Presiden Suriah: Kami Percaya pada Rusia dan Kebijakan Luar Negerinya

Sebuah lencana bergambar Presiden Suriah Bashar Assad dan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan latar belakang bendera kedua negara pada kerah seragam seorang prajurit di Pangkalan Udara Hmeimim di Provinsi Latakia, Suriah.

Sebuah lencana bergambar Presiden Suriah Bashar Assad dan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan latar belakang bendera kedua negara pada kerah seragam seorang prajurit di Pangkalan Udara Hmeimim di Provinsi Latakia, Suriah.

Ramil Sitdikov / RIA Novosti
Pemerintah Suriah memiliki keyakinan pada Rusia serta kebijakannya.

Situasi dunia saat ini mirip dengan era Perang Dingin, kata Presiden Suriah Bashar Assad dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Komsomolskaya Pravda yang terbit pada Jumat (14/10).

"Sekarang kita melihat situasi yang mirip dengan masa Perang Dingin. Namun, ini bukanlah sesuatu yang baru terjadi. Saya pikir, Barat — khususnya Amerika Serikat — tidak sepenuhnya menghentikan Perang Dingin bahkan setelah runtuhnya Uni Soviet," ujar Assad.

Ada banyak adegan politik dalam proses ini dan Suriah adalah salah satu yang penting, tambah Assad. "Kami melihat adanya eskalasi konflik, tetapi tujuan utama AS adalah untuk menjaga hegemoni mereka di dunia dan tidak membiarkan siapa pun untuk menjadi rekannya dalam arena politik atau internasional, baik Rusia maupun sekutunya di Barat."

"Itulah sebabnya ‘aroma’ perang yang Anda gambarkan sebagai Perang Dunia III, telah dirasakan. Hanya saja dalam hal ini tidak menggunakan peralatan militer secara langsung sekalipun ada militer, teroris, dan komponen politik yang hadir didalamnya. Itulah mengapa Anda benar ketika Anda merasakan bahwa Suriah adalah bagian dalam perang ini," ujar Presiden Assad.

Kemerdekaan Suriah Tidak Akan Memuaskan Barat

Barat tidak akan pernah menerima kemerdekaan Suriah, kata Presiden Bashar Assad meyakini.

"Suriah adalah sebuah negara yang merdeka. Barat tidak akan pernah mengambil kemerdekaan negara manapun, tidak peduli apakah ini negara kecil seperti Suriah atau negara besar seperti Rusia."

Presiden Assad melanjutkan, "Apa masalah mereka dengan Rusia? Itu karena Rusia membela haknya untuk mengatakan ‘ya’ atau ‘tidak’. Sementara, Barat selalu ingin menerima jawaban ‘ya’." Presiden Assad juga menyebutkan bahwa Suriah memiliki masalah yang sama dengan Barat.

Sekutu Utama Suriah

Rusia, Iran, dan gerakan Hizbullah adalah sekutu utama Suriah dalam memerangi kelompok teroris ISIS, kata presiden Suriah.

"Rusia, Iran, dan Hizbullah adalah sekutu tetap kami. Mereka ada disini karena memiliki dasar hukum. Mereka berperang melawan teroris. Namun, ada negara lain yang melakukan intervensi dengan tujuan mendukung teroris," ujar Assad.

"Pertanyaannya saat ini adalah bukan seberapa banyak peserta yang ambil bagian dalam konflik Suriah, tetapi siapa yang memberikan dukungan harian bagi para teroris," tambahnya.

Hizbullah adalah gerakan Islam Syiah di Lebanon. Gerakan ini memiliki basis di beberapa daerah di Beirut, Beqaa, dan di sebelah selatan negara itu.

“Kami Percaya Rusia dan Kebijakannya”

Pemerintah Suriah memiliki keyakinan pada Rusia serta kebijakannya.

"Kami percaya pada Rusia dan kebijakannya. Kebijakan Rusia didasarkan pada moral, dan bukan hanya pada kepentingan. Kami tahu bahwa mereka mendukung kami demi memberantas terorisme, bukan karena mereka ingin ‘meminta sesuatu’. Sejauh ini, mereka (Rusia) tidak meminta apa pun dari kami. Faktor-faktor ini mendorong saya dan pemerintah Suriah untuk meminta bantuan dari Rusia," ujar Assad.

Presiden Suriah meminta Rusia untuk melakukan penyerangan di Suriah terhadap fasilitas-fasilitas teroris ISIS  dan Jabhat al-Nusra pada 30 September 2015 lalu. Serangan Rusia telah membantu pasukan Suriah untuk membebaskan sekitar 400 permukiman dan juga berhasil merusak jalur perdagangan minyak ilegal yang merupakan sumber pendapatan utama bagi para teroris. Semua rute utama untuk pasokan senjata dan amunisi pun telah diblokir.

Pada pertengahan Maret 2016, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan untuk menarik sebagian besar kontingen utama Pasukan Kedirgantaraan Rusia dari Suriah. Saat itu, Putin mengatakan sebagian besar misi utama pasukan udara Rusia "telah tercapai". Namun demikian, dua fasilitas militer Rusia di Suriah, yaitu di Pangkalan Udara Hmeimim dan Pelabuhan Tartus, masih beroperasi di Suriah. Militer Rusia akan terus berperan aktif dalam memerangi kelompok teroris di Suriah.

Pertama kali dipublikasikan oleh TASS.

Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.

Situs ini menggunakan kuki. Klik di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Terima kuki