Sanksi Barat Bukan Bencana, Ekonomi Rusia Tetap Kuat

Pada bulan Juni lalu, para pemimpin G7 telah memutuskan memperpanjang sanksi terhadap Rusia.

Pada bulan Juni lalu, para pemimpin G7 telah memutuskan memperpanjang sanksi terhadap Rusia.

Reuters
Dubes Rusia untuk Indonesia menegaskan bahwa negaranya tidak keberatan jika Barat berencana memperpanjang sanksi mereka karena negaranya adalah negara yang independen.

Sanksi yang diberikan negara-negara Barat kepada Rusia bukanlah sebuah bencana, kata Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y. Galuzin dalam konferensi pers, Rabu (30/11).

“Rusia adalah negara yang independen. Sanksi memang tidak menyenangkan, tapi itu bukan sebuah bencana bagi kami,” kata Galuzin.

Kepada para wartawan, Galuzin menegaskan bahwa negaranya tidak keberatan jika Barat berencana memperpanjang sanksi mereka. Ia menuturkan, sanksi Barat justru merugikan pihak Barat karena produk-produk dalam negeri mereka tidak dapat masuk Rusia yang merupakan pasar besar di Eropa. 

“Namun, jika Barat ingin mencabut sanksinya, Barat akan sulit untuk kembali menguasai pasar Rusia karena sektor yang dulu mereka kuasai kini sudah dikuasai pihak lain,” kata sang dubes.

Meski demikian, Galuzin mengakui masa-masa awal pemberian sanksi merupakan masa-masa berat untuk Rusia. Namun saat ini, ekonomi Rusia sudah lebih berkembang.

Meskipun demikian, dubes Rusia menegaskan bahwa kebijakan sanksi Barat adalah kebijakan yang tidak masuk akal. “Kebijakan tersebut hanya untuk menghukum Rusia atas kebijakannya yang independen dan tidak dapat dipengaruhi kepentingan Barat,” tuturnya.

Sebelumnya, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Corriere della Sera, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga mengungkapkan bahwa meski dijatuhkan sanksi dari Barat, ekonomi Rusia tetap kuat berkat suksesnya program substitusi impor.

“Kebijakan substitusi impor yang sedang digiatkan negara kami menunjukkan hasil yang signifikan. Secara keseluruhan, ekonomi Rusia tetap kuat dan telah beradaptasi baik terhadap pemberlakuan sanksi maupun rendahnya harga minyak,” kata Lavrov, seperti dikutip Sputnik, Kamis (1/12).

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki