Mengapa Kampanye Rusia di Suriah Berhasil?

Anak-anak menerima bantuan kemanusiaan Rusia di permukiman Alkin, Kegubernuran Daraa, Suriah.

Anak-anak menerima bantuan kemanusiaan Rusia di permukiman Alkin, Kegubernuran Daraa, Suriah.

Sergei Bobylev/TASS
Setelah lebih dari setahun melakukan intervensi militer, operasi militer Rusia di Suriah akhirnya berhasil, dan yang terpenting Rusia mendapat tambahan dukungan dari warga Suriah. Rusia sejak awal telah menjelaskan tujuan keterlibatan militernya di Suriah. Hal yang berbeda dialami oleh intervensi militer AS di negara tersebut.

Setelah lebih dari setahun melakukan intervensi militer, operasi militer Rusia di Suriah akhirnya berhasil, dan yang terpenting Rusia mendapat tambahan dukungan dari warga Suriah — hal yang tak terjadi dalam intervensi militer AS, demikian disampaikan jurnalis Sputnik Suliman Mulhem dalam artikelnya, Selasa (13/12).

Angkatan Udara Rusia mulai masuk ke area konflik Suriah pada September 2015, setelah Tentara Suriah didepak mundur oleh kelompok pemberontak dari provinsi Idlib. Mulhem memaparkan bahwa bantuan Rusia membuat pasukan pro pemerintah Suriah mampu melakukan serangan dan mempercepat gerak di beberapa barisan depan utama mereka, termasuk di Latakia dan Aleppo.

Pembebasan kota Aleppo tak mungkin terjadi tanpa dukungan Rusia yang tak hanya berupa bentuk serangan udara.
Dukungan Rusia terhadap pemerintah Suriah serta pasukan bersenjatanya secara signifikan menurunkan pengaruh serta kekuatan kelompok teroris termasuk Fateh al-Sham dan ISIS, tulis Mulhem. "Aleppo, yang dulu merupakan ibu kota perekonomian Suriah, kini telah bebas sepenuhnya dengan beberapa operasi pembersihan yang saat ini masih berjalan," paparnya.

Dalam tulisannya, Mulhem menyebutkan bahwa pembebasan kota Aleppo tak mungkin terjadi tanpa dukungan Rusia yang tak hanya berupa bentuk serangan udara, tapi juga bantuan pelatihan unit tertentu di Suriah, serta pasokan sumber daya bagi pasukan pro pemerintah.

Rakyat Suriah ‘Menyambut’ Intervensi Rusia

Sejak intervensi langsung militer Rusia, pemandangan bendera Rusia yang berdampingan dengan bendera Suriah menjadi hal biasa di berbagai kota Suriah. Melalui wawancara singkat, banyak warga Suriah memuji Rusia atas bantuan yang mereka berikan. Bahkan ada sebuah kafe di Latakia yang menyajikan minuman gratis bagi orang Rusia. "Hal semacam ini menunjukkan bahwa keterlibatan Rusia di Suriah sangat populer di kalangan masyarakat Suriah," kata Mulhem.

Banyak warga Suriah memuji Rusia atas bantuan yang mereka berikan. 
Sang jurnalis berasumsi bahwa kemungkinan masyarakat Suriah percaya bahwa Rusia telah memberi manfaat bagi Aleppo karena berhasil membantu membebaskan kota tersebut dari militan serta memberi bantuan bagi masyarakat.

"Kampanye militer Rusia di Suriah berbeda dengan intervensi militer yang dipimpin AS dan tampaknya perbedaan ini yang menjadi kunci keberhasilan Rusia. Pemerintah Suriah secara langsung meminta bantuan dari Rusia, sehingga operasi militer yang dilakukan bersifat sah dan dapat diterima. Sementara, intervensi AS di Libya dilakukan dengan dukungan pemberontak liar, yang memicu kekacauan di Libya pada 2015. Meski banyak kritikus mempertanyakan keabsahan pemerintahan Presiden Suriah Bashar Assad, dukungan tetap datang dari seluruh Suriah, dari tiap kelompok keagamaan, dan Assad terpilih secara demokratis melalui pemilu yang diawasi PBB pada 2014," tulis Mulhem dalam artikel analisis tersebut.

Rusia sejak awal telah menjelaskan tujuan keterlibatan militernya di Suriah, yakni memberantas organisasi teroris di negara tersebut untuk menstabilkan situasi dan berpengaruh terhadap keamanan nasional Rusia. Sementara, banyak kampanye militer AS yang tak memiliki tujuan jelas dan beberapa intervensi dilakukan berdasarkan bukti serta klaim yang ternyata salah, seperti saat rezim Saddam Hussein yang diduga memiliki senjata kimia dan kemudian menjadi dasar justifikasi invasi AS ke Irak. Padahal, dugaan tersebut ternyata salah.

Banyak kampanye militer AS yang tak memiliki tujuan jelas dan beberapa intervensi dilakukan berdasarkan bukti serta klaim yang ternyata salah.
Di akhir tulisannya, Mulhem menuturkan bahwa banyak operasi militer memberikan efek kekacauan jangka panjang pada negara yang meminta bantuan. "Hal ini karena banyak dari kampanye tersebut berakhir dengan penggulingan pemerintah, serta melibatkan pasokan senjata kepada kelompok yang tidak dapat dikontrol, dengan motif yang dipertanyakan," ungkapnya.

"Meski AS dapat belajar banyak dari keterlibatan Rusia di Suriah, pasti akan ada beberapa area untuk peningkatan, yang dapat dipertimbangkan pemerintah Rusia untuk kampanye masa depan," tutup Mulhem.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki