan siber terhadap Hillary Clinton dan Partai Demokrat (DNC) sejak Oktober lalu, karena Rusia disebut hendak mengintervensi pemilihan presiden AS.
Seorang narasumber juga mengatakan kepada Washington Post bahwa CIA menyimpulkan intelijen Rusia meretas server Partai Demokrat dan para petingginya untuk membantu Trump merebut kursi jabatan presiden.
Namun, laporan terbaru dari FBI dan Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS (DHS) tak menunjukkan bukti meyakinkan bahwa pemerintah Rusia melakukan peretasan. Dalam laporan tersebut, tertulis pula bahwa DHS tak memberi jaminan apa pun terkait segala informasi yang ada di dalam laporan itu.
Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda