Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
ReutersAS tak ingin terlibat dalam perang siber dengan Rusia, demikian disampaikan Menteri Luar Negeri AS John Kerry seperti dikutip Sputnik, Rabu (2/11).
“Tentu kami sudah membahas masalah ini. Bahaya dari hal ini tak bisa diabaikan. Kami tidak ingin memulai masalah. Kalian tahu, kami sudah menerapkan kontrol senjata selama 50 tahun dan kami telah terjebak dalam perlombaan senjata yang mendesak kami terus-menerus menciptakan senjata nuklir. Hal terakhir yang kami butuhkan adalah perang siber,” kata Kerry kepada media AS Wired, Selasa (1/11).
Kerry juga menyatakan bahwa kedua belah pihak harus bertindak dengan penuh tanggung jawab. Hal itu, tutur Kerry, mungkin membutuhkan revisi perjanjian yang ada.
“Situasi terus memburuk dan bahaya yang muncul semakin besar. Masyarakat sadar bahwa kita hanya akan saling menghancurkan dalam situasi ini. Oleh karena itu, kami membatasi diri dan bertindak secara bertanggung jawab. Hal ini akan menciptakan beberapa gangguan dalam perjanjian yang telah tercapai, untuk mengetahui norma apa saja yang akan diterapkan dan bagaimana kami akan bertindak serta bagaimana kami mengawasinya,” terang Kerry.
Pada 19 Oktober lalu, dalam debat calon presiden AS yang ketiga, kandidat presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton menuduh Rusia sebagai dalang di balik bocornya isi surel milik Clinton. Menurut sang calon presiden, Rusia melakukan hal tersebut untuk mempengaruhi hasil pemilu AS
Pejabat Rusia, termasuk Presiden Rusia Vladimir Putin membantah keras tuduhan mencampuri pemilu presiden AS yang akan dilaksanakan 8 November mendatang. Menurut Putin, Amerika Serikat bukan 'Republik Pisang' yang sistem politiknya mudah diintervensi.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda