Ribuan Warga Kembali ke Aleppo, Mulai Bangun Kembali Rumah Masing-masing

Sebelum perang, Aleppo merupakan pusat industri yang menyerap lebih dari 50 persen tenaga kerja manufaktur di Suriah.

Sebelum perang, Aleppo merupakan pusat industri yang menyerap lebih dari 50 persen tenaga kerja manufaktur di Suriah.

Reuters
Kehidupan Aleppo yang berangsur normal diabaikan oleh media Barat.

Kehidupan di Aleppo yang kembali normal menjadi sebuah fakta yang diabaikan mayoritas media mainstream dalam liputan mereka terkait hasil operasi di Aleppo. Padahal, ribuan orang sudah mulai kembali ke kota Aleppo yang telah hancur akibat perang selama lima tahun, demikian dikabarkanSputnik, Kamis (5/1).

Sebelum perang, Aleppo merupakan pusat industri yang menyerap lebih dari 50 persen tenaga kerja manufaktur di Suriah. Ketika bagian timur Aleppo dikuasai kelompok pemberontak, kekerasan dan berbagai gempuran menghancurkan hampir seluruh kota. Banyak pabrik, sekolah, rumah sakit, jalanan, dan rumah warga hancur akibat bom dan penjarahan.

Namun kini, ribuan orang yang sebelumnya dipaksa pergi mulai kembali ke rumah mereka untuk menjalankan kehidupan 'normal' mereka.

Menurut informasi dari PBB, sebanyak 2.200 keluarga telah kembali ke distrik perumahan Hanano dalam beberapa hari terakhir.

"Orang-orang datang ke Aleppo timur untuk melihat toko mereka, rumah mereka, untuk melihat apakah bangunan milik mereka masih berdiri dan separah apa penjarahan yang dilakukan teroris, dan menimbang apakah mereka sebaiknya kembali," terang perwakilan Komisioner Tinggi untuk Pengungsi PBB (UNHCR) di Suriah Sajjad Malik.

Sebelumnya, Gubernur Provinsi Aleppo Hussein Diab mengatakan kepada Sputnik bahwa kehidupan di Aleppo 'kembali berangsur normal'. Upaya untuk memulihkan Aleppo pun sudah berjalan.

Jalanan mulai dibersihkan dari karung pasir dan puing-puing menggunakan traktor dan mesin pengangkat barang agar Aleppo bisa kembali berfungsi sebagai kota. Beberapa pabrik di wilayah timur Aleppo pun mulai kembali beroperasi.

Setiap harinya, PBB menyediakan makanan bagi ribuan orang yang membangun kembali rumah mereka.

Berbagai organisasi juga bekerja sama dengan pemerintah lokal untuk mengeluarkan dokumen yang tidak dapat diproses saat sektor tersebut masih dikuasai kelompok ekstremis, seperti akta kelahiran, surat kematian, dan surat nikah.

Menurut Perdana Menteri Suriah Imad Khamis, pembangunan kembali Aleppo dan pemaksimalan potensi industri di sana menjadi prioritas utama bagi pemerintah Suriah.

Pada 16 Desember lalu, Kementerian Pertahanan Rusia mengonfirmasi bahwa Aleppo yang sebelumnya terbagi menjadi bagian barat yang dikuasai pemerintah dan bagian timur yang dikuasai kelompok militan telah benar-benar dibebaskan oleh Tentara Suriah.

Damaskus telah berperang melawan kelompok oposisi dari pejuang anti-pemerintah sejak Maret 2011. Pada 30 September 2015, Rusia mulai memberikan bantuan militer untuk Suriah melawan kelompok militan jihadis atas permintaan Presiden Bashar Assad.


Kebohongan media Barat terkait laporan situasi di Suriah

Media Barat memutarbalikkan fakta pembebasan Aleppo

Kebohongan di balik rekaman viral ‘warga Aleppo yang putus asa’ terungkap

Pengakuan jurnalis yang berada di Aleppo dan membantah laporan media Barat

Media mainstream hanya menunjukkan satu sisi perang Suriah

Media mainstream membuat berita palsu untuk mengacaukan Suriah

Ketika mengambil atau mengutip segala materi dari Russia Beyond, mohon masukkan tautan ke artikel asli.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki