Pakar Rusia Temukan Gas Mustard dalam Peluru Mortir Milik Militan Suriah

PBB enggan ikut membantu investigasi.

Yperit (gas mustard) ditemukan di dalam peluru mortir yang digunakan kelompok militan untuk menyerang sebuah desa di Aleppo, Suriah. Demikian hal itu disampaikan para pakar dari Kementerian Pertahanan Rusia, seperti yang dilaporkan RT, Sabtu (26/11).

Gas mustard adalah senjata kimia yang menyebabkan luka pada kulit dan saluran pernapasan. 
"Sebuah analisis yang dilakukan dengan kesesuaian tinggi berdasarkan persyaratan prosedur OPCW (Organisasi Pelarangan Senjata Kimia) mengonfirmasi bahwa sampel yang diambil dari area penembakan mengandung gas mustard," terang pernyataan dari Kementerian Pertahanan Rusia.

Para pakar menambahkan bahwa zat kimia tersebut sangat mungkin merupakan buatan rumah, yang membuktikan bahwa kelompok militan di Suriah memiliki sistem produksi senjata kimia.

Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa gas mustard dan zat kimia lainnya diimpor dari negara ketiga. Kementerian Pertahanan Rusia menambahkan, pihaknya telah mencoba mengidentifikasi kemungkinan sumber pemasok senjata kimia kelompok militan Suriah.

Menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, penemuan para pakar Rusia serta bukti yang dikumpulkan dari wilayah serangan telah diberikan ke Otoritas Nasional Suriah yang mengawasi pengimplementasian Konvensi Senjata Kimia.

PBB Enggan Menginvestigasi

Para pakar Rusia menyebutkan, ini bukan pertama kalinya kelompok militan menggunakan senjata kimia terhadap warga sipil. Pada 21 November, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa terdapat klorin dan fosfor putih dalam sampel yang ditemukan di barat daya Aleppo.

Menindaklanjuti penemuan ini, Rusia meminta OPCW mengirim pakar ke Suriah untuk berpartisipasi dalam analisis sampel. Namun, badan PBB tersebut terkesan enggan ikut serta dalam investigasi, dengan alasan keamanan.

Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengkritik keputusan OPCW dengan berasumsi hal tersebut diambil 'karena tekanan dari negara Barat'.

Kini, Rusia berusaha mengirimkan sampel tersebut untuk analisis di Den Haag, terang Lavrov.

Pakar militer Rusia menemukan peluru mortir 240 mm buatan rumah yang disertai sebuah kapsul di wilayah desa Maarat Umm Hawsh di Aleppo pada 16 November lalu. Mortar tersebut digunakan pada serangan 16 September, yang melukai 40 orang. Mortir dengan kapsul tersebut penuh cairan berminyak berwarna gelap.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki