Dalam enam hari terakhir, ratusan orang yang terluka, termasuk kebanyakan di antara mereka adalah anak-anak, telah dilarikan ke berbagai rumah sakit di Aleppo timur akibat pertempuran di kota itu. Relawan medis Doctors Without Borders (MSF) mengatakan bahwa fasilitas-fasilitas medis di kota itu telah menerima hampir sebanyak 300 jenazah. Demikian dilaporkan Sputnik.
"Sejak tanggal 21 – 26 September, berbagai rumah sakit di Aleppo melaporkan bahwa mereka telah menerima lebih dari 822 korban luka — termasuk di antaranya adalah 221 korban anak-anak — dan lebih dari 278 mayat yang di antaranya 96 mayat anak-anak," kata MSF mengutip pernyataan Direktorat Kesehatan di kota yang dikuasai para pemberontak itu.
"Segala aksi pengeboman brutal yang kejam harus segera dihentikan dan berbagai langkah mendesak harus dilakukan demi mengevakuasi korban yang terluka dan sekarat," desak Direktur Operasional MSF Xisco Villalonga dalam sebuah pernyataan.
Pada Rabu (28/9), ketika Dewan Keamanan PBB hendak mendiskusikan resolusi terkait masalah ini, MSF mendesak agar organisasi dunia tersebut segera mengambil tindakan untuk melindungi berbagai fasilitas medis di Suriah setelah lebih dari dua rumah sakit yang didukung MSF dibom dan kini tak berfungsi.
Suriah telah terjebak dalam perang sejak 2011. Peperangan ini melibatkan antara pasukan pemerintahan yang setia kepada Presiden Bashar Assad dan sejumlah oposisi dan kelompok-kelompok ekstremis.
Atas permintaan Presiden Suriah Bashar Assad, Rusia melancarkan operasi militernya terhadap teroris di Suriah sejak 30 September 2015. Hingga Maret 2016, pasukan udara Rusia telah melakukan lebih dari 9.000 serangan mendadak. Dukungan militer Rusia telah membantu Damaskus mengubah gelombang peperangan dan membuat angkatan bersenjata Suriah mampu meluncurkan berbagai serangan di wilayah-wilayah kunci di negaranya.
Hak cipta milik Rossiyskaya Gazeta.
Berlanggananlah
dengan newsletter kami!
Dapatkan cerita terbaik minggu ini langsung ke email Anda