Gambaran umum yang memperlihatkan sekolah yang hancur setelah terkena serangan udara di desa Al-Hassa, kota yang dikuasai oleh para pemberontak Suriah, 26 Oktober 2016.
AFP / East NewsTuduhan lembaga Hak Asasi Manusia Human Rights Watch (HRW) yang menyatakan bahwa Rusia bertanggung jawab atas serangan di sebuah sekolah di provinsi Idlib adalah sebuah bentuk serangan informasi, demikian disampaikan Juru Bicara Kementerian Pertahanan Rusia Mayjen Igor Konashenkov, dikutip dari Sputnik, Senin (7/11).
Berdasarkan keterangan UNICEF, pada 26 Oktober lalu terjadi serangan di kompleks sekolah di Idlib yang menewaskan 22 siswa dan enam guru. Pada Minggu (6/11), HRW mempublikasikan pernyataan yang menuding Rusia dan Suriah atas ‘kejahatan perang’ berdasarkan testimoni dari ‘saksi mata’ peristiwa tersebut.
“Tuduhan ‘kejahatan perang’ yang kembali digaungkan oleh Human Rights Watch setelah lebih peristiwa tersebut lewat lebih dari seminggu, dengan menggunakan wawancara telepon terhadap tujuh orang yang kabarnya adalah saksi mata sebagai bukti, adalah serangan informasi,” kata Konashenkov.
Menurut sang jubir, kota Idlib yang terletak 59 kilometer di sebelah barat daya Aleppo tersebut hingga saat ini masih dikuasai oleh Tentara Penakluk, kelompok pemberontak yang memiliki aliansi dengan Al-Qaeda dan kelompok teroris Al-Nusra yang baru-baru ini mengubah namanya menjadi Front Jabhat Fateh al-Sham. Rusia menyebutkan bahwa dalam kondisi demikian, sungguh ‘bodoh’ untuk berpikir bahwa sekolah-sekolah sekuler masih beroperasi di area tersebut sehingga diragukan jika ada korban anak-anak dari insiden yang terjadi di kompleks sekolah tersebut.
“Saya ingin mengingatkan pada ‘para pembela hak asasi manusia’ dari Human Rights Watch bahwa Provinsi Idlib, termasuk pemukiman Al-Hasa, telah dikuasai oleh teroris Al-Nusra lebih dari setahun. Selain itu, belum ada bukti sama sekali bahwa anak-anak tersebut, pada faktanya, ada di sana, tak nya di gedung tersebut tapi juga di Desa Al-Hasa secara umum. Sehingga, jelas hanya pembohong besar atau orang gila yang mengatakan sekolah sekuler yang dibangun oleh pemerintah Assad masih bisa melanjutkan kegiatannya di wilayah yang dikuasai oleh ‘Al-Qaeda’ cabang Suriah dan secara konstan menjadi lokasi pertempuran,” demikian bunyi pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia.
Pejabat militer Rusia menyebutkan bahwa serangan terhadap sekolah Idlib sengaja dibuat seperti serangan udara. Mereka juga mengidentifikasi sejumlah sekolah di Suriah yang sesungguhnya telah menjadi target, namun oleh serangan pemberontak. Salah satu serangan, yang dilakukan oleh milisi di sekolah Aleppo barat yang dikuasai pemerintah, kabarnya menewaskan setidaknya enam orang anak.
Konashenkov menambahkan bahwa Kementerian Rusia telah mempublikasikan bukti bahwa bangunan sekolah tidak dibom. Kementerian Pertahanan Rusia telah mengirim sebuah drone untuk menganalisis lokasi yang diduga lokasi pengeboman pada hari yang sama dan tak menemukan bukti terjadinya serangan udara. Media Rusia RT menerbitkan foto yang diambil oleh drone tersebut di halaman Twitter-nya.
'Drone photos show school in Idlib province in #Syria - not hit by airstrike' - Russian MoD https://t.co/aapiGNQFpPpic.twitter.com/xBuytTw5SM
— RT (@RT_com) October 27, 2016
“Kementerian Pertahanan sudah merilis fakta-fakta berdasarkan foto yang diambil oleh pesawat tanpa awak kami pada 27 Oktober lalu, yang tak menunjukkan jejak pengeboman di kompleks sekolah di Al-Hasa,” kata pihak kementerian seperti dikutip RT.
Konashenkov juga sebelumnya menyatakan bahwa pihak kementerian telah menganlisis foto dan video ‘bukti’ dari serangan tersebut, yang dipublikasikan oleh berbagai media Barat dan menyimpulkan bahwa foto tersebut terdiri dari 10 jepretan yang diambil pada waktu berbeda, dengan resolusi yang berbeda pula, kemudian diedit menjadi sebuah klip. Secara keseluruhan, Kementerian Pertahanan Rusia menyebutkan bahwa foto tersebut tak membuktikan bahwa sekolah di Idlib mengalami serangan udara.
Selain itu, pihak pemerintah Rusia menegaskan bahwa tak ada pesawat AU Rusia yang aktif di sekitar sekolah pada pagi hari saat terjadinya serangan.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda