Presiden terpilih AS Donald Trump menunjuk Jenderal (Purn.) Angkatan Laut AS James Mattis (66) sebagai Menteri Pertahanan AS di bawah pemerintahannya, demikian dilaporkanpravda.ru, Rabu (7/12). Mattis dikenal sebagai lawan Presiden Rusia Vladimir Putin dan selama ini cenderung berpihak pada Ukraina. Lalu apa yang bisa diharapkan Rusia dari jenderal yang dikenal dengan sebutan ‘Mad Dog’ (Anjing Gila)ini, yang pernah menganggap Rusia sebagai negara ‘predator’?
Pandangan Mattis mengenai Rusia jelas berbeda dengan pandangan Trump. Tak seperti sang presiden terpilih, Mattis sangat vokal melancarkan kritik terhadap Moskow dan ingin bersikap jauh lebih keras terhadap Rusia.
Pada 2015 lalu, Mattis menyebut aksi yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina ‘jauh lebih serius dan lebih parah dari perlakukan yang diberikan Washington dan Uni Eropa’, tulisSputnik.
Selain itu, ia juga menyebut Putin sebagai ‘ancaman nyata baik bagi AS dan sekutu-sekutu Eropa’. Ia sangat yakin bahwa sang pemimpin Rusia hendak memecah-belah NATO.
Pakar terkemuka dari Pusat Studi Militer dan Politik di MGIMO, Doktor Ilmu Politik Mikhail Alexandrov, menuturkan bahwa penunjukkan Mattis mengindikasikan bahwa AS akan melakukan pendekatan serius terkait perjuangan melawan terorisme.
"Idealnya, Rusia dan AS dapat menyetujui operasi lapangan gabungan di Suriah. AS dapat lebih dulu dari Irak, dua atau tiga divisi, sementara Rusia dapat lebih dulu di Suriah untuk bertemu di wilayah perbatasan Suriah-Irak. Operasi tersebut tidak akan memakan waktu lama, dan para teroris akan dihancurkan dengan kerugian minimum pada kedua belah pihak," kata Alexandrov.
Mattis adalah salah satu dari empat komandan yang melancarkan invasi ke Irak pada 2003 lalu, memimpin Divisi Marinir I ke Baghdad.
Ia kemudian memimpin pasukan di provinsi Anbar, Irak pada 2004 dan kemudian menduduki sejumlah posisi senior sebelum terpilih menjadi Komandan XI Komando Pusat AS pada periode 2010 – 2013. Tugasnya dalam jabatan tersebut ialah memantau perang di Irak dan Afganistan.
Menurut laporan CNN, ia mendapat julukan ‘Mad Dog’ setelah pertempuran di Fallujah, Irak, ketika ia memimpin pasukan Inggris dan Amerika melawan pasukan Irak. Selain ‘Mad Dog’, ia juga kerap dijuluki sebagai ‘Warrior Monk’ (Prajurit Biarawan) karena hobinya membaca sejarah militer. Selain itu, Mattis juga hanya fokus pada militer sepanjang hidupnya, hingga ia bahkan tak berkeluarga.
Pemilihan Mattis membuat Kongres AS perlu mengubah legislasinya. Hukum AS mengharuskan seorang veteran pensiun minimal tujuh tahun sebelum bisa menduduki jabatan sipil. Sementara, ‘Mad Dog’ baru pensiun 3,5 tahun lalu, sehingga Kongres AS perlu mengeluarkan izin khusus untuk mengizinkan presiden terpilih menunjuknya sebagai menteri.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda