NATO Tak Anggap Rusia Musuh, tapi Terus Tingkatkan Ketegangan

Doktrin militer nasional Rusia mencantumkan kehadiran militer NATO di dekat perbatasan Rusia sebagai ancaman militer utama.

Doktrin militer nasional Rusia mencantumkan kehadiran militer NATO di dekat perbatasan Rusia sebagai ancaman militer utama.

EPA / Vostock-photo
Pihak sekutu mengaku tak tertarik terlibat dalam Perang Dingin baru.

NATO tidak menganggap Rusia sebagai musuh mereka, tapi mencoba untuk “memahami” motif Rusia dan melindungi kepentingannya sendiri secara bersamaan, demikian disampaikan Komandan Angkatan Laut NATO Laksamana Madya Clive Johnstone dalam pertemuan sekutu di Istanbul, seperti dikabarkan RT, Senin (21/11).

“Rusia dapat mengembangkan dan menempatkan armada mereka di wilayah mana pun, tapi NATO tidak berniat untuk menghentikannya. Rusia bukan musuh kami dan kami tidak memiliki keinginan untuk terlibat dalam Perang Dingin baru,” kata Johnstone, dikutip dari kantor berita Turkish Anadolu.

“NATO sedang mencoba memahami Rusia, dan tidak mengganggu kepentingannya sendiri secara bersamaan,” tambah Johnstone seraya menekankan bahwa beberapa negara Baltik yang merupakan anggota NATO sangat cermat mengawasi perbatasan perairan mereka.

Meski demikian, Johnstone tetap menuding Rusia kian meningkatkan ketegangan daripada mengontrol situasi, bahkan menuduh Rusia saat ini sedang mencoba menciptakan tatanan dunia baru.

Kementerian Pertahanan Lituania menerbitkan laporan komplain bahwa pesawat jet tempur NATO telah mendekati pesawat militer Rusia dua kali minggu lalu walau pada dua kasus tersebut pesawat Rusia berada di wilayah udara internasional.

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, seperti yang dikutip TASS, kedua penerbangan tersebut mengikuti kesesuaian peraturan manajemen wilayah udara internasional. Wakil Menteri Pertahanan Rusia Anatoly Antonov juga mengatakan bahwa Rusia siap mengadakan konsultasi dengan negara-negara Baltik, negara-negara Skandinavia, dan Polandia untuk memudahkan situasi di wilayah Baltik.

Untuk saat ini, utusan Rusia untuk NATO mengatakan bahwa Rusia telah berkali-kali menghubungi NATO dalam upaya meredakan tekanan di Baltik, menekankan bahwa aktivitas sekutu di wilayah tersebut, terutama dekat perbatasan Rusia, hanya merusak keamanan di sana.

Pernyataan tersebut muncul saat sebelas negara NATO ikut serta dalam latihan militer di Lituania, yang merupakan negara Baltik terbesar. Latihan militer Iron Sword tahun ini melibatkan hampir empat ribu tentara dari AS, Inggris, Jerman, Kanada, Polandia, Rumania, Slovenia, Luksemburg, dan tiga negara Baltik.

Moskow pernah menawarkan untuk mengadakan pertemuan pakar militer yang akan difokuskan terhadap isu keamanan di wilayah Baltik, namun sekutu menolak usulan tersebut. Utusan Rusia untuk NATO Aleksandr Grushko mengatakan bahwa jumlah penerbangan yang dilakukan pesawat militer NATO di wilayah tersebut seringkali melebihi penerbangan yang dilakukan Rusia.

Putin Angkat Suara

Dalam wawancara dengan Oliver Stone untuk film dokumenter "Ukraine on Fire", Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa NATO sedang menciptakan citra Rusia sebagai musuh untuk mempertahankan disiplin dalam barisannya.

“Saya tidak selalu paham logika rekan NATO kami,” kata Putin, menambahkan bahwa ia “mengesankan bahwa NATO harus menjaga anggotanya dalam ikatan dan mempertahankan disiplin dalam ‘Atlantist camp’.”

“Ini mengapa mereka butuh musuh dari luar,” kata Putin kepada Stone. Sang presiden kemudian menjelaskan respons seperti apa yang akan diambil Rusia untuk melawan ekspansi timur NATO dan gangguan di perbatasan Rusia.

Putin mengaku prihatin dengan pola pengambilan keputusan NATO karena saat sebuah negara menjadi anggota NATO, ia tidak dapat menolak tekanan dari anggota pemimpin, seperti AS. "Semuanya dapat ditempatkan di wilayah negara anggota baru NATO — bisa sistem pertahanan misil, pangkalan baru NATO, atau sistem serangan misil baru,” jelas Putin.

Rusia pun mau tak mau harus mengambil respons dengan membidik sistem misilnya ke objek militer mereka yang dianggap mengancam Rusia meski sang presiden sadar bahwa ini hanya meningkatkan ketegangan. “Kami melihat bahwa dunia telah berubah dan tidak mungkin hanya membiarkan situasi ‘membeku’ pada tingkat Perang Dingin. Kami harus menghadapi masa depan,” tegas Putin.

Sejak 2014, NATO terus meningkatkan kehadiran militernya di Eropa, terutama di negara-negara Eropa Timur yang dekat dengan Rusia, menggunakan dalih keterlibatan Moskow dalam konflik Ukraina sebagai alasan. Moskow telah berkali-kali membantah klaim tersebut dan mengingatkan NATO bahwa peningkatan militer di perbatasan Rusia adalah langkah provokatif dan akan mengancam strategi keseimbangan kekuatan yang ada saat ini.

Hubungan militer antara NATO-Rusia dibangun sejak 1991 dalam kerangka kerja Dewan Kerja Sama Atlantik Utara. Pada tahun 1990-an, kedua pihak menandatangani sejumlah kesepakatan kerja sama penting. Namun, sejak 1 April 2014, NATO menangguhkan kerja sama dengan Rusia sebagai respon atas krisis Ukraina. Sementara akhir 2014 Putin menandatangani amandemen doktrin militer nasional Rusia yang mencantumkan kehadiran militer NATO di dekat perbatasan Rusia sebagai ancaman militer utama.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki