Dubes Rusia untuk Turki Andrey Karlov ditembak saat menghadiri acara pameran foto di Ankara, (19/12).
EPAAS membantah tuduhan keterlibatannya dalam pembunuhan Duta Besar Rusia untuk Turki Andrey Karlov, setelah Ankara menghubungkan serangan brutal tersebut dengan Fethullah Gulen, seorang pemuka agama Turki yang mengasingkan diri ke Pennsylvania, AS, dengan persetujuan Washington.
"Sungguh tuduhan yang menggelikan, tak ada fakta yang mendasari klaim tersebut," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby dalam konferensi pers, Selasa (20/12), seperti dikutipRT.
Beberapa jam setelah Karlov tewas ditembak di Ankara, sejumlah pejabat tinggi Turki menyebut serangan tersebut berkaitan dengan AS.
"Gagasan yang menyebut AS mendukung atau berada di balik peristiwa ini, atau bahkan terlibat secara tidak langsung, sungguh konyol," tambah Kirby.
Dalam percakapan telepon Selasa kemarin, Menteri Luar Negeri Turki Mevlüt Çavuşoğlu menyampaikan pada Menteri Luar Negeri AS John Kerry bahwa ‘Turki dan Rusa sama-sama tahu jika Kelompok Teror Gulen (FETO) berada di balik pembunuhan Karlov’, tulis media Daily Sabah.
Fethullah Gulen, ulama Turki berusia 74 tahun, adalah seorang pemuka agama yang dulu sempat menjadi pendukung Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan sebelum kemudian hubungan keduanya memburuk.
Ankara menuduh Gulen menciptakan ‘negara paralel’ di Turki dalam bentuk jaringan pendukung di kalangan pejabat Turki, serta menuduh Gulen sebagai dalang di balik upaya kudeta yang gagal di Turki pada Juli lalu.
Mengomentari isu ini, Kirby menyatakan bahwa Kerry memang khawatir mengenai beberapa retorika yang dikeluarkan Turki terkait keterlibatan atau dukungan AS dalam serangan pembunuhan ini karena kehadiran Gulen di AS.
Dubes Karlov ditembak saat menghadiri acara pameran foto di Ankara oleh seorang pria yang belakangan diketahui merupakan petugas kepolisian Turki, Mevlut Altintas. Sang diplomat sedang berpidato saat mendadak Altintas mengeluarkan pistol dan menyerukan, “Allahu Akbar”, lalu meluncurkan beberapa tembakan pada Karlov.
Ia juga berteriak dalam bahasa Turki, "Jangan lupakan Aleppo! Jangan lupakan Suriah!"
Sebanyak 13 orang telah ditahan terkait serangan ini, termasuk orangtua, saudara perempuan, dan dua kerabat Altintas, serta teman sekamar sang pelaku, lapor Daily Sabah.
Jenazah Karlov telah diterbangkan ke Moskow kemarin (20/12) setelah mendapat penghormatan militer di Turki. Rusia juga sudah meluncurkan investigasi terkait pembunuhan ini.
Karlov memimpin misi diplomatik Rusia di Turki dalam periode yang sulit. Sebelumnya, ia pernah menjadi duta besar Rusia untuk Korea Utara. Para pejabat Rusia, serta rekan-rekan dari negara lain, menyebut Karlov sebagai sosok yang cerdas dan sangat profesional.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda